PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TIPECIRC TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS FKIP UR
Mahdum
Dosen Prodi Bahasa Inggris FKIP UR Pekanbaru
Abstract: This experimental research is
intended to explain the extent of the influence of cooperative learning type
CIRC and conventional method toward students’ reading ability – whether they
have higher or lower entry behavior. Otherwise, to identify the interaction
between cooperative learning type CIRC and entry behavior toward students’
ability.
This experimental
research was conducted at English Study Program of FKIP UNRI. The subjects of this experimental research were the first semester students in academic year
2007-2008. To determine the influence of cooperative learning type CIRC and
conventional method toward students’ reading ability, pre-test and post-test
were given.
The result of data
analysis shows that there is a difference between the average score of pre-test
and post-test students’ reading ability in experimental group and control
group. In geometry, it says that cooperative learning type CIRC gives influence
in ordinal number. The students’ reading
ability treated by cooperative learning type CIRC is higher than students’
ability treated by Conventional method. In other words, there is an interaction between
cooperative learning type CIRC in entry behavior toward students’ reading
ability. Cooperative learning type CIRC can improve students’ reading ability
to conventional method. Cooperative learning type CIRC – in teaching learning
process- students can work together, discuss, share information, mutual understanding, as well as give mutual sport to get the
objectives.
Keywords: Cooperative Learning type CIRC, Conventional Method, Students’ Reading
Ability.
Pendahuluan
Program Studi Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau sebagai
salah satu institusi pendidikan harus berusaha untuk meningkatkan kemampuan dan
daya saing mahasiswanya. Salah satu cara dalam meningkatkan hal tersebut adalah
dengan menanamkan kebiasaan membaca dan sekaligus meningkatkan kemampuan
membaca (reading ability) mahasiswa. Kemampuan membaca akan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan, karena “membaca”
tidak hanya untuk matakuliah Reading, akan tetapi untuk semua matakuliah
lainnya membaca materi perkuliahan pada matakuliah lainnya (reading to learn). Karena pentingnya kemampuan membaca itu, kepada
mahasiswa jenjang Strata 1 di Program Studi Bahasa Inggris Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau,
matakuliah Reading diberikan dalam 7
semester. Matakuliah itu terdiri atas: Reading
IC (Intensive Course), Reading I
sampai Reading IV, Extensive Reading I dan II. Hal ini
menggambarkan betapa pentingnya matakuliah Reading
itu.
Bagi mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Riau, matakuliah Reading masih
merupakan matakuliah yang dianggap sulit. Umpamanya bila mereka diberikan
sebuah teks,
banyak mahasiswa yang belum dapat menjawab pertanyaan tentang teks itu. Ini berarti reading
understanding mereka masih rendah. Bila mereka disuruh menceritakan kembali
apa yang mereka baca dengan menggunakan kata-kata sendiri secara oral, structure mereka “berantakan”. Bahkan
banyak mahasiswa tahun-tahun terakhir yang penulisan skripsinya terhambat
bahkan menyimpang dari jalurnya karena mereka kesulitan bahkan salah mengerti
terhadap buku sumber yang mereka baca. Hal ini sejalan dengan pendapat
Chitravelu (2004:87-89,
bahwa kesulitan itu timbul karena Reading
itu tidak selamanya “single skill”
yang digunakan dengan cara yang sama disetiap waktu, akan tetapi merupakan “multiple skills” yang digunakan secara
berbeda dalam jenis teks yang berbeda dan tujuan yang berbeda pula.
Penyebab lain sulitnya matakuliah Reading itu bagi mahasiswa karena reading itu meliputi beberapa
aspek seperti (1) bagaimana memahami pesan yang ada pada sebuah teks, (2) memahami sebuah teks harus pula
memahami bahasa itu sendiri, (3) Reading
juga adalah sebuah proses berfikir dan proses interactive. Tambahan lagi kesulitan mahasiswa dalam memahami teks itu juga disebabkan oleh
berbagai-bagai faktor, diantaranya mungkin karena keterbatasan vocabulary mahasiswa, karena kurangnya
waktu yang diberikan dosen ataupun karena speed
reading mahasiswa yang masih rendah, atau mungkin karena metoda mengajar
dosen yang masih belum sesuai.
Perkuliahan membaca dapat dikatakan berhasil apabila
ditunjang dengan: (a) Rancangan perkuliahan yang baik; (b) Materi yang memadai;
(c) Metoda dan strategi yang tepat; (d) Media pembelajaranyang dapat melatih
mahasiswa mempraktekkan ilmu yang relefan; dan (e) Penerapan evaluasi yang
transparan.
Berdasarkan pengalaman peneliti dalam membina matakuliah
kemampuan membaca (Reading), masih
banyak terdapat kelemahan- kelemahan mahasiswa dalam memahami sebuah teks.
Kelemahan-kelemahan tersebut meliputi
aspek pemahaman ide pokok, pemahaman ide penunjang, pemahaman
kesimpulan, dan bagaimana memaknai kata sesuai dengan gaya bahasa Indonesia.
Kelemahan-kelemahan tersebut berdasarkan hasil refleksi
peneliti disebabkan karena: (1) Kurangnya latihan membaca yang dilakukan oleh
mahasiswa; (2) rendahnya minat dan motivasi mahasiswa untuk membaca; (3) Proses
penilaian yang dilakukan oleh dosen kurang transparan. Selain itu,
kesulitan mahasiswa dalam memahami teks disebabkan pula oleh beberapa faktor,
di antaranya keterbatasan vocabulary,
speed reading mahasiswa yang masih
rendah, atau mungkin karena metode mengajar dosen yang masih belum memadai.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis apakah: (a) Kemampuan membaca
mahasiswa yang diajar dengan pembelajaran koperatif tipeCIRC lebih tinggi dari pada kemampuan membaca mahasiswa yang
diajarkan melalui pembelajaran Konvensional; (b) Kemampuan membaca mahasiswa
kelompok mahasiswa pengetahuan awalnya tinggi yang diajar dengan Pembelajaran
koperatif tipeCIRC lebih tinggi dari
pada kemampuan membaca mahasiswa yang diajarkan melalui pembelajaran
Konvensional; (c) Kemampuan membaca mahasiswa kelompok mahasiswa yang
pengetahuan awalnya rendah yang diajar dengan pembelajaran koperatif tipeCIRC lebih tinggi dari pada kemampuan
membaca mahasiswa yang diajarkan melalui pembelajarankonvensional; dan (d)
Interaksi antara pembelajaran koperatif tipeCIRC
dan pengetahuan awal terhadap kemampuan membaca mahasiswa.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dipecahkan
dalam penelitian ini adalah: (a) Apakah kemampuan membaca mahasiswa
yang diajar dengan pembelajaran koperatif tipeCIRClebih tinggi dari pada kemampuan membaca mahasiswa yang
diajarkan melalui pembelajarankonvensional? (b) Apakah kemampuan membaca mahasiswa
kelompok mahasiswa pengetahuan awalnya tinggi yang diajar dengan pembelajaran
koperatif tipeCIRC lebih tinggi dari
pada kemampuan membaca mahasiswa yang diajarkan melalui pembelajarankonvensional?
(c) Apakah kemampuan membaca mahasiswa kelompok mahasiswa yang pengetahuan
awalnya rendah yang diajar dengan pembelajaran koperatif tipeCIRC lebih tinggi dari pada kemampuan
membaca mahasiswa yang diajarkan melalui pembelajarankonvensional? Dan (d) Apakah
terdapat interaksi antara pembelajaran koperatif tipeCIRC dan pengetahuan awal terhadap kemampuan membaca mahasiswa?
Landasan Teori
Muslimin (2000:2-3) menyatakan bahwa model pembelajarankoperatif menuntut
kerjasama mahasiswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan
hadiah. Berdasarkan pandangan tersebut struktur tujuan pembelajaranKoperatif
terjadi jika mahasiswa dapat mencapai tujuan yang hendak mereka capai apabila
mereka dapat saling bekerja sama satu sama yang lainya. Mahasiswa yang bekerja
dalam situasi pembelajarankoperatif didorong untuk menciptakan kerjasama pada
suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya dalam
menyelesaikan tugas.
Metodepembelajarankoperatif
sebagaimana yang dikemukakan oleh Muslimin (2000:63) tumbuh dari suatu tradisi
pendidikan yang menekankan berpikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaranaktif,
prilaku koperatif, dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multibudaya.
Dengan demikian pembelajarankoperatifmemfokuskan pada pengaruh-pengaruh pembelajaranyang
bersifat akademik, serta dapat menumbuhkan semangat penerimaan sesama kelompok
yang bernuangsa keterampilan sosial.
Pembelajarankoperatifakan berjalan dengan baik bila mahasiswa mampu
memotivasi diri untuk belajar dan terikat pada kegiatan belajar yang efektif.
Guru juga diharapkan mampu mengatur kelasnya dengan baik supaya tercipta
suasana pembelajarankoperatif. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diciptakan
oleh guru, di antaranya Slavin (1995:134-136): (a) The Zero-Noise Signal;(b) Group Praise; (c) Special-Recognition
Bulletin; (d) Special-Recognition Ceremony; dan (e) Class or Team Fun Time.
Menurut
Johnson
(1984:26-40),
langkah-langkah
dalam menyusun pembelajaran koperatif adalah: (1) Menetapkan tujuan pembelajaran; (2)
Langkah-langkah sebelum proses pembelajarandilakukan (memutuskan ukuran
kelompok, menugaskan mahasiswake dalam kelompok-kelompok, mengatur ruangan, merencanakan
bahan pembelajaranyang saling kertergantungan, menetapkan/menentukan peran,
guna terciptanya suasana saling ketergantungan, menerangkan tugas akademik,
menyusun tujuan positif saling ketergantungan, menyusun akuntabilitas
individual, menyusun kerja sama antar kelompok, menerangkan kriteria keberhasilan, dan
menetapkan/menentukan tingkah laku yang dikehendaki); (3) Memantau dan
Mengintervensi (memantau tingkah laku mahasiswa, memberikan bantuan tugas,
mengintervensi supaya dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan Koperatif,
dan menutup pelajaran); (4) Mengevaluasi dan Pemrosesan (mengevaluasi kualitas
dan kuantitas belajar mahasiswa dan menilai seberapa baik kelompok tersebut
berfungsi).
Para ahli dan peneliti telah mengemukakan dan mengembangkan berbagai jenis pembelajaranKoperatif
sesuai dengan tahap serta aktivitas dalam pembelajaranSlavin (1995:6-9) dalam
bukunya Cooperative Learning,
mengemukakan berbagai jenis pembelajaranKoperatif di antaranya: Student Teams- Achievement Devisions (STAD),
Teams Games-Tournament (TGT), Jigsaw, Team Acceterated Instruction (TAI) dan
Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC).
CIRC merupakan sebuah program yang komprehensif untuk pengajaran Bahasa
Inggrisuntuk tingkat upper elementary dan middle gradesMadden, Slavin and
Stevens, dalam Muhammad(2000:27). Pada CIRCmahasiswa
dikelompokkan atas dua atau tiga orang mahasiswa yang mempunyai kemampuan
berbeda. Mahasiswa bekerja dalam kelompok seperti: reading to one another, making prediction, summarizing stones to one
another, writing responds to stones, practicing spelling, decoding and
vocabulary, finding the main idea and other comprehension skills.
Dalam kegiatan CIRC biasanya mahasiswa
diberikan serangkaian kegiatan seperti: teacher
instruction, team practice, team pre-assessments, dan quiz. Mahasiswa baru diberi quiz
apabila mereka telah benar-benar siap. Team
rewardsdan certificates akan
diberikan pada tim berdasarkan nilai rata-rata semua anggota tim pada semua
kegiatan membaca ataupun menulis.
Slavin (1995:57) CIRC terdiri
atas 3 elemen penting yakni: basal-related
activities, direct instruction in reading comprehension, dan integrated language arts and writing.
Semua kegiatan tersebut mengikuti pola sebagai berikut: Teacher Presentation; Team Practice; Independence Practice; Peer
Pre-assessment; Additional Practice; dan
Testing.
Komponen utama yang harus diketahui oleh seorang pendidik baik itu guru -
mulai dari guru tingkat taman kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi dalam Pembelajaran
koperatif tipeCooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) menurut Slavin
(1995:106-107)
adalah: (1) Reading Group (mahasiswa dikelompokkan
atas 3 atau 4 orang sesuai dengan tingkat kemampuannya); (2) Teams (Sebuah tim terdiri atas 2 orang mahasiswa
yang mempunyai kemampuan baik dan 2 orang mahasiswa dari kemampuan rendah; dan
(3) Story-Related Activities (Dalam
kegiatan membaca teks diperkenalkan dan didiskusikan dalam grup. Dalam grup ini
guru mengatur tujuan membaca dan memperkenalkan vocabulary baru. Diskusi dilaksanakan dengan menekankan skills yang akan diajarkan seperti: making prediction, find the main idea,
dan lain sebagainya).
Setelah cerita diperkenalkan mahasiswa diberikan sebuah paket cerita yang
tediri atas serangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan dalam tim. Rangkaian
kegiatannya adalah: (a) Partner Reading
(mahasiswa membaca teks dalam hati dan kemudian membaca dengan kuat secara
bergantian dengan pasangannya. Sipendengar mengkoreksi temannya dan guru
memberi penilaian pada mahasiswa dengan mendengarkan ketika mahasiswa saling
membaca); (b) Story Grammar and
Story-Related Writing (mahasiswa diberi pertanyaan tentang Bahasa Inggris teks dan penekanannya
adalah structure. Ketika sedang
membaca teks mahasiswadapat diminta berhenti membaca dan diminta
mengidentifikasi characters, setting
dan masalah dalam teks serta dapat pula diminta memberikan respon terhadap teks
secara keseluruhan dan menulis beberapa paragraf tentang topik yang
berhubungan); (c) Words Out Loud (mahasiswa
diberikan daftar kata-kata sulit yang ada pada teks. Mereka harus belajar
bagaimana mengucapkan kata-kata ini dengan benar dan mengucapkannya kata-kata
bersama pasangannya atau anggota kelompok lain sampai mereka benar-benar lancar
membacanya); (d) Word Meaning (mahasiswa
diminta mencari arti kata-kata yang baru mereka temui dikamus, meringkas
pengertiannya dan membuat sebuah kalimat dengan menggunakan kata-kata yang
mereka temui di dalam kamus); (e) Story
Retell (setelah membaca dan mendiskusikan cerita dikelompoknya, mahasiswa
meringkas poin-poin utama cerita tersebut dengan partnernya); (f) Spelling (mahasiswa saling mengadakan
pre-tes terhadap list of spelling words
setiap minggu dan saling membantu untuk memahami list itu. Mahasiswa menggunakan “disappearing list” strategy, yaitu mereka membuat daftar baru
kata-kata yang ketinggalan disetiap penilaian sampai tidak ada kata-kata yang
ketinggalan. Kemudian mereka kembali pada daftar semula, mengulangi prosesnya
sampai tidak ada kata yang ketinggalan); (g) Partner Checking (setelah semua kegiatan diselesaikan, pasangannya
akan memberikan pengecekan terhadap seorang mahasiswa, apakah sudah mencapai
kriteria yang ditentukan. Mahasiswa dapat menyelesaikan tugasnya secepat
mungkin dan kemudian melanjutkan independent
bahasa Inggris untuk menghabiskan waktu); dan (h) Test (di akhir jam pelajaran, mahasiswa diberikan comprehension test tentang cerita,
mereka diminta untuk menulis kalimat untuk setiap kata-kata dan diminta
membacanya didepan kelas. Mahasiswa tidak dibenarkan saling membantu. Skor ini
merupakan skor utama tim).Slavin, (1995:107-108)
Metode pembelajaransecara konvensional merupakan metode yang berorientasi
kepada guru (teacher centered), dimana seluruh
kegiatan pembelajarandikendalikan oleh guru. Dick and Carry di dalam
Tengku (2001:3) menjelaskan bahwa pembelajaranmeliputi
aspek: guru, mahasiswa, dan buku teks.
Isi yang terkandung di dalam buku teks menjadi tanggung jawab guru untuk
menyampaikan kepada mahasiswa.
Lado (1964:134) menyatakan bahwa pembelajaranBahasa Inggris secara konvensional
dapat dibagi atas beberapa bagian yakni: (1) Prereading: Identifying the graphemes. Penjelasan tentang
simbol-simbol yang digunakan dalam bahasa Inggris; (2) Fit: Associating the graphemes and the language. Fit adalah
hubungan antara a writing system dan spoken language yang diwakilinya; (3) Habit: reading what is spoken. Membaca
adalah memahami pola-pola bahasa tulisan, skill
ini dapat dicapai melalui kebiasaan; (4) Reading
aloud: speaking what is written. Membaca dengan keras dan jelas merupakan skill yang artistik karena itu tidak
semua orang dapat membaca dengan keras dan jelas secara efektif, membutuhkan
latihan tersendiri untuk dapat memilih skill
ini; (5) Reading for information:
technical, cultural, recreational. Pada pembelajaranBahasa Inggris di tahap
ini guru diharapkan dapat memilih materi yang tepat sesuai dengan level
kemampuan mahasiswa. Topik yang dipilih juga harus bermanfaat dan menarik; (6) Diversification: Reading different styles of
graphemes and of the language. Di sini cara membaca harus berfariasi sesuai
dengan subject, readers, dan purpose. Misalnya: buku matematika
harus dibaca secara berangsur-angsur (step
by step), surat khabar dapat dibaca secara cepat (scan) dengan selektif untuk mencari berita yang menarik, kamus
dibaca untuk mencari informasi yang spesifik; (7) Reading power: vocabulary building and speed. Sebagai guru kita
harus memperkaya vocabularymahasiswa
agar mereka dapat membaca dengan efektif; (8) Literature: esthetic experience. Literature digunakan secara luas
dan juga disalahgunakan secara luas dalam foreign
language teaching. Kesalahan pertama adalah mengajarkan literature pada mahasiswa yang tidak
begitu memahami bahasa. Literature baru
dapat diajarkan bila mahasiswa sudah mempunyai kepahaman terhadap culture dan experience seperti native
speaker.
Burnes (1985:45) mengungkapkan bahwa “Reading
is comprehending written discourse”, yakni membaca itu adalah memahami
sebuah tulisan. Membaca itu merupakan suatu proses interaktif di mana sipembaca
terikat dan saling bertukar ide dengan sipenulis melalui teks. Lebih jauh dapat dikatakan bahwa membacaadalah
proses mendapatkan interaksi antara
guru, mahasiswa dan materi yang dibacanya Burnes (1985:117). Dengan demikian, guru harus bergandengan tangan dengan mahasiswa
untuk memahami bacaan dari sudut pandang, pengetahuan dan minat mahasiswa.
Kesemuanya itu harus diselaraskan pula dengan kebutuhan kurikulum.
Latham seperti yang dikutip oleh Burnes (1985:25) memberikan definisi “Reading is the art of reconstructing from
the printed page the writer’s ideas, feelings, moods, and sensory impressions”.
Sedangkan Nuttall (1980:21) memberikan pengertian bahwa “Reading is to enable students to read
unfamiliar authentic texts at appropriate speed, silently or aloud with adequate understanding without
help.”
Dalam bukunya berjudul Suggested
Readings, Cunningham dalam Clarke (1996:38)
menjelaskan bahwa membaca berhubungan dengan word recognition dan comprehension.
Word recognition berhubungan dengan
proses bagaimana seseorang mengenal simbol-simbol tertulis agar dapat disamakan
dengan bahasa lisan. Sedangkan comprehension
adalah proses membuat kepahaman terhadap kata-kata, kalimat-kalimat dalam
teks yang saling berhubungan. Untuk dapat memahami suatu bacaan, seseorang biasanya dapat pula menggunakan background knowledge, vocabulary,
experience, maupun grammatical
knowledge yang dimilikinya.
Chitravelu
(2004:87-89) mengemukakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
membaca, karena membaca itu sendiri meliputi banyak aspek, di antaranya: (a) Reading involves knowlegde of certain
writing conventions; (b) Real Reading
involves understanding meaning or message the words are intended to carry; (c) Understanding
a text involves understanding the language in which it is written; (d) Reading is a thinking process; (e) Reading is
an interactive process; dan (f)
Reading is a life-support system: Membaca merupakan sistem kebutuhan hidup.
Harmer
(1998:69) dalam bukunya How to Teach English menyatakan ada
beberapa kemampuan membaca yang harus dimiliki oleh mahasiswa di antaranya: (a)
Mahasiswa harus mampu melakukan scan of
the text untuk mendapatkan informasi di dalam teks bacaan; (b) Mahasiswa
harus mampu melakukan skim of the text untuk
mendapatkan ide utama dari teks; dan (c) Mahasiswa harus mampu membaca untuk detailed comprehension. Disamping itu
guru harus memperhatikan tidak hanya keutamaan skimming dan scanning
akan tetapi menyadarkan mahasiswa seharusnya bagaimana ini membaca sebuah teks.
Tambahan lagi di dalam membaca sebuah teks analyzing
and particular memory metodees, like keyword technique, are highly useful for
understanding and recalling new information Oxford (1990: 9).
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa pengajaran membaca berarti
mengusahakan agar mahasiswa mendapatkan skills,
metodeesdan sikap. Tidak kalah
pentingnya mahasiswa juga harus mendapatkan “sense of the text”. Di samping itu mahasiswa harus dapat pula: (1)
Memperbaiki dan meningkatkan motivasi membaca; (2) Meningkatkan kehati-hatian terhadap
berbagai tujuan membaca, misalnya: to find out what the text is about, to
locate a particular item of information, to inform onesefl, dan lain
sebagainya; (3) Mengembangkan kemampuan berbagai metode membaca, misalnya: skimming, scanning, guessing the word meaning, understanding the main ideas, dan lain
sebagainya; dan (4) Memperbaiki kemampuan dalam memahami bacaan.
Metodologi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1
semester 1 Program Studi Bahasa Inggris FKIP UNRI, tahun
ajaran 2007-2008, yang terdiri atas 3 kelas
yakni kelas A, B, dan C. Jumlah mahasiswa untuk setiap kelasnya
berkisar antara 25 sampai 30 orang. Dari ketiga kelas tersebut, dua kelas
diantaranya dijadikan sampel pada penelitian ini dan satu kelasnya diberikan
try-out test untuk menguji realibilitas dan validitas tes. Sedangkan penentuan
sampelnya dilakukan dengan menggunakan teknik
cluster random sampling, yakni semua kelas dirandom untuk mendapatkan
kelas yang dijadikan sampel. Semua mahasiswa didalam kelas yang terpilih otomatis menjadi sampel pada penelitian ini.
Satu kelas sampel akan menjadi kelas kontrol dan satu kelas sampel lainnya akan
menjadi kelas eksperimen
Metode
penelitian ini adalah quasi eksperimen, artinya pengontrolan terhadap
variabel-variabel yang diteliti tidak mungkin dilakukan secara ketat seperti di
dalam penelitian eksakta. Untuk itu dilakukan randomisasi, manipulasi, dan
kontrol.
Dengan
menggunakan quasi eksperimen, peneliti ingin merubah teknik pembelajaranyang
biasa dilaksanakan yaitu dengan pembelajarankonvensional menjadi pembelajaran
koperatif tipeCIRC. Akhir dari quasi
eksperimen teknik pembelajaran koperatif tipeCIRC ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perbedaan
kemampuan membaca mahasiswa dengan pembelajarankonvensional.
Dengan demikian pada penelitian
ini ada dua kelompok mahasiswa yakni kelompok yang diberikan perlakuan pembelajarandengan
menggunakan metode pembelajaran koperatif tipeCIRC dan kelompok yang diperlakukan dengan pembelajarandengan
metode konvensional. Kedua kelompok ini diberikan materi yang sama.
Variabel
penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
adalah pembelajaran koperatif tipeCIRC yang diperlakukan kepada kelompok eksperimen
dan pembelajarankonvensional untuk kelompok kontrol. Sedangkan variabel terikat
adalah kemampuan membaca mahasiswa. Pengetahuan awal merupakan pemahaman
terhadap pembelajaran koperatif tipeCIRC sebagai
pengendali variabel bebas yang disebut kovariabel.Kemampuan membaca merupakan
skor yang diperoleh mahasiswa setelah mengikuti tes yang diadakan sebelum dan
sesudah perlakuan diterapkan.
Matrik Faktorial PembelajaranKoperatif tipeCIRC dan Konvensional
Metode
|
PembelajaranKoperatif tipeCIRC
(T1)
|
Pembelajaran
Konvensional (T2)
|
||
Pengetahuan awal
|
Tinggi (A1)
|
Rendah (A2)
|
Tinggi (A3)
|
Rendah (A4)
|
µA1B1 = X11
|
µA2B1 = X21
|
µA3B1 = X31
|
µA4B1 = X41
|
Desain di atas
akan memungkinkan untuk melihat main
effeets, simple effets dan
interaction effectsdari eksperimen yang dilakukan, Sutrisno (1992:79). Sehubungan dengan itu, maka
prosedur dari desain ini adalah: (a) Melakukan pre-tes. Adapun tujuan pemberian pre-tes
adalah: (1) untuk menentukan data kemampuan awal mahasiswa sebelum diberikan
perlakuan, (2) untuk menentukan kelompok sampel penelitian, dan (3) untuk
memperoleh data dari setiap kelompok sampel diuji homogenitas dalam pembuktian
bahwa kelompok sampel tersebut adalah setara. (b) Melakukan pos-tes, pemberian pos-tes bertujuan untuk
memperoleh data kemampuan membaca mahasiswa. Data tersebut akan dianalisis
untuk menjawab permasalahan penelitian ini.
Untuk menentukan kelompok sampel pengetahuan awal mahasiswa tinggi dan
rendah, diambil dari hasil pre-tes dari masing-masing kelas yang telah
menempati sel-sel pada desain penelitian. Cara pengambilan kelompok sampel
pengetahuan awal mahasiswa tinggi dan rendah dilakukan dengan melihat skor dari
pre-tesmahasiswa secara kurva normal yang dibatasi 27,5% untuk kategori tinggi,
dan 27,5% untuk kategori rendah Suharsimi (1996:86).
Tes merupakan
alat utama yang dipergunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam
penelitian ini. Bentuk tes yang digunakan adalah objektif tes pilihan ganda.
Ada dua jenis
data yang dibutuhkan pada penelitian ini. Data pertama adalah skor pre-tes mahasiswa.
Data ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal membaca bahasa Inggris mahasiswa.
Data kedua adalah data tentang hasil pos-tes kemampuan membaca mahasiswa. Data
pre-tes dan pos-tes dimaksud untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Untuk menguji
hipotesis yang diajukan, digunakan teknik analisis data yang pengolahannya
dilakukan secara manual dengan bantuan kalkulator f-3600. Dalam hal ini sebelum
data di analisis terlebih dulu dilakukan uji persyaratan analisis. Karena
instrumen yang digunakan sama untuk pre-tes dan pos-tes, perlu dilakukan
pengujian perbedaan kedua skor yaitu skor pre-tes dan skor pos-tes terhadap
rata-rata kedua skor dilakukan uji t Suharsimi (1996:508). Kemudian Campbel &
Stanley dalam
Maryunis (2007: 78) mengungkap “Jika hasil perhitungan analisis uji t dari
perbedaan skor pre-tes dengan skor pos-tes pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol tidak berbeda secara
signifikan, maka dilakukan analisis uji t dan sebaliknya jika salah satu
kelompok berbeda secara signifikan, maka dilakukan analysis of covarians” Longman (1979:544). Hasil analisis perbedaan
rata-rata skor pre-tes dan pos-tes dengan uji t.
Analisis dan Pembahasan
Skor pre-test
Pengetahuan Awal Kemampuan Membaca (PAKEM) Kelompok Eksperimen (KE) di beri lambang
A1. Data tersebut ditransformasikan ke dalam skor berskala 0 – 100.
Dari analisis data diperoleh informasi sebagai berikut: skor rata-rata 58,09;
skor maksimum 67,5; skor minimum 17,5; standar deviasi 15,8; dan variansi
249,67.
Skorpre-tes
PAKEM – KK (kelompok kontrol) diberi lambang A2. Data tersebut
ditransformasikan ke dalam skor berskala 0 – 100. Dari analisis data diperoleh
informasi sebagai berikut: skor rata-rata 67,58; skor maksimum 70; skor minimum
27,5; standar deviasi 11,09; dan variansi 123,01.
Skor pre-tes
Pengetahuan Awal Tinggi Kemampuan Membaca Mahasiswa (PATIKEM) kelompok
eksperimen dilambangkan dengan A1B1. Dari analisis data
diperoleh informasi sebagai berikut: skor rata-rata 62,52; skor maksimum 67,5;
skor minimum 55; standar deviasi 3,29; dan variansi 10,85.
Skor pre-tes
Pengetahuan Awal Rendah Kemampuan Membaca Mahasiswa (PAREKEM) kelompok
eksperimen dilambangkan dengan A1B2. Skor pre-tes
tersebut ditransformasilan ke dalam skor berskala 0 – 100. Dari analisis data
diperoleh informasi sebagai berikut: skor rata-rata 24,09; skor maksimum 30;
skor minimum 17,5; standar deviasi 3,65; dan variansi 13,29.
Skor pre-tes
Pengetahuan Awal Tinggi Kemampuan Membaca Mahasiswa Kelompok Kontrol
dilambangkan dengan A2B1. Skor tes tersebut ditransformasikan ke dalam skor
berskala 0 – 100. Dari analisis data diperoleh informasi sebagai berikut: skor
rata-rata 64,4; skor maksimum 70; skor minimum 57,5; standar deviasi 4,69; dan
variansi 21,97.
Skor pre-tes
Pengetahuan Awal Rendah Kemampuan Membaca Mahasiswa Kelompok Kontrol
dilambangkan dengan A2B2. Skor tes tersebut ditransformasikan ke dalam skor
berskala 0 – 100. Dari analisis data diperoleh informasi sebagai berikut: skor
rata-rata 30,55; skor maksimum 32,5; skor minimum 27,5; standar deviasi 0,56; dan
variansi 0,313.
Skor pos-tes
pengetahuan awal kemampuan membaca mahasiswa Secara Keseluruhan (SK) yang
diajar melalui metode pembelajaran koperatif tipe CIRC diberi lambang A1.
Data tersebut ditransformasikan ke dalam skor berskala 0 - 100. Dari analisis
data diperoleh informasi sebagai berikut: skor rata-rata 73,13; skor maksimum
85; skor minimum 55; standar deviasi 10,13; dan variansi 102,71.
Skor pos-tes
pengetahuan awal kemampuan membaca mahasiswa Secara Keseluruhan (SK) yang
diajar melalui metode pembelajarankonvensionaldiberi lambang A2. Data tersebut
ditransformasikan ke dalam skor berskala 0 - 100. Dari analisis data diperoleh
informasi sebagai berikut: skor rata-rata 60,85; skor maksimum 77,5; skor
minimum 42,5; standar deviasi 11,4; dan variansi 130,03.
Skor pos-tes
pengetahuan awal kemampuan membaca mahasiswa kelompok pengetahuan awal tinggi
yang diajar melalui metode pembelajaran koperatif tipe CIRC diberi lambng A1B1.
Dari analisis data diperoleh informasi sebagai berikut: skor rata-rata 80,74;
skor maksimum 85; skor minimum 77,5; standar deviasi 3,34; dan variansi 1,83.
Skor pos-tes
kemampuan membaca mahasiswa kelompok pengetahuan awal rendah yang diajar
melalui metode pembelajaran
koperatif tipe CIRC diberi lambang A1B2. Data tersebut
ditransformasikan ke dalam skor berskala 0 - 100. Dari analisis data diperoleh
informasi sebagai berikut: skor rata-rata 68,1; skor maksimum 77,5; skor
minimum 55; standar deviasi 5,79; dan variansi 33,5.
Skor pos-tes
pengetahuan awal tinggi kemampuan membaca mahasiswa yang diajar melalui metode pembelajarankonvensional diberi lambang A2B1.
Skor pos-tes tersebut ditransformasikan ke dalam skor berskala 0 - 100. Dari
analisis data diperoleh informasi sebagai berikut: skor rata-rata 68,79; skor
maksimum 77,5; skor minimum 60; standar deviasi 9,19; dan variansi 84,45.
Skor pos-tes
pengetahuan awal rendah kemampuan membaca mahasiswa yang diajar melalui metode pembelajarankonvensional diberi lambang A2B2.
Skor pos-tes tersebut ditransformasikan ke dalam skor berskala 0 - 100. Dari
analisis data diperoleh informasi sebagai berikut: skor rata-rata 46,5; skor
maksimum 51,3; skor minimum 38,5; standar deviasi 4,76; dan variansi 22,7.
Sebelum
membahas hasil uji hipotesis, terlebih dahulu dilihat perbedaan rata-rata
nilai, yaitu rata-rata nilai pre-tes dengan rata-rata nilai pos-tes, karena
instrument yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah sama, baik skor
pre-tes maupun skor pos-tes untuk semua kelompok sampel, sebagao berikut:
Perbedaan
rata-rata skor pre-tes dan pos-tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat bahwa perbedaan
rata-rata skor pre-tes dengan pos-tes secara keseluruhan kelompok eksperimen
diperoleh 74,31 – 43,67 = 30,7 lebih tinggi dari pada perbedaan rata-rata
kelompok kontrol 60 – 46,53 = 13,47.
Dari gambaran
tersebut, dapat dikatakan bahwa perbedaan rata-rata pre-tes dan rata-rata
pos-tes kemampuan membaca mahasiswa pada kelompok eksperimen adalah 43,61 dan
74,31, antara keduanya ditarik garis lurus. Sedangkan pada kelompok kontrol
rata-rata pre-tes dan pos-tes adalah 46,53 dan 60 juga diantara keduanya
ditarik garis lurus, maka secara geometri dapat dikatakan bahwa pembelajaran
koperatif tipe CIRC memeberikan pengaruh secara ordinal sesuai dengan hasil
hipotesis pertama.
Hal ini
menunjukkan bahwa proses pembelajaran koperatif tipe CIRC dapat digunakan
dengan efektif pada mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi. Dan
interaksi pembelajaranterjadi pula dari mahasiswa ke dosen karena dosen dapat
membimbing, menjelaskan dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh
mahasiswa. Tambahan lagi mahasiswa lebih aktif dan kreatif dalam membaca dan
memahami materi, sehingga mereka dapat menyelesaikan tugas atau latihan dengan
tepat dan benar.
Perbedaan
rata-rata skor pre-tes dan pos-tes kemampuan membaca mahasiswa yang memiliki
pengetahuan awal tinggi pada kelompok eksperimen dengan skor rata-rata pre-tes
dan pos-tes kemampuan membaca mahasiswa yang memilik pengetahuan awal tinggi
pada kelompok kontrol dapat dilihat bahwa perbedaan rata-rata skor pre-tes dan
skor pos-tes kemampuan membaca mahasiswa yang memliki pengetahuan awal tinggi
pada kelompok eksperimen adalah 20,59 dan pada kelompok kontrol sebesar 2,75.
Perbedaan rata-rata skor dari kedua kelompok dapat dilihat bahwa perbedaan
rata-rata skor pre-tes dan rata-rata skor pos-tes kemampuan membaca mahasiswa
pada kelompok eksperimen adalah 60,8 dan 81,39, antara keduanya ditarik garis
lurus. Sedangkan kelompok kontrol rata-rata pre-tes pengetahuan awal 63,05 dan
65,8 juga diantara keduanya ditarik garis lurus, maka secara geometri dapat
dikatakan bahwa pembelajaran koperatif tipe CIRC memberikan pengaruh secara
ordinal sesuai dengan hasil hipotesis kedua.
Pada pengujian
hipotesis kedua, disimpulkan bahwa kemampuan membaca mahasiswa kelompok mahasiswa
yang memiliki pengetahuan awal tinggi diajardengan pembelajaran koperatif tipe
CIRC akan lebih tinggi dari pada kemampuan membaca mahasiswa yang diajar
melalui pembelajarankonvensional.
Perbedaan
rata-rata skor pre-tes dan pos-tes kemampuanmembaca mahasiswa yang memiliki
pengetahuan awal rendah pada kelompok eksperimen dengan skor rata-rata pre-tes
dan pos-tes kemampuan membaca mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal renah
pada kelompok kontrol dapat dikatakan bahwa perbedaan rata-rata skor pre-tes dan
pos-tes kemampuan membaca mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal rendah
kelompok eksperimen adalah 67,5 – 26,39 = 41,11 lebih tinggi dari pada
perbedaan rata-rata kelompok kontrol yakni 30 – 54,17 = 24,17. Ini berarti
bahwa pembelajaran koperatif tipe CIRC dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajarandikelas
untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal
rendah.
Perbedaan
rata-rata prê-tes dan rata-rata pos-tes kemampuan membaca mahasiswa pada
kelompok eksperimen adalah 26,39 dan 67,5, antara keduanya ditarik garis lurus.
Sedangkan skor rata-rata pre-tes dan pos-tes kelompok kontrol yang memiliki
pengeteahuan awal rendah adalah 30 dan 54,17 juga diantara keduanya ditarik
garis lurus, maka secara geometri dapat dikatakan bahwa pembelanjaran koperatiftipe
CIRC memberikan pengaruh secara ordinal sesuai dengan hasil hipotesis ketiga.
Pada pengujian
hipotesis ketiga, disimpulkan bahwa kemampuan membaca mahasiswa kelompok
mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal rendah yang diajar dengan pembelajaran
koperatiftipe CIRC akan lebih tinggi dari pada kemampuan membaca mahasiswa yang
diajar melalui pembelajaran konvensional.
Berdasarkan
uji hipotesis pertama, kedua dan ketiga menunjukkan bahwa pemanfaatan pembelajaran
koperatiftipe CIRC dalam proses pembelajarandikelas lebih efektif, karena
mahasiswa dapat belajar secara kelompok melalui materi ajar yang telah
dirancang. Temuan ini mendukung teori-teori
yang sudah ada dalam hal efektifitas proses pembelajaranyang baik,
karena mahasiswa dapat belajar secara kelompok-kelompok kecil menurut irama dan
kecepatannya masing-masing. Dengan demikian interaksi pembelajaranterjadi dari
mahasiswa ke dosen, karena mahasiswa secara spontan dapat bertanya kepada dosen
jika menemui suatu konsep yang tidak mereka mengerti. Dosen dapat membimbing,
menjelaskan dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa. Kondisi
semacam ini menimbulkan interaksi mahasiswa dengan dosen, mahasiswa lebih
bersifat aktif dan kreatif dalam membaca dan memahami materi, sehingga mereka
dapat menyelesaikan tugas atau latihan dengan tepat dan benar.
Penggunaan
metode pembelajaran koperatiftipe CIRC dalam pembelajaranmata kuliah Reading dapat membantu mahasiswa untuk
lebih bertanggung jawab, misalnya dalam menyelesaikan berbagai latihan dan
soal-soal yang dibuat dosen menimbulkan sikap kompromi antar mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya.
Pengujian
hipotesis keempat, disimpulkan bahwa
terdapat interaksi antara metode pembelajarankoperatiftipe CIRC dengan
pengetahuan awal terhadap kemampuan membaca mahasiswa. Interaksi adalah
kerjasama dua variabel bebas atau lebih dalam mempengaruhi suatu variabel
terikat. Sejalan dengan itu Kelinger dalam Suharsimi (1990:79) menyatakan bahwa interaksi
terjadi manakala suatu variabel bebas memiliki efek yang berbeda terhadap
variabel terikat.
Dari pengujian
hipotesis 1, 2, dan 3 diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa kemampuan membaca
mahasiswa yang diajar dengan metode pembelajaran koperatif tipe CIRC secara
keseluruhan lebih tinggi dari kemampuan membaca mahasiswa yang diajar dengan
menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Hal ini berarti bahwa metode pembelajaran koperatif tipe CIRC dapat
meningkatkan kemampuan membaca mahasiswa secara keseluruhan, baik kelompok
mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi maupun kelompok mahasiswa yang
memiliki pengetahuan awal rendah. Nilai rata-rata kemampuan membaca mahasiswa
yang diajar dengan metode pembelajaran koperatif tipe CIRC secara keseluruhan
adalah 74,45, sedangkan kemampuan membaca mahasiswa yang diajar dengan pembelajaran
konvensional adalah 59,99. Bagi kelompok mahasiswa yang memiliki pengetahuan
awal tinggi yang diajar dengan melauli metode pembelajaran koperatif tipe CIRC
skor rat-rata kemampuan membacanya adalah 81.39, sedangkan skor rata-rata
kemampuan membaca mahasiswa yang diajar dengan metode pembelajarankonvensional
adalah 67,5. Selanjutnya kelompok
mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal rendah yang diajar dengan melalui
metode pembelajaran koperatif tipe CIRC skor rat-rata kemampuan membacanya
adalah 65,8, sedangkan skor rata-rata kemampuan membaca mahasiswa yang diajar
dengan metode pembelajarankonvensional adalah 54,17. Dengan demikian perbedaan
kedua skor rata-rata tersebut sangat berarti, artinya kemampuan membaca
nahasiswa juga dipengaruhi oleh kedua metode tersebut dan pengetahuan awal yang
saling berinteraksi.
Di pihak
dosen, pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran koperatif tipe CIRC,
memungkinkan dosen untuk menerapkan tujuan pembelajaran yang lebih mudah dan
efektif. Karena dosen tidak lagi perlu berceramah atau menyampaikan materi
sepanjang proses pembelajaran, akan tetapi mahasiswa dapat berdiskusi terlebih
dahulu dalam kelompoknya sehingga tercipta pula hubungan yang lebih baik sesama
mereka.
Simpulan dan
Saran
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa: (a) Pembelajaran kooperatif tipe CIRC memberikan
pengaruh secara ordinal yakni ada perbedaan yang signifikan atau lebih tinggi
kemampuan membaca mahasiswa dari pada diajar melalui pembelajaran konvensional;
(b) Pemberlajaran koperatif tipe CIRC memberi pengaruh secara ordinal yakni ada
perbedaan yang signifikan atau lebih tinggi dari pada kemampuan membaca
mahasiswa yang diajarkan melalui pembelajaran Konvensional terhadap kelompok
mahasiswa yang memiliki pengetahuan awalnya tinggi; (c) Pembelajaran koperatif
tipe CIRC memberi pengaruh secara ordinal yakni ada perbedaan yang signifikan
atau lebih tinggi dari pada kemampuan membaca mahasiswa yang diajarkan melalui
pembelajaran Konvensional terhadap kelompok mahasiswa yang memiliki pengetajuan
awalnya rendah; dan (d) Terdapat interaksi antara pembelajaran koperatif tipe
CIRC dan pengetahuan awal terhadap kemampuan membaca mahasiswa yakni interaksi
terjadi karena variabel bebas memiliki efek yang berbeda terhadap variabel
terikat.
Berdasarkan
temuan penelitian yang diperoleh, maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
(a) Untuk meningkatkan kemampuan membaca mahasiswa disarankan kepada dosen,
guru dan pihak yang terkati dengan pembelajaran Reading, untuk dapat menerapkan metode pembelajaran koperatif tipe
CIRC; (b) Untuk menerapkan metode pembelajaran koperatif tipe CIRC dosen, guru
dan pihak yang terkait dalam pembelajaran Reading,
terlebih dahulu memberikan bimbingan dan arahan dalam membaca, memahami teks
dan mengerjakan latihan-latihan dan tugas-tugas. (c) Penelitian ini tidak
terlepas dari keterbatasan dan kelemahan, dikarenakan dalam penelitian ini baru
digunakan dua variabel. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah
tes kemampuan membaca mahasiswa yang diberikan sebelum dan sesudah treatment.
Begitu juga lokasi penelitiannya, yang jumlah sampel relatif terbatas sehingga untuk memperoleh
data empirik dan
pengetahuan yang lebih luas tentang efektifitas penerapan metode pembelajaran koperatif tipe CIRC,
perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih besar, instrumen
yang terpisah antara pre-tes dan pos-tes, lokasi penelitian yang berbeda dan
jenis sekolah yang berbeda dan menggunakan variabel terikat lainnya seperti
minat, motivasi, gaya belajar, yang kesemuanya itu dapat mempengaruhi kemampuan
membaca mahasiswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Alex
Maryunis. 2007. Statistika dan Teori
Probabilitas: untuk Penelitian Pendidikan. Padang:Universitas Negeri
Padang.
Anita
Lie. 2004. Cooperative Learning:
Mempraktekkan PembelajaranKoperatifdi Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo,
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Burnes,
Don & Page, Glenda. 1985. Insights
and Metodees for Teaching Reading. Melbourne Sydney: Harcourt Brace
Jovanovich Group (Australia) Pty Limited.
Chitravelu,
Nesamalar, et.al. 2004. ELT Methodology:
Principles and practice. Selangor: Penerbit Fajar Bakti sdn. Bhd.
Clarke,
Mark A. et.al. 1996. Choice Readings. Singapore: STI Publishers. Pte. Ltd.
Harmer,
Jeremy. 1998. How to Teach English.
An Introduction to the Practice of English Language Teaching. England: Addison
Wesley Longman Limited.
Johnson,
D.W., dan Johnson. R.T. 1984. Cooperative
in the Classroom. Minneapolis: Interaction Book Company.
-----------------------------------------.
1984. Circle of Learning. The United
States of America: The Association for Supervision and Curriculum development.
Johnson, D.W.,
Johnson, R.T., Holubec, E.J. 1991. Cooperation
in The Classroom. Interaction Book Co: Edina, MN.
(http://curriculum.calstatela. edu/faculty/dpaulso /active/. Diakses tanggal 17 Februari 2007).
Lado,
Robert. 1964. Language Teaching. A
Scientific Approach. United States of
America: Mc Graw-Hill, Inc.
Longman.
1979. Educational Research. Third
Edition. New York & London: Macmillan Publishing Co. Inc.
Muhammad
Nur dkk. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada
Mahasiswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya. UNESA University Press.
Muslimin
Ibrahim, dkk. 2000. Cooperative Learning.
Surabaya: UNESA University Press.
Nuttall,
Christine. 1983. Teaching Reading skills
in a Foreign Language. London: Heinemenn Educational Books.
Oxford,
L. Rebecca. 1990. Language Learning
Metodees: What Every Teacher Should Know. New York: Newbury House
Publishers, Inc.
Slavin,
R.E. 1995. Cooperative Learning Theory,
Research, and Practice, Boston: Allyn and Bacon.
Suharsimi
Arikunto. 1985. Prosedur Penelitian
Kependidikan. Jakarta: Bina Aksara.
-----------------------.
1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
-----------------------.
2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Penerbit PT. RINEKA CIPTA. Dicetak PT Asdi Mahasatya.
Sutrisno
Hadi. 1993. Statistik Pendidikan.
Jilid II. Jakarta: Pustaka Jaya.
----------------.
1992. Metodologi Research 4.
Yogjakarta: Andi
Tengku
Zahara Djaafar. 2001. Kontribusi Metode PembelajaranTerhadap
Hasil Belajar. Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.
Sekretaris Balitbang Depdiknas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar