Halaman

Kamis

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS X.1
SMK PERTANIAN TERPADU NEGERI PROVINSI RIAU



Abstract

Tidak dapat dipungkiri, pembelajaran matematika di sekolah masih menjadi masalah bagi sebagian besar siswa. Faktor-faktor seperti persepsi siswa tentang matematika yang sulit dan membosankan serta metode pembelajaran klasikal dimana guru bergantung dengan ceramah (transfer informasi) dan latihan dalam mencapai tujuan pembelajaran menimbulkan rendahnya hasil belajar siswa. Guru seharusnya memikirkan permasalahan ini dengan serius. Berbagai inovasi pembelajaran harus selalu diupayakan demi tercapainya perbaikan. Berdasarkan permasalahan di atas, Penulis melakukan penelitian dengan penerapan pendekatan matematika realistik dalam model pembelajaran kooperatif dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMK Pertanian Terpadu NegeriProvinsi Riau.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang mencapai 65% pada siklus pertama dan 86% pada siklus kedua dari sebelum penelitian yang hanya mencapai 55%.
__________________________
Kata Kunci : Hasil Belajar, Matematika Realistik, Kooperatif


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar matematika berarti belajar untuk berfikir logis dan kritis, dan belajar mengemukakan gagasan untuk dapat diaplikasikan dalam pemecahan masalah. Hal ini penting supaya ketika siswa dihadapkan pada permasalahan kehidupan sehari-hari ia akan mampu mengkomunikasikan pemikiran matematis mereka untuk menyelesaikan masalah baik persoalan matematika itu sendiri maupun persoalan yang menyangkut bidang keilmuan lainnya. Matematika yang diajarkan di sekolah seharusnya diarahkan pada tujuan tersebut.
Namun kenyataannya, pembelajaran matematika di sekolah tidak mencapai tujuan di atas. Penulis menyadari dalam pembelajaran matematika, penulis masih terfokus pada pemberian materi (teorema, defenisi, sifat dan atau konsep), memberikan contoh-contoh soal dengan langkah-langkah penyelesaiannya dan diakhiri dengan memberikan soal-soal latihan. Akibatnya siswa hanya belajar menghafal simbol-simbol dan algoritma matematika. Ketika persoalan yang tidak rutin diberikan, yang penyelesaiannya berbeda dengan contoh-contoh yang diberikan guru siswa tidak mampu untuk menyelesaikannya. Persoalan ini akan melahirkan persoalan umum yang juga dialami oleh sebagian besar guru matematika bahwa siswa takut untuk belajar matematika karena menganggap matematika itu sebagai pelajaran yang sulit.
Hasil belajar matematika siswa kelas X-1 SMK Pertanian Terpadu Negeri Provinsi Riau pada pokok bahasan matriks dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Rekapitulasi hasil belajar Siswa kelas X-1 SMK Pertanian Terpadu Negeri Provinsi Riau pada pokok bahasan matriks
NO ASPEK Keterangan
1 Rata-rata hasil belajar siswa 68,10
2 Jumlah siswa yang tuntas 16
3 Persentase ketuntasan secara klasikal 55%

Dari tabel tersebut terlihat bahwa ketuntasan belajar matematika siswa kelas X-1 SMK Pertanian Terpadu Negeri Provinsi Riau masih rendah.
Berdasarkan uraian di atas, selaku guru matematika penulis perlu melakukan inovasi pembelajaran untuk dapat meningkatkan kemampuan berfikir logis dan kritis serta mengemukakan gagasan yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Pendekatan realistik matematika dalam model pembelajaran kooperatif adalah inovasi yang akan dilakukan penulis untuk mencapai tujuan tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis merumuskan masalah yang akan dilakukan melalui penelitian tindakan kelas yaitu, apakah dengan penerapan pendekatan realistik dalam model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMK Pertanian Terpadu Negeri Provinsi Riau pada kompetensi dasar menentukan model matematika dari soal cerita (kalimat verbal) dan Menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linear.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X – 1 SMK Pertanian Terpadu Negeri Provinsi Riau melalui pendekatan matematika realistik dalam model pembelajaran kooperatif.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
2. Bagi guru, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru untuk menciptakan proses pembelajaran yang bermakna
3. Bagai Sekolah, memberikan landasan dan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

II. KAJIAN TEORITIS
A. Hasil Belajar Siswa
Suatu rumusan tentang istilah belajar menyatakan ”Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman” (Hamalik,2003). Menurut pandangan ini, belajar adalah suatu proses atau kegiatan, bukan suatu hasil.
Menurut Sudjana (1989), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Jadi hasil belajar siswa dapat diketahui setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Dari pengertian hasil belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penguasaan yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam hal ini berupa nilai hasil ulangan harian.
Menurut Syah. M (2002) secara garis besar ada 3 (tiga) faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu:
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), yaitu kondisi diluar lingkungan di sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Dari ketiga faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa di atas, faktor pendekatan belajar memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dengan faktor internal dan eksternal.

B. Pendekatan Matematika Realistik
Pendekatan pembelajaran matematika realistik pertama kali dikembangkan oleh Institud Freudenthal di negeri Belanda berdasarkan pandangan Freudenthal (1973) yang pada intinya menekankan bahwa matematika seharusnya tidak disajikan dalam bentuk hasil jadi tetapi siswa harus diberikan kesempatan untuk belajar menemukan sendiri konsep-konsep matematika (Armanto, 2010).
De Lange (dalam Marpaung, 2001) mengatakan bahwa pembelajaran matematika realistik, yang merupakan proses pengembangan ide-ide dan konsep-konsep yang dimulai dari dunia nyata yang disebut proses matematisasi konseptual konseptual, digambarkan sebagai berikut :








Gambar 1. Langkah-langkah pembelajaran pendekatan matematika realistik
Gambar 1 menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika dimulai dari situasi nyata. Dengan adanya interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, kemudian diharapkan siswa mampu mengorganisir, menyusun dan mengidentifikasi aspek-aspek masalah secara matematika sehingga menemukan aturan-aturan atau relasi-relasinya dan selanjutnya mengabstraksikan dan memformalkan konsep-konsep matematika yang dimilikinya. Setelah konsep matematika terbentuk, selanjutnya siswa diharapkan dapat mengaplikasikannya dalam masalah dan situasi berbeda.

C. Pembelajaran Kooperatif
Posamentier (Dalam Widdiharto, 2004) secara sederhana menyebutkan cooperative learning atau belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika siswa bekerja dalam kelompok adalah sebagai berikut :
1. Setiap anggota dalam kelompok harus merasa bagian dari tim dalam pencapaian tujuan bersama.
2. Setiap anggota dalam kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka pecahkan adalah masalah kelompok, berhasil atau gagal akan dirasakan oleh semua angota kelompok.
3. Untuk pencapaian tujuan kelompok, semua siswa harus bicara atau diskusi satu sama lain.
4. Harus jelas bahwa setiap kerja individu dalam kelompok mempunyai efek langsung terhadap keberhasilan kelompok.
Dengan demikian bukanlah suatu cooperative environment meskipun beberapa siswa duduk bersama namun bekerja secara individu dalam menyelesaikan tugas, atau seorang anggota kelompok menyelesaikan sendiri tugas kelompoknya. Cooperative learning lebih merupakan upaya pemberdayaan teman sejawat, meningkatkan interaksi antar siswa, serta hubungan yang saling menguntungkan antar mereka. Siswa dalam kelompok
akan belajar mendengar ide atau gagasan orang lain, berdiskusi setuju atau tidak setuju, menawarkan, atau menerima kritikan yang membangun, dan siswa merasa tidak terbebani ketika ternyata pekerjaannya salah. Kelman (dalam Widdiharto, 2004) menyatakan bahwa di dalam kelompok terjadi saling pengaruh secara sosial.
Sementara itu, Slavin (1997) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok saling membantu untuk menguasai bahan ajar. Lowe (dalam Widdiharto, 2004) menyatakan bahwa belajar kooperatif secara nyata semakin meningkatkan pengembangan sikap sosial dan belajar dari teman sekelompoknya dalam berbagai sikap positif. Keduanya memberikan gambaran bahwa belajar kooperatif meningkatkan sikap sosial yang positif dan kemampuan kognitif yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

D. Rancangan Penerapan Pendekatan Matematika Realistik Dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Penelitian ini dilakukan dengan 4 tahap, yaitu :
1. Tahap perencanaan
Penelitian ini diawali dengan membuat perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, Skenario Pembelajaran, lembar kerja siswa (LKS) dan lembar observasi. Perangkat pembalajaran ini diterapkan dalam proses pembelajaran dengan pererapan realistik matematika dalam model pembelajaran kooperatif. Kemudian tahap persiapan dilanjutkan dengan membentuk kelompok-kelompok belajar sesuai dengan model pembelajaran kooperatif. Pembagian kelompok kooperatif siswa dapat dilihat pada Lampiran 6.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini dilaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik dalam model belajar kooperatif yang terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan tatap muka dan 1 kali ulangan harian.
3. Tahap observasi
Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi.
4. Tahap refleksi
Data yang diperoleh dari kegiatan selanjutnya dianalisis untuk menjadi pedoman untuk tindakan perbaikan pada siklus berikutnya.















Gambar 2. Siklus penelitian penerapan pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran kooperatif.

III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMK Pertanian Terpadu Negeri Provinsi Riau tahun pelajaran 2009/2010.

B. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanan pada tanggal 19 Februari – 8 Maret 2010 dengan 6 pertemuan (2 siklus)

C. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X – 1 SMK Pertanian Terpadu Negeri Provinsi Riau tahun pelajaran 2009/2010. Jumlah siswa sebanyak 29 siswa yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 17 orang perempuan yang secara akademik memiliki kemampuan yang heterogen.

D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi dan soal tes ulangan harian.

E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis Kuantitatif dilakukan untuk melihat keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan analisis kualitatif dilakukan untuk melihat aktifitas siswa dalam pembelajaran.

F. Indikator Kinerja
Tolak ukur atau kriteria keberhasilan tindakan dalam penelitian ini adalah :
1. Secara individu; jika siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 70%
2. Secara klasikal; jika ketuntasan kelas mencapai 85%.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan deskripsi singkat tentang kegiatan belajar mengajar penerapan pendekatan matematika realistik pada model belajar kooperatif siswa kelas X-1 SMK Pertanian Terpadu Negeri Provinsi Riau.
1. Pelaksanaan Siklus Pertama
Pada pertemuan pertama ini, guru memulai pembelajaran dengan menyampaikan suatu persoalan realistik dengan menggunakan alat peraga dua jenis kelereng yaitu kelereng putih dan kelereng kilat, sebuah kotak kecil yang dapat memuat maksimum 6 kelereng, dan sejumlah uang dolar mainan. Guru memberikan uang kepada siswa sejumlah $8.000 dan sebuah kotak. Kemudian guru meminta siswa memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat diambil untuk mengisi kelereng ke dalam kotak dengan uang yang tersedia. Pada tahap ini siswa melakukan matematisasi dan refleksi. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mendiskusikan hasil temuannya dalam kelompok-kelompok kooperatif yang telah dibentuk sebelumnya. Setelah dilakukan diskusi kelompok, siswa diminta untuk mengerjakan Lembar Kerja Siswa I untuk menuntun siswa melakukan abstraksi dan formalisasi dan selanjutnya disempurnakan dalam presentasi kelompok dan diskusi kelas yang dipimpin oleh guru. Pembelajaran ditutup dengan membuat kesimpulan bersama tentang pengertian model matematika dan grafik himpunan penyelesaian pertidaksamaan linear dua variabel.






















Gambar 3. Hasil matematisasi dan refleksi yang dilakukan oleh beberapa orang siswa

2. Pelaksanaan Siklus Kedua
Pada siklus kedua terdiri dari 2 kali pertemuan dan 1 kali utes hasil belajar di akhir siklus. Kegiatan pembelajaran mengacu kepada rencana pembelajaran II dan lembaran tugas siswa II. Siswa sudah terbiasa berdiskusi dengan teman dan sudah mulai aktif bertanya. Siswa sudah semakin aktif berpartisifasi dan bersemangat dalam belajar.
Pertemuan kelima dilaksanaakan pada tanggal 5 maret 2010 dengan jumlah siswa yang hadir 29 orang. Tes akhir siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 8 maret 2010. Tes hasil belajar dikerjakan dalam 80 menit (2 jam pembelajaran) dengan jumlah soal 4 butir berbentuk uraian. Hasil tes tersebut diperiksa dan diberi nilai.
Ketuntasan belajar dapat dilihat dari hasil tes seperti tertera pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Rekapitulasi hasil belajar Siswa Pada Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan matematika realistik dalam model pembelajaran kooperatif yang dilakukan pada kelas X-1 SMK Pertanian Terpadu Negeri Provinsi Riau

KETERANGAN HASIL TES
SIKLUS 1 SIKLUS 2
Nilai Tertinggi 95 100
Nilai Terendah 0 20
Jumlah Siswa yang tuntas 19 25
Jumlah Siswa yang tidak tuntas 10 4
Persentase ketuntasan secara klasikal 65% 86%

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada siklus I adalah 65,86, dengan ketuntasan secara klasikal 65%. Pada siklus II rata-rata nilai tes adalah 77,28 dengan ketuntasan secara klasikal 86%.
Dari hasil di atas, terlihat hasil belajar siswa meningkat dari siklus I. Banyak siswa yang mendapat nilai ≥ 70 adalah 19 orang dan siswa yang mendapat nilai < 70 ada 10 orang. Sedangkan pada siklus II banyak siswa yang mendapat nilai ≥ 70 ada 25 orang dan siswa yang mendapat nilai < 70 ada 4 orang. Meningkatnya rata-rata daya serap siswa pada setiap tes hasil belajar (siklus) disebabkan siswa semakin memahami materi yang diberikan. Meskipun secara umum daya serap siswa memperlihatkan ketuntasan individual, namun pada tes I belum mengalami ketuntasan secara klasikal.
Perbandingan hasil belajar siswa dan ketuntasan secara klasikal sebelum dilakukan penelitian dan setelah dilakukan penelitian dapat dilihat dari grafik berikut.

Gambar 4. Perbandingan jumlah siswa yang tuntas sebelum dan setelah dilakukan penelitian


Gambar 5. Perbandingan persentase ketuntasan secara klasikal sebelum dan setelah dilakukan penelitian

Meningkatnya hasil belajar matematika siswa disebabkan pembelajaran pendekatan matematika realistik pada model belajar kooperatif ini mampu membuat siswa mengalami secara langsung proses pembelajaran. Aktifitas siswa dalam proses matematisasi, refleksi, abstraksi dan formalisasi membuat siswa mampu berpikir kritis, membangun sendiri pemahamannya sehingga ketika permasalahan yang baru diberikan, siswa mampu menyelesaikannya berdasarkan pengalaman belajar yang telah dialami. Siswa tidak lagi terikat pada belajar menghafal simbol-simbol dan algoritma matematika.
Dari uraian diatas secara keseluruhan hasil penelitian ini telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan ini tentu saja terjadi secara bertahap sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dan motivasi yang ada pada siswa tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan matematika realistik pada model belajar kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X-1 SMK Pertanian Terpadu Negeri Provinsi Riau.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penerapan pendekatan matematika realistik dalam model pembelajaran kooperatif efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Program Linear di kelas X-I SMK Pertanian Terpadu Negeri Provinsi Riau. Efektifitas yang dicapai dalam penelitian ini adalah dapat meningkatkan hasil belajar.

B. Saran
Langkah-langkah pembelajaran dalam penelitian ini berdampak positif terhadap pemahaman siswa pada pokok bahasan program linear. Untuk itu disarankan kepada peneliti/guru yang tertarik dengan pendekatan matematika realistik dalam model pembelajaran kooperatif agar dapat merancang atau memodifikasi pembelajaran untuk pokok bahasan yang sama atau pokok bahasan lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan Nasional.
Armanto, Dian. 2010. Pendidikan Matematika Realistik (PMR). Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika di Universitas Riau, Pekanbaru.
Faizah, Hasnah. 2009. Menulis Karangan Ilmiah. Pekanbaru : Cendikia Insani.
Hamalik, Oemar. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
http://www.pmri.or.id/
Kasmina, dkk. 2008. Matematika Program Keahlian Teknologi, Kesehatan, dan Pertanian untuk SMK dan MAK Kelas X. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Marpaung, Y. 1992. Profil Kemampuan Siswa SMP di Yogyakarta Menyelesaikan Soal-soal perbandingan Senilai dan Perbandingan Berbalik Nilai. Yogyakarta : FMIPA IKIP Sanata Dharma.
Slavin, Robert R. 1997. Educational Psychology – Theory and Practice. Massachussetts : Allyn an Bacon.
Sudjana, Nana. 1989. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Penerbit Sinar Baru Algesindo.
Syah, Muhibin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.
Widdiharto, Rachmadi. 2004. Model-model Pemabelajaran Matematika SMP. Departemen Pendidikan Nasional.

1 komentar: