PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
UNTUK PELAJARAN IPA
PADA MATERI SUMBER DAYA ALAM
KELAS IV SEKOLAH DASAR
ABSTRACT
The research is classified as the development research, which consist of five stages. The first stage is a pre investigation, the second is design stage, the third is realization stage, the fourth is tes, evaluation and revision stage, and the last one is a final stage. To do that a set of instruction and student activity sheets have designed.
Validity activities were done by an expert of instruction design, two experts of the natural science course content and two teachers. Practical tests of the sets of instruction were done in three Elementary Schools in Pekanbaru, which are SDN 001 Sail, SDN 001 Bukitraya and SDN 040 Sail.
Data analysis was performed by using the descriptive statistic method. The result of the analysis was confirmed that the sets of instruction is valid with the score of 80,7 – 88,5 %. The score of practical test based on observation to the teachers is 86,5 %, practical test based on teachers and students opinions resulted the score in average (teacher 82,7 % and student 94,5 %). In addition to that, the analysis of the student learning result in the three schools shows a good result with score higher than 75 %.
The conclusions of this research is the product of the good sets of instruction for the topic of natural sources of the natural science course for the student of class 4 in elementary school.
Keywords: Pengembangan, Perangkat Pembelajaran CTL, Pelajaran IPA.
I. PENDAHULUAN
Pembelajaran IPA diarahkan pada inkuiri sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2007). Fenomena yang banyak terjadi pada proses pembelajaran di sekolah adalah:
- Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak memahaminya.
- Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan digunakan/dimanfaatkan.
- Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Padahal mereka sangat butuh untuk dapat memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat pada umumnya dimana mereka akan hidup dan bekerja.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru-guru yang mengajar IPA di beberapa sekolah dasar di Pekanbaru, pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam buku (Conseptual Learning) dan kurang memanfaatkan lingkungan dan sumber-sumber pembelajaran yang ada di sekitar sekolah (Constextual Teaching and Learning). Hal tersebut juga yang membuat siswa kurang termotivasi untuk mempelajari IPA, sehingga hasil belajar mereka rendah. Meskipun ada siswa yang hasil belajarnya tinggi, tetapi itu hanya bersifat sementara, karena apabila di lain waktu mereka diujikan kembali materi yang telah diberikan, mereka tidak bisa menjawab dengan alasan lupa.
Selama ini siswa dianggap berhasil dalam belajar bila mereka telah menguasai isi buku yang disampaikan guru, tanpa memikirkan seberapa jauh mereka dapat memahami isi buku apalagi dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Pola pembelajaran seperti ini sudah tidak sesuai lagi, mengingat kurikulum tingkat satuan pendidikan selanjutnya disingkat KTSP tidak hanya menuntut siswa memperoleh sains (IPA) tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir dan sejumlah keterampilan proses (Sanjaya, 2006).
Salah satu materi yang terdapat dalam pembelajaran IPA kelas IV SD adalah materi sumber daya alam. Agar siswa mengalami kemudahan dalam memahami konsep materi sumber daya alam secara ilmiah, maka perlu disusun dan dikembangkan suatu perangkat pembelajaran yang dapat mengarahkan dan merangsang aktivitas berfikir siswa dan guru dalam menggali dan memaksimalkan kompetensi yang dimiliki siswa, sehingga tujuan dari suatu proses pembelajaran dapat tercapai.
Perangkat pembelajaran yang tersedia dan biasa digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah terasa masih bersifat umum, karena dirancang untuk dipasarkan secara luas dan hanya dijadikan sebagai bahan pegangan untuk guru sehingga kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi kemampuan yang mereka miliki. Materi yang disajikan juga sangat padat dan terasa lepas dari permasalahan pokok yang timbul di masyarakat, sehingga siswa sulit untuk membuat keterkaitan antara konsep dan teori dengan aplikasi dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari dan belum tentu dapat menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan ini menggunakan pendekatan berbasis CTL. Pendekatan CTL dianggap mampu merangsang aktivitas berfikir siswa dan guru dalam menggali dan memaksimalkan kompetensi yang dimiliki siswa, sehingga tujuan dari suatu proses pembelajaran dapat tercapai.
Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Johnson, 2007).
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis merasa perlu melakukan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran berbasis CTL untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SD terhadap konsep materi sumber daya alam.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran berbasis CTL pada pembelajaran IPA untuk materi sumber daya alam di kelas IV SD?
2. Bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran IPA untuk materi sumber daya alam di kelas IV SD dengan perangkat pembelajaran berbasis CTL?
III. LANDASAN TEORI
1. Hakikat Belajar
Dari beberapa pengertian belajar menurut para ahli, intinya tidak lain adalah masalah “perubahan” yang terjadi dalam diri individu yang belajar. Para ahli mengemukakan pengertian belajar dengan persamaan dan perbedaan pada unsur-unsur kata dan kalimat, para ahli boleh jadi tidak meletakkan kata “perubahan” atau change secara nyata dalam pengertian belajar, tapi sebenarnya secara tersirat mengandung makna ”perubahan”. Perubahan yang dimaksud tentu saja perubahan yang sesuai dengan perubahan yang dikehendaki oleh pengertian belajar. Perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku. Sedangkan perubahan tingkah laku akibat mabuk karena meminum minuman keras, akibat gila, akibat tabrakan, dan sebagainya. Bukanlah kategori belajar dimaksud.
2. Hakikat Pembelajaran IPA SD
Hakikat pembelajaran IPA meliputi empat unsur utama, yaitu:
1. sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar;
2. proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan;
3. produk: berupa fakta, prinsip, teori dan hukum;
4. aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah , metode ilmiah dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. Kecendrungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah siswa hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghapalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang berorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.
3. Pendekatan Pembelajaran Berbasis CTL
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Tujuh komponen utama pembelajaran CTL, yaitu: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) (Muslich, 2007).
a. Konstruktivisme (Constructivism)
1) Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal
2) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
b. Bertanya (Questioning)
1) Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa
2) Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
c. Menemukan (Inquiri)
1) Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
2) Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
d. Masyarakat belajar (Learning Community)
1) Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar
2) Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri
3) Tukar pengalaman
4) Berbagi ide
e. Pemodelan (Modeling)
1) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar
2) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
f. Refleksi (reflection)
1) Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
2) Mencatat apa yang telah dipelajari
3) Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
g. Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
1) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
2) Penilaian produk (kinerja)
3) Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
Dengan pembelajaran berbasis CTL diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya:
a. Pembelajaran lebih efektif, karena berpusat pada siswa
b. Pembelajaran yang diperoleh siswa akan lebih bermakna, karena siswa belajar dari mengalami sendiri bukan dari pemberian orang lain dan lebih banyak mengaktifkan indera mereka daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan
c. Pembelajaran bisa terjadi di berbagai tempat (tidak hanya di dalam kelas)
d. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik
4. Hasil Belajar
Menurut Gagne, Jenkis dan Unwin dalam Hamzah (2007) ”hasil belajar merupakan pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-kemampuan tertentu”. Hasil belajar yang diperoleh siswa dapat dikelompokkan dalam tiga wilayah (domain) atau dikenal dengan taksonomi Bloom, yaitu:
a. Aspek kognitif (pengetahuan), terdiri dari enam tingkatan yaitu:
1) Pengetahuan (mengingat, menghapal)
2) Pemahaman (menginterpretasikan)
3) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)
4) Analisis (menjabarkan suatu konsep)
5) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep utuh)
6) Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode dan sebagainya
b. Aspek afektif (sikap), terdiri dari lima tingkatan yaitu:
1) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
2) Merespon (aktif berpartisipasi)
3) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)
4) Pengorganisasian (menghubungkan nilai-nilai yang dipercaya)
5) Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup)
c. Aspek psikomotor (keterampilan, yang terdiri dari lima tingkatan yaitu:
1) Peniruan (menirukan gerak)
2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
3) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
4) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus)
5) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
Setiap reaksi yang diberikan dalam proses belajar mengajar mengandung aktivitas, sehingga makin banyak aktivitas yang dilakukan oleh siswa, maka semakin banyak pula siswa menguasai sesuatu. Semakin menguasai sesuatu berarti semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh.
5. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran merupakan segala alat dan bahan yang digunakan guru dalam melakukan proses pembelajaran. Upaya untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang berupa bahan ajar, RPP, dan LKS ditempuh melalui beberapa langkah, yaitu: (1) analisis, (2) perencanaan, (3) perancangan, dan (4) pengembangan perangkat pembelajaran. Sebelum perangkat pembelajaran dikembangkan, maka harus ditentukan tahapan perancangan perangkat pembelajaran terlebih dahulu. Adapun tahapan yang harus diikuti dalam perancangan perangkat pembelajaran (RPP, bahan ajar, dan LKS) antara lain:
A. Dalam perancangan RPP melewati beberapa langkah, antara lain:
1) Mengisi kolom identitas
2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan
3) Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun
4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar komeptensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditentukan
5) Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok yang terdapat dalam silabus
6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan
7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup
8) Menentukan alat/bahan/sumber belajar yang digunakan
b. Dalam perancangan bahan ajar melewati beberapa langkah, antara lain:
1) Mengkaji kesesuaian materi yang akan disajikan dalam bahan ajar dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum
2) Menentukan kedalaman dan ruang lingkup bahan ajar
3) Menentukan urutan bahan ajar
4) Menentukan sumber materi pembelajaran
c. Dalam perancangan LKS melewati beberapa langkah, antara lain:
1) Melakukan analisis kurikulum untuk melihat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan materi pelajaran
2) Menyusun peta kebutuhan LKS
3) Menentukan judul LKS
4) Menentukan alat penilaian
IV. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian pengembangan, yang berupaya membuat suatu produk baru dalam sistem pembelajaran yaitu pengembangan perangkat pembelajaran berbasis CTL pada mata pelajaran IPA kelas IV SD untuk materi sumber daya alam. Menurut Soenarto (2005), penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat atau strategi pembelajaran, digunakan untuk mengatasi masalah pembelajaran di kelas/laboratorium dan bukan untuk menguji teori.
2. Prosedur Pengembangan
Prosedur yang dilakukan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berbasis CTL untuk mata pelajaran IPA kelas IV Sekolah Dasar pada materi sumber daya alam ini diadopsi dari Mohammad Nur (1998), yang dilakukan atas 5 tahapan pengembangan yaitu:
d. Tahap investigasi awal
e. Tahap perancangan
f. Tahap realisasi/konstruksi
g. Tahap tes evaluasi dan revisi
h. Tahap akhir (produk
3) Uji Coba Produk
Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat kepraktisan dari produk yang dihasilkan. Dalam bagian ini secara berurutan dikemukakan: 1) tujuan uji coba, 2) rancangan uji coba, 3) subjek uji coba, 4) jenis data, 5) instrumen pengambilan data, 6) teknik analisis data.
a. Tujuan Uji Coba
Uji coba produk bertujuan untuk mendapatkan tingkat praktikalitas dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Sehingga dapat diketahui sejauh mana perangkat pembelajaran berpengaruh terhadap minat belajar siswa, sejauh mana kemudahan penggunaan perangkat pembelajaran oleh guru dan siswa, sejauh mana perangkat pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan kesesuaian penerapan perangkat pembelajaran dengan waktu yang tersedia.
b. Rancangan Uji Coba
Produk yang dihasilkan akan diujicobakan, namun sebelum diujicobakan perangkat pembelajaran harus melewati tahap validasi oleh beberapa orang pakar seperti di bawah ini:
a. Validasi oleh pakar di bidang desain pembelajaran, bertujuan untuk mendapatkan penilaian, saran ataupun komentar mengenai kesesuaian pendekatan dan bentuk rancangan dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut.
b. Validasi oleh pakar di bidang IPA, bertujuan untuk mendapatkan masukan (penilaian, pendapat dan saran) terhadap keseluruhan isi materi yang terdapat dalam rancangan perangkat pembelajaran berbasis CTL pada pembelajaran IPA kelas IV SD untuk materi sumber daya alam.
c. Validasi dari praktisi, yaitu guru yang bertujuan untuk mendapatkan penilaian, komentar dan saran mengenai pemahaman praktisi terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
Tahap selanjutnya setelah perangkat pembelajaran divalidasi oleh pakar dan praktisi adalah uji coba perangkat pembelajaran terhadap siswa untuk melihat tingkat praktikalitas dari perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan.
c. Subjek Uji Coba
Subjek untuk uji coba pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini adalah peserta didik semester 2 kelas IVb SD Negeri 001 Sail (42 orang), kelas IVb SD Negeri 001 Bukitraya (35 orang), dan kelas IVa SDN 040 Sail Pekanbaru (40 orang).
Ketiga sekolah tersebut dipilih sebagai sekolah sampel dengan melakukan penarikan sampel berlapis (Stratified Sampling). Dalam penarikan sampel ini, mula-mula ditetapkan SD yang ada di Pekanbaru yang masuk kategori sekolah bagus, sedang, dan kurang bagus (dilihat dari nilai akreditasi sekolah). Setelah itu diambil satu SD dari sekolah bagus, sedang, dan kurang bagus, sehingga terpilihlah tiga SD yang dianggap telah mewakili Sekolah-sekolah Dasar yang ada di Pekanbaru yaitu: SD Negeri 001 Sail termasuk kategori sekolah bagus, SD Negeri 001 Bukitraya termasuk kategori sekolah sedang dan SD Negeri 040 Bukitraya Pekanbaru termasuk kategori sekolah kurang bagus.
d. Teknik Pengumpulan Data
Data hasil penelitian didapatkan melalui:
a. Lembar validasi
Lembar validasi digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat validitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Lembar validasi ini diberikan kepada validator yang terdiri dari satu orang pakar desain pembelajaran, dua orang pakar IPA dan dua orang guru.
b. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk memperoleh tingkat praktikalitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Lembar observasi digunakan untuk melihat kegiatan guru dalam proses pembelajaran.
c. Angket
Angket digunakan untuk memperoleh tingkat praktikalitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Angket tersebut diberikan kepada guru dan siswa.
d. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa dapat menguasai materi ajar.
e. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan pada lembaran validasi, lembaran observasi, angket dan tes hasil belajar.. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Analisis Kevalidan
Untuk menganalisis validitas perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan menggunakan Skala Likert berdasarkan lembar validasi, dengan langkah-langkah:
1) Memberikan skor untuk setiap item dengan jawaban sangat baik (5), baik (4), cukup (3), kurang (2), dan jelek (1).
2) Menjumlahkan skor total tiap validator untuk seluruh indikator.
3) Pemberian nilai validitas dengan cara:
Nilai validitas = Skor yang diperoleh x 100 %
Skor maksimum
(Sudjana, 2006)
Tingkat pencapaian kategori kevalidan perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan klasifikasi dalam Tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2. Kategori kevalidan perangkat pembelajaran
No | Tingkat Pencapaian (%) | Kategori |
1 2 3 4 5 | 90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54 | Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tidak Baik |
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini dikatakan valid apabila telah mencapai tingkat kevalidan di atas 80 %.
b. Analisis Kepraktisan
Untuk menganalisis tingkat praktikalitas perangkat pembelajaran, baik berdasarkan observasi terhadap guru maupun angket yang diberikan untuk guru menggunakan analisis yang sama dengan analisis kevalidan. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini dikatakan praktis apabila telah mencapai tingkat kepraktisan di atas 80 %.
c. Analisis Hasil Belajar
Untuk menganalisis data hasil belajar peserta didik digunakan analisis deskriptif. Persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik menurut Suharsimi (2002) baik secara individu maupun klasikal untuk ranah kognitif menggunakan rumus berikut:
Ketuntasan Individu = Skor benar yang diperoleh siswa x 100 %
Skor maksimum
Ketuntasan Klasikal = Jumlah siswa yang tuntas x 100 %
Jumlah siswa
Sedangkan kategori ketuntasan hasil belajar siswa digunakan klasifikasi menurut Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Kategori Ketuntasan Hasil Belajar
No | Ketuntasan (%) | Kategori |
1 2 3 4 | 85 – 100 70 – 84 50 – 69 0 – 49 | Amat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik |
V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi dan Analisis Data
1. Kegiatan Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Pakar dan Guru
Kegiatan validasi draf awal perangkat pembelajaran meliputi validasi yang dilakukan oleh pakar dan guru yang terdiri dari satu orang pakar desain pembelajaran, dua orang pakar IPA dan dua orang guru SD. Adapun kegiatan validasi yang dilakukan oleh pakar dan guru ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kegiatan Validasi Perangkat Pembelajaran terhadap Draf Awal Perangkat Pembelajaran oleh Pakar dan Guru
Validator | Pakar/Praktisi | Instansi | Tanggal Validasi |
1 | Desain Pembelajaran | UNRI | 21 April – 12 Mei 2008 |
2 | IPA | UNRI | 21 April – 12 Mei 2008 |
3 | IPA | UNRI | 21 April – 8 Mei 2008 |
4 | Guru | SDN 001 Sail Pekanbaru | 21 April – 8 Mei 2008 |
5 | Guru | SDN 001 Sail Pekanbaru | 21 April – 8 Mei 2008 |
2. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Pakar dan Guru
Hasil validasi perangkat pembelajaran oleh pakar dan guru terhadap draf awal perangkat pembelajaran, diperoleh data pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Data Validasi Draf Awal Perangkat Pembelajaran
Aspek Yang Divalidasi | Skor Dari Validator | Persentase (%) | |||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | Rata-rata | |
Persiapan Bahan Ajar | 29 | 23 | 24 | 25 | 26 | 96,7 | 76,7 | 80 | 83,3 | 86,7 | 84,7 |
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran | 37 | 38 | 33 | 34 | 35 | 92,5 | 95 | 82,5 | 85 | 87,5 | 88,5 |
Lembar Kegiatan Siswa | 26 | 29 | 25 | 24 | 24 | 86,7 | 96,7 | 83,3 | 80 | 80 | 85,3 |
Pemilihan Media/ Sumber Belajar | 18 | 20 | 17 | 17 | 16 | 90 | 100 | 85 | 85 | 80 | 88 |
Bahasa dan Keterbacaan | 23 | 27 | 23 | 24 | 24 | 76,7 | 90 | 76,7 | 80 | 80 | 80,7 |
Dari Tabel 5 dapat kita lihat bahwa draf awal perangkat pembelajaran telah mengacu pada kategori valid, dengan persentase rata-rata setiap aspek berkisar antara 80,7 % sampai 88,5 %, sehingga perangkat pembelajaran ini sudah dianggap layak untuk diujicobakan dan digunakan.
3. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Observasi
a. Berdasarkan Observasi Terhadap Guru
Observasi dilakukan oleh satu orang observer terhadap seorang guru yang mengajar di tiap-tiap sekolah untuk setiap pertemuan. Berdasarkan lembaran pengisian catatan observasi terhadap guru, diperoleh data tentang kepraktisan perangkat pembelajaran seperti yang terdapat pada Tabel 6 berikut:
Tabel 6. Data Observasi Kepraktisan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Observasi Terhadap Guru
Aspek Yang Diobservasi | Skor Guru | Jumlah | Persentase | ||
1 | 2 | 3 | |||
Kegiatan Pendahuluan | 36 | 34 | 37 | 107 | 89,2 |
Kegiatan Inti | 107 | 96 | 107 | 310 | 86,2 |
Kegiatan Penutup | 35 | 32 | 34 | 101 | 84,2 |
Rata-rata | 86,5 |
Data yang tercantum pada Tabel 6 menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran ini dapat diimplementasikan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase guru yang tinggi (86,5 %) dalam mengimplementasikan perangkat pembelajaran ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang diujicobakan berdasarkan observasi terhadap guru telah praktis.
b. Berdasarkan Angket Guru
Berdasarkan angket yang telah diisi oleh guru, diperoleh data tentang kepraktisan perangkat pembelajaran yang dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Data Kepraktisan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Angket Guru
No | Aspek yang Dinilai | Penilaian Guru | Jml | Persentase | ||
1 | 2 | 3 | ||||
1 | Daya tarik perangkat pembelajaran yang dikembangkan terhadap minat belajar siswa | 5 | 4 | 4 | 13 | 86,7 |
2 | Proses pengembangan perangkat pembelajaran yang sederhana | 4 | 4 | 4 | 12 | 80 |
3 | Kemudahan penggunaan perangkat pembelajaran a. Kemudahan penggunaan perangkat pembelajaran oleh guru b. Penggunaan perangkat pembelajaran membantu proses pembelajaran | 4 4 | 4 4 | 4 5 | 12 13 | 80 86,7 |
4 | Keberfungsian perangkat pembelajaran bagi guru dan siswa a. Siswa dapat dilatih keterampilannya dalam melakukan setiap kegiatan yang terdapat dalam Lembaran Kegiatan Siswa (LKS) b. Setiap kegiatan yang terdapat dalam LKS dan setiap contoh yang terdapat dalam bahan ajar dapat membantu siswa memahami materi c. Penggunaan perangkat pembelajaran membantu guru dalam memanfaatkan alokasi waktu selama pembelajaran berlangsung | 4 4 4 | 4 5 4 | 4 5 4 | 12 14 12 | 80 93,3 80 |
5 | Reliabilitas perangkat pembelajaran yang tinggi. a. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan konsep materi b. Tingkat keterandalan dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan | 4 4 | 4 4 | 4 4 | 12 12 | 80 80 |
6 | Nilai ekonomis dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan | 4 | 4 | 4 | 12 | 80 |
Rata-rata | 82,7 |
Dari tabel 7 terlihat bahwa dari semua aspek yang dinilai diperoleh rata-rata persentase penilaian 82,7 %. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai kepraktisan perangkat pembelajaran berdasarkan angket guru tergolong baik.
c. Berdasarkan Angket Siswa
Berdasarkan angket yang telah diisi oleh 117 siswa yang terdiri dari 42 orang siswa kelas IVb SD Negeri 001 Sail, 35 orang siswa kelas IVb SD Negeri 001 Bukitraya dan 40 orang siswa kelas IVa SD Negeri 040 Sail Pekanbaru, diperoleh data tentang kepraktisan perangkat pembelajaran yang dapat dilihat pada tabel 8 berikut:
No | Aspek yang Dinilai | Siswa yang Menjawab Ya | % Raat-rata | |||||
SD 1 | % | SD 2 | % | SD 3 | % | |||
1 | Ketertarikan siswa belajar IPA untuk materi sumber daya alam | 39 | 92,9 | 32 | 91,4 | 37 | 92,5 | 92,3 |
2 | Kemudahan penggunaan LKS oleh siswa | 40 | 95,2 | 32 | 91,4 | 38 | 95 | 94 |
3 | Kemudahan dan ketertarikan siswa terhadap media/alat pembelajaran yang diberikan | 42 | 100 | 33 | 99,3 | 39 | 97,5 | 97,5 |
4 | Ketertarikan siswa belajar secara diskusi | 40 | 95 ,2 | 33 | 94,3 | 38 | 95 | 94 |
Rata-rata | 94,5 |
Tabel 8. Data Kepraktisan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Angket Siswa
Keterangan : SD 1 : SD Negeri 001 Sail Pekanbaru
SD 2 : SD Negeri 001 Bukitraya Pekanbaru
SD 3 : SD Negeri 040 Sail Pekanbaru
Dari Tabel 8 terlihat bahwa antusias siswa belajar IPA untuk materi sumber daya alam termasuk sangat tinggi yaitu dengan persentase rata-rata 92,3 %. Siswa juga mengatakan bahwa LKS yang diberikan mudah untuk digunakan yaitu 94 %. Media/alat pembelajaran yang digunakan juga menarik menurut pendapat siswa yaitu 96,6 % dan ketertarikan mereka untuk belajar secara diskusi juga tinggi yaitu 9 4,9 %.
.
4. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dilakukan di akhir pembelajaran dan disusun berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar materi sumber daya alam sebanyak 25 soal. Sebelum diberikan kepada subjek uji coba, tes hasil belajar terlebih dahulu diujicobakan di kelas IVa SD Negeri 001 Sail Pekanbaru. Hasil tes dan analisa soal terdapat pada lampiran.
Dalam menganalisa tes hasil belajar digunakan kriteria ketuntasan belajar. Jumlah siswa di tiap-tiap sekolah yang mengalami ketuntasan belajar dapat dilihat pada Tabel 9. Data lengkap per individu siswa di tiap sekolah dapat dilihat pada lampiran 11.
Tabel 9. Tes Hasil Belajar Siswa di SDN 001 Sail, SDN 001 Bukitraya dan SDN 040 Sail Pekanbaru
No | Sekolah | Nilai KKM | Nilai Rata-rata | Jumlah Siswa | Jumlah Siswa Tuntas | Ketuntasan (%) |
1 | SDN 001 Sail | 65,0 | 77,5 | 42 | 36 | 85,7 |
2 | SDN 001 Bukitraya | 64,0 | 67,5 | 35 | 28 | 80 |
3 | SDN 040 Sail | 60,0 | 63,7 | 40 | 31 | 77,5 |
Dari data yang terlihat pada tabel 9 dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata untuk ketiga sekolah tersebut telah melewati nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) . Begitu juga dengan ketuntasan belajar siswa, untuk SD Negeri 001 Sail mencapai persentase ketuntasan 85,7 % yang termasuk kategori ketuntasan belajar sangat tinggi. Sedangkan untuk SD Negeri 001 Bukitraya dan SD Negeri 040 Sail mencapai persentase ketuntasan masing-masing 80 % dan 77,5 % yang termasuk kategori ketuntasan belajar tinggi.
B. Hal-hal Yang Direvisi Berdasarkan Saran/Komentar Validator
Validasi draf awal perangkat pembelajaran oleh validator dan praktisi dilakukan selama lebih kurang tiga minggu. Draf awal dinyatakan valid setelah mengalami revisi. Adapun bagian-bagian yang harus direvisi menurut pakar dan praktisi dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Aspek yang Perlu Diperbaiki dalam Draf Awal Perangkat Pembelajaran Menurut Pakar dan Praktisi
No | Aspek yang Dinilai | Perbaikan yang Harus Dilakukan |
1 | Persiapan Bahan Ajar | - Penataan dalam bahan ajar - Ilustrasi gambar yang digunakan diberi keterangan - Materi Sumber Daya Alam dikaitkan dengan lingkungan - Rujukan bahan ajar tidak ada |
2 | Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) | - Komponen CTL pada RPP belum nampak - Buku referensi yang digunakan dituliskan pada RPP |
3 | Lembar Kegiatan Siswa (LKS) | - Gambar yang tidak relevan dengan materi tidak perlu dimasukkan - Contoh yang terdapat di dalam LKS hendaknya contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari. |
4 | Pemilihan Media/Sumber Belajar | - Tidak ada |
5 | Bahasa dan Keterbacaan | - Penjelasan dari istilah-istilah yang sukar tidak ada di di bahan ajar dan LKS |
C. Pembahasan
1. Validitas Perangkat Pembelajaran
Berdasarkan validasi yang dilakukan oleh pakar, maka validasi untuk perangkat pembelajaran berbasis CTL yang dikembangkan sudah termasuk dalam kategori valid. Artinya draf awal perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah mampu mengukur apa yang harusnya diukur dengan tepat. Adapun penilaian validator untuk setiap komponen yang terdapat pada perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Hasil validasi untuk RPP termasuk dalam kriteria valid dengan tingkat kevalidan tinggi yaitu 88,5 %. Dalam hal ini pakar menganggap bahwa a) tepatnya identitas mata pelajaran dengan kurikulum, b) tepatnya standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan kurikulum, c) tepatnya indikator dengan materi pembelajaran, d) tepatnya media dan sumber belajar yang digunakan dengan materi dan indiaktor, e) tepatnya urutan kegiatan pembelajaran, dan f) tepatnya alokasi waktu yang digunakan. Namun langkah-langkah pendekatan CTL dalam RPP belum nampak, sehingga peneliti melakukan revisi untuk bagian ini.
b. Bahan Ajar
Penilaian bahan ajar oleh validator memiliki kriteria valid dengan tingkat kevalidan tinggi yaitu 84,7 %. Dalam hal ini berarti: a) materi yang terdapat dalam bahan ajar sesuai dengan kurikulum, b) kebenaran konsep dapat dipertanggungjawabkan, c) uraian dan contoh-contoh yang terdapat di dalam bahan ajar sesuai dengan indikator, d) contoh-contoh yang terdapat di dalam bahan ajar terdapat dalam kehidupan sehari-hari, dan e) ilustrasi dan gambar yang terdapat di dalam bahan ajar mampu menjelaskan konsep, namun peneliti tidak menuliskan judul gambar di dalam bahan ajar, sehingga peneliti melakukan revisi untuk bagian ini. Peneliti juga menambahkan daftar rujukan yang digunakan dalam penyusunan bahan ajar berdasarkan saran dari validator.
c. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar kegiatan siswa menurut pakar telah memiliki validitas tinggi yaitu 85,3 %. Dalam hal ini pakar menganggap bahwa a) isi LKS menunjang dan sesuai dengan konsep-konsep yang ditanamkan, b) kegiatan yang dilakukan dalam LKS mampu melatih keterampilan siswa dalam proses pembelajaran, c) LKS dapat menunjang sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa aktif, d) kegiatan yang dilakukan dalam LKS mudah dilaksanakan karena menggunakan alat dan bahan yang mudah didapat, e) kegiatan yang dilakukan siswa mengundang rasa keingintahuan siswa lebih lanjut.
d. Pemilihan Media/ Sumber Belajar
Pemilihan media/sumber belajar menurut pakar telah memiliki tingkat validitas tinggi, yaitu 88 %. Dalam hal ini pakar menganggap bahwa: a) pemilihan media/sumber belajar sesuai dengan materi pelajaran, b) pemilihan media/sumber belajar sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan, c) pemilihan media/sumber belajar sesuai indikator pembelajaran, dan d) media/sumber belajar mudah didapatkan.
e. Bahasa dan Keterbacaan
Komponen bahasa dan keterbacaan pada perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan memiliki tingkat validitas tinggi, yaitu 80,7 %. Dalam hal ini pakar menganggap bahwa: a) dalam penyusunan perangkat pembelajaran ini telah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, b) bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat pendidikan siswa, c) bahasa yang digunakan sederhana dan komunikatir dan d) menggunakan istilah-istilah yang sesuai dengan materi pelajaran, namun peneliti tidak menjelaskan arti dan istilah-istilah yang digunakan, sehingga peneliti merevisi bagian ini.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan untuk materi sumber daya alam dianggap telah valid.
2. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
Berdasarkan penilaian kepraktisan pembelajaran oleh observer, perangkat pembelajaran ini dianggap telah memiliki kepraktisan yang baik dengan persentase rata-rata 86,1 %. Artinya perangkat pembelajaran mampu meningkatkan respon siswa, keaktifan dan kemajuan siswa dalam pembelajaran.
Berdasarkan penilaian kepraktisan perangkat pembelajaran oleh guru, perangkat pembelajaran ini dianggap telah memiliki kepraktisan yang baik dengan persentase rata-rata 82,7 %. Artinya perangkat pembelajaran mampu meningkatkan minat belajar siswa, guru mudah mengembangkan perangkat pembelajaran karena prosesnya sederhana, penggunaan perangkat pembelajaran juga mudah oleh guru, dan kegunaan perangkat pembelajaran bagi guru dan siswa dapat mempermudah guru dalam memanfaatkan alokasi waktu yang tersedia.
Berdasarkan penilaian kepraktisan pembelajaran oleh siswa melalui angket, perangkat pembelajaran ini dianggap telah memiliki kepraktisan yang baik . Dari 117 siswa, hanya ada 8 siswa (7,7 %) yang tidak senang belajar IPA. Mereka tidak menyenangi IPA karena menganggap IPA pelajaran yang sulit dan susa untuk menghapal pelajaran IPA. Sedangkan siswa yang menjawab senang belajar IPA mengatakan bahwa dengan mempelajari IPA mereka bisa mengenal lingkungan dan alam sekitar mereka.
Dari 117 siswa hanya 7 siswa (5,9 %) yang mengatakan bahwa LKS yang diberikan susah digunakan. Namun siswa-siswa tersebut tidak mengatakan alasan mereka. Sedangkan siswa yang menjawab bahwa LKS yang diberikan mudah untuk digunakan (94 %), mengatakan bahwa mereka mudah mengerjakan LKS tersebut karena materi yang diujikan di LKS telah dijelaskan sebelumnya oleh guru dan jawabannya juga ada di bahan ajar.
Media dan alat pembelajaran yang digunakan menarik dan mudah digunakan menurut sebagian besar siswa (97,5 %). Mereka senang karena belajar dengan melihat contoh-contoh secara langsung, bisa melakukan praktek pengolahan sumber daya alam dan bisa menghasilkan suatu karya dari benda yang sudah tidak digunakan lagi.
Pembelajaran IPA secara diskusi juga menyenangkan bagi sebagian besar siswa (94,9 %). Dengan belajar secara diskusi mereka bisa belajar bersama-sama untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru, bisa saling bertukar pendapat dan bisa mengetahui hal-hal yang tidak mereka ketahui dari teman-teman yang lain. Siswa yang mengatakan tidak senang belajar secara diskusi mengatakan bahwa terkadang pendapat mereka tidak didengar oleh teman lain yang lebih pintar, ada juga yang mengatakan bahwa ada teman yang tidak mau bekerja sama.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan untuk materi Sumber Daya Alam dianggap telah praktis berdasarkan angket siswa.
3. Hasil Belajar Siswa
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh siswa dapat menguasai materi ajar, maka dilakukan tes hasil belajar. Pemberian tes dilakukan di akhir pembelajaran. Dari tes yang dilakukan di tiga sekolah, ketiga sekolah tersebut memperoleh nilai rata-rata melebihi nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Jumlah siswa yang tuntas setelah pembelajaran didapatkan untuk SD Negeri 001 Sail mencapai 85,7 % , untuk SD Negeri 001 Bukitraya 80 % dan SD Negeri 040 Sail 77,5 %.
Terlihat bahwa tingkat ketuntasan siswa untuk ketiga sekolah tersebut termasuk tinggi. Ketidaktuntasan siswa dalam pembelajaran IPA ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain yaitu: pada saat proses pembelajaran berlangsung ada beberapa siswa yang tidak hadir, ada juga siswa yang malas untuk melihat bahan ajar yang diberikan dan keengganan untuk mengerjakan LKS sehingga mereka mengalami kesulitan pada waktu mengerjakan tes hasil belajar.
Namun ini hanya terjadi pada beberapa siswa, sementara siswa yang lain merasa senang belajar dengan pendekatan berbasis CTL ini karena selama ini mereka hanya belajar dengan metode ceramah dan tanpa disertai dengan media/alat pembelajaran. Dengan pendekatan berbasis CTL mereka bisa mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata mereka karena mereka bekerja dan mengalami sendiri, bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
VI. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
- Perangkat pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning) yang telah dikembangkan untuk pelajaran IPA pada materi sumber daya alam di kelas IV Sekolah Dasar yang terdiri dari RPP, bahan ajar dan LKS telah valid menurut pakar pendidikan dan praktisi. Perangkat pembelajaran tersebut juga telah praktis menurut guru dan siswa setelah diujicobakan di tiga sekolah dasar yang ada di Pekanbaru, yaitu SD Negeri 001 Sail, SD Negeri 001 Bukitraya dan SD Negeri 040 Sail Pekanbaru.
- Hasil belajar siswa di tiga sekolah tersebut baik, karena tingkat ketuntasan siswa di atas 75 %. Untuk SD Negeri 001 Sail sebanyak 85,7 %, SD Negeri 001 Bukitraya 80 % dan SD Negeri 040 Sail 77,5 %.
B. Saran
Berdasarkan analisis data dan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut:
- Untuk menghasilkan proses pembelajaran yang bermutu dan menyenangkan, maka guru harus kreatif dan punya kemauan yang tinggi dalam melakukan pembaharuan, salah satunya dengan cara melakukan pengembangan terhadap perangkat pembelajaran berbasis CTL untuk pelajaran IPA yang valid dan praktis. Pengembangan perangkat pembelajaran ini dapat di susun bersama-sama oleh guru baik guru-guru dalam satu sekolah maupun dalam Kelompok Kerja Guru (KKG)
- Dalam penggunaan perangkat pembelajaran yang dikembangkan di sekolah, guru harus menguasai materi, mempunyai teknis penyampaian tertentu serta mempersiapkan segala alat dan bahan yang diperlukan selama proses pembelajaran berlangsung.
- Hasil penelitian ini dapat pula dijadikan landasan berpijak bagi peneliti yang berminat mengembangkan hasil penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih luas. Untuk mendukung pelaksanaannya hendaklah peneliti mengadakan koordinasi yang baik antara peneliti, guru mitra, dan pengamat.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Abitur A. Sains Kelas IV SD. Jakarta. Tropica.
Depdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Untuk Satuan Pendikan Dasar SD/MI (Semester I & II). Jakarta: BP. Cipta Jaya.
Haryanto. 2007. Sains Kelas IV SD. Jakarta. Erlangga
. 2008. Inisiasi Pembelajaran IPA 5. http://www.geocities.com/no-vyant/ss-inisiasi-sem2/inisiasi-pengembangan-pembelajaran -IPA-5.pdf. diakses 20 Maret 2008.
Johnson, E.B. Contextual Teaching and Learning, Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. 2007. Bandung: Mizan Learning Center.
Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Lufri. 2006. Strategi Pembelajaran Biologi, Teori, Praktek dan Penelitian. Hand Out. Tidak Dipublikasikan.
Masnur Muslich. 2007. KTSP, Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara.
Mel Silberman.2002.Active Learning (Terjemahan). Yogyakarta : Yappendis.
Mukhayar, dkk. 2005. Panduan Penulisan Tesis dan Disertasi. Padang : Universitas Negeri Padang .
Nana Sudjana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Panut. Dunia IPA 4B Kelas IV SD. Jakarta Yudhistira
Purwo, S. Handayani. Sarjan. 2004. Sains 4. Klaten. Sahabat
Romelia Rusli. 2007. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning) Untuk Pelajaran Kimia Pada Materi Sistem Koloid Kelas XI SMA. Tesis S2 Universitas Negeri Padang. Padang.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.
Soenarto. 2005. ”Metodologi Penelitian Pengembangan untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (Research Methodology to The Improvement of Instruction)”. (Makalah) 1 – 4 Agustus di Denpasar, PPTK dan KPT Depdiknas.
Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Syafrial A. 2006. Efektivitas Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas X SMA Negeri Kota Pekanbaru. Tesis S2 Universitas Negeri Padang. Padang.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Pustaka Yustisia. 2007.Panduan Penyusunan KTSP Lengkap. Yogyakarta. Pustaka Yustisia.
Wina Sanjaya. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar