Halaman

Selasa

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK-PAIR-SHARE
Guru Biologi di SMPN 1 Bangkinang

Abstrak
Telah dilakukan Penelitian Penelitian Tindakan Kelas dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Biologi melalui model Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share di kelas VII F SMPN 1 Bangkinang sebagai sampel dalam penelitian ini siswa kelas VII F sebanyak 42 orang. Parameter penelitian adalah hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa. Aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran dikumpulkan dengan lembaran observasi merupakan data penunjang. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar sebelum dan sesudah tindakan, pada siklus pertama 54,76% dari siswa yang tuntas dan pada siklus kedua, 76,19% siswa yang tuntas. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar Biologi.
Kata Kunci : Model, Pembelajaran, Kooperatif, Tipe Think-Pair-Share
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan akan dapat dicapai dengan peningkatan proses pembelajaran. Usaha untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas, berarti telah ikut meningkatkan mutu pendidikan secara umum. Proses pembelajaran mempunyai kedudukan yang sentral dan strategis dalam kegiatan pendidikan disekolah. Betapapun tepat dan baiknya bahan ajar yang ditetapkan belum menjamin akan tercapainya tujuan pendidikan dan salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan itu adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara optimal. Dengan demikian upaya untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas merupakan usaha meningkatkan mutu hasil pembelajaran.
Sebagai guru Biologi di SMPN 1 Bangkinang pada kelas VII selalu merasa tidak puas dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hambatan yang ditemui antara lain kelas selalu pasif, motivasi belajar siswa sangat rendah dan sangat sulit dalam berinteraksi sesama siswa dan guru, sehingga kelas selalu didominasi oleh guru. Ini semua bermuara pada rendahnya hasil belajar dan ketuntasan belajar yang dapat dilihat dari hasil analisis ulangan harian sebelumnya yaitu 35,71%.
Berdasarkan kenyataan yang ada maka penulis sebagai guru Biologi SMPN I Bangkinang mengadakan Penelitian Tindakan Kelas untuk memperbaiki strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif, sehingga motivasi dan aktivitas siswa akan meningkat.
Model pembelajaran kooperatiftipe Think-Pair-Share adalah salah satu pendekatan yang menekan pada struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa (Ibrahim, 2000).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIF SMPN I Bangkinang melalui model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Bagi Siswa
a. Untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa, sehingga pembelajaran lebih menyenangkan, aktif dan kreatif.
b. Dapat meningkatkan aktivitas kerja kelompok.
c. Untuk membiasakan siswa belajar secara kelompok sehingga diharapkan siswa lebih peka terhadap berbagai perbedaan pendapat yang terdapat di masyarakat.
2. Bagi Guru
a. Meningkatkan motivasi guru dalam proses pembelajaran.
b. Meningkatkan kemampuan guru untuk menciptakan proses pembelajaran yang menarik.
c. Memberikan altematif lain bagi guru sehingga memperkaya khasanah pengetahuan guru dalam bidang strategi pembelajaran.


3. Bagi Sekolah
a. Memberikan landasan dan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan profesionalisme guru.
KAJIAIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)
Pembelajaran kooperatif berasal dari istilah Cooperative Learning, yaitu kerja sama dalam pembelajaran. Watson (1991) yang dikutip Tanjung (1998) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai lingkungan belajar dimana siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang kemampuannya berbeda-beda untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Di dalam kelas kooperatif, siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 - 6 siswa yang bersifat heterogen (Suryandi, 1998).
Salah satu pendekatan kooperatif adalah pendekatan struktural yang dikembangkan oleh Spencer (Kagen, 1993), ada dua macam pendekatan struktural yaitu Think-Pair-Share (TPS) dan Numbered-Head-Together NHD. Pada penelitian tindakan kelas ini penulis menggunakan TPS.
Menurut Ibrahim (2000), TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan saling memberi satu sama lain. TPS adalah sebagai ganti tanya jawab seluruh kelas. Dalam pelaksanaan di kelas, TPS terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
 Thinking, guru menyajikan informasi yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkannya secara mandiri dalam beberapa saat.
 Pairing, guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya. Disini pasangan akan berbagi pendapat atau ide jika persoalannya telah diidentifikasi.
 Sharing, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang hal yang telah mereka sepakati. Ini bergiliran sampai lebih kurang seperempat dari jumlah pasangan yang ada di kelas mendapatkan kesempatan untuk tampil.
Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
a. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan berbeda.
c. Bila mana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, kelamin yang berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan penting, yaitu prestasi akademik, penerimaan terhadap keberagaman dan pengembangan keterampilan sosial (Arends, 1997).
1. Prestasi akademik
Belajar kooperatif saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi tinggi dan siswa yang berprestasi rendah, yang bekerja bersama-sama dalam tugas-tugas akademik. Siswa berkemampuan lebih tinggi dapat menjadi tutor bagi siswa yang berkemampuan rendah. Dalam proses ini siswa berkemampuan lebih tinggi secara akademik mendapat keuntungan, karena pemikiran yang lebih mendalam. Pemikiran yang lebih mendalam dimaksud biasanya disebut keterampilan metakognitif. Menurut Slavin (1994), keterampilan metakognitif adalah pengetahuan siswa tentang berapa banyak waktu yang diperlukan untuk mempelajari sesuatu dan pengetahuan bagaimana belajar dan memecahkan masalah serta memonitor prilaku pembelajarannya sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang berkemampuan rendah dapat menambah ilmu pengetahuan dengan lebih baik sebab belajar dengan teman sebaya lebih komunikatif karena bahasanya mudah dimengerti.
2. Penerimaan terhadap keragaman
Belajar kooperatif menyajikan peluang siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dan saling bergantung pada tugas-tugas rutin dan melalui penggunaan struktur pembelajaran kooperatif, belajar menghargai satu sama lain.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Belajar kooperatif bertujuan mengajarkan kepada siswa keterampilan-keterampilan bekerja sama. Hal ini adalah keterampilan-keterampilan yang penting dimiliki dalam suatu masyarakat. Untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif siswa harus dilatih terlebih dahulu tentang keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini bertujuan untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antara anggota kelompok
Hasil Belajar
Hasil belajar yang menjadi ukuran pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar yaitu anggapan bahwa siswa sudah mengerti materi yang diajarkan. Ketuntasan belajar secara individual apabila daya serap siswa minimal 65%, sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal apabila 85% dari jumlah siswa di kelas memperoleh nilai 65 atau 6,5 (Depdikbud,1995).
B. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share yang dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Biologi di kelas VII SMP N I Bangkinang.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di SMPN I Bangkinang tahun pelajaran 2004/2005.
Subjek Penelitian
Subjek dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas VIIF SMP N I Bangkinang tahun pelajaran 2004/2005 sebanyak 42 siswa, kelas ini tergolong berkemampuan rendah.
Rencana Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu:
1. Tahap perencanaan
a. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan data yang terdiri dari :
- Rencana Pembelajaran
- Lembar Kegiatan Siswa
- Lembar Observasi Aktivitas Siswa
- Lembar Observasi Aktivitas Guru
- Alat Evaluasi
b. Membentuk kelompok-kelompok belajar sesuai dengan model kooperatif tipe TPS.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini dilaksanakan proses pembelajaran kooperatif tipe TPS yang terdiri dari 2 siklus.
3. Tahap observasi
Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan menggunakan llembar observasi.
4. Tahap refleksi
Data yang diperoleh dari kegiatan observasi dan hasil belajar dianalisa, hasilnya dijadikan pedoman untuk tindakan pada siklus berikutnya.
C. Analisa Data
Pada tahap ini dilakukan 2 macam analisa yaitu analisa terhadap hasil belajar dan aktivitas guru.
1. Hasil belajar diambil dari nilai ulangan harian dengan kategori sebagai berikut:
85 - 100 Tinggi Sekali
75 - 84 Tinggi
65 - 74 Sedang
55 - 64 Kurang
< 54 Kurang Sekali
Selanjutnya dari hasil belajar yang diperoleh dicari ketuntasan belajar individu maupun klasikal. Untuk menentukan klasikal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:




Keterangan :
NP = Persentase yang dicari atau yang diharapkan.
2. Akivitas siswa dan aktivitas guru dengan menggunakan lembaran observasi sebagai data penunjang.
D. Hasil dan pembahasan
Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIIF SMPN 1 Bangkinang pada pokok bahasan ciri-ciri makhluk hidup untuk tindakan siklus 1 dan ciri-ciri manusia berdasarkan usia untuk tindakan siklus 2.
Sebelum pertemuan 1 dilaksanakan maka diberitahukan kepada siswa tentang pembagian kelompok berdasarkan struktural. Pada siklus 1 kelompok dibagi berdasarkan perbedaan jenis kelamin dan pada siklus 2 dibagi berdasarkan hasil ulangan harian pada siklus 1.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan mulai tanggal 2 Agustus sampai dengan tanggal 19 September 2004.
Penyajian Kelas
Penerapan model kooperatif dengan pendekatan struktural tipe TPS pada pokok bahasan Ciri-ciri Makhluk Hidup terdiri dari 4 pertemuan, I kali ulangan harian dan pokok bahasan ciri-ciri Manusia Berdasarkan usia juga terdiri dari 4 kali pertemuan, 1 kari ulangan harian dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Siklus 1
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin 2 Agustus 2004 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah disiapkan. Selama proses pembelajaran berlangsung, observasi kelas juga dilakukan antara lain aktivitas siswa dan guru yang diamati oleh observer. Pada pertemuan ini aktivitas siswa dalam berkooperatif sangat rendah sekali, mereka tidak mau bekerja sama dengan pasangan masing-masing. Sebagian besar bekerja secara individual walaupun guru sudah mengarahkan untuk bekerja sama dengan kelompok atau pasangannya. Pada pertemuan 1 ini hanya 1 kelompok yang dapat mempersentasekan hasil mereka yaitu kelompok Jeruk 1 dan waktu sudah habis, dan langsung diberikan aplus sebagai penghargaan. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa terlibat aktif dalam PBM sehingga sulit untuk membimbingnya.
2) Pertemuan Kedua
Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Pada pertemuan kedua ini guru mengingatkan lagi bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS dimana kerja sama dengan pasangan sangat diutamakan. Di sini sudah mulai ada aktivitas siswa dalam kelompoknya. Guru mengingatkan bahwa LKS yang dikumpulkan adalah hasil kerja kelompok dan bukan hasil kerja individu. Pada pertemuan kedua ini ada 3 kelompok yang mempersentasekan hasil diskusi mereka yaitu Mangga 1, Apel 2 dan Pisang 1. Berdasarkan hasil penilaian dari siswa dan guru maka kelompok yang mendapatkan penghargaan adalah kelompok Mangga 1.
3) Pertemuan Ketiga
Proses pembelajaran sama dengan 1 dan 2. Pada pertemuan ini 4 kelompok yang mempersentasekan hasil diskusi mereka yaitu Nenas 1, Jeruk 2, Anggur 1 dan Jambu 1. Kelompok yang mendapatkan penghargaan adalah Jambu 1l.
4) Pertemuan Keempat
Proses pembelajaran sama dengan sebelumnya, aktivitas siswa baru pada tahap 1, dan 2 sedangkan untuk tahap 4, 5, 6 dan 7 sangat kurang sekali. Setelah siklus 1 selesai dilaksanakan refleksi, hasil refleksi disimpulkan bahwa hasil belajar belum memuaskan dan aktivitas siswa dalam berpasangan belum sempurna dan direncanakan merubah pasangan dalam kelompok dengan harapan hasil belajar dan aktivitasnya akan meningkat.

b. Siklus 2
1) Pertemuan Pertama
Di awal pembelajaran guru mengumumkan perubahan pasangan dalam kelompok. Kelompok disusun berdasarkan nilai ulangan harian pada siklus 1 yaitu nilai tinggi berpasangan dengan nilai rendah, selanjutnya guru melaksanakan proses pembelajaran dengan rencana pembelajaran berdasarkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Pertemuan pertama ini kelas sedikit ribut karena terjadi pertukaran pasangan dan guru mengatur pasangan-pasangan agar mau bekerja sama. Diakhir pertemuan pasangan yang mempersentasekan hasil diskusinya hanya 1 kelompok dan waktu sudah habis kepadanya langsung penghargaan.
2) Pertemuan Kedua, Ketiga dan Keempat
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS sudah berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Segala komponen aktivitas baik guru maupun siswa yang diharapkan dalam model pembelajaran kooperatif sudah terlaksana. Siswa sudah bekerja dengan sesuai dengan langkahJangkah kooperatif tipe TPS.
Penyajian dan Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang disajikan adalah hasil ulangan harian selama dilaksanakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural tipe TPS sebanyak 2 kali dan ketuntasan belajar.
a. Hasil Belajar Siswa
Pada bagian ini disajikan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural tipe TPS sebanyak 2 kali ulangan pada pokok bahasan ciri-ciri Makhluk Hidup dan ciri-ciri Manusia Berdasarkan Usia. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan struktural tipe TPS
Kriteria Hasil Belajar Hasil Belajar
Sebelum Sesudah
UH 1 UH 2
Tinggi Sekali 4 (9,52%) 4 (9,52%) 15 (35,71%)
Tinggi 7 (16,67%) 10 (23,81%) 10 (23,81%)
Sedang 4 (9,52%) 9 (21,43%) 7 (16,67%)
Kurang 9 (21,43%) 9 (21,43%) 1 (2,38%)
Kurang Sekali 18 (42,86%) 10 (23,81%) 9 (21,43%)
Jumlah 42 (100%) 42 (100%) 42 (100%)

Berdasarkan analisis tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ada peningkatan hasil belajar sebelum dan sesudah tindakan dengan pembelajaran kooperatif struktural tipe TPS. Dapat dilihat bahwa hasil belajar ulangan I kurang baik, yang mencapai nilai tinggi sekali hanya 4 orang, sama dengan sebelum dilakukan model pembelajaran kooperatif untuk nilai tinggi dan sedang peningkatannya sedikit sekali.
Untuk ulangan harian II terjadi peningkatan belajar yang mendapat nilai tinggi sekali 15 orang, nilai tinggi 10 orang dan nilai sedang 7 orang. Kecilnya peningkatan hasil belajar pada ulangan harian I antara lain disebabkan pada proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif struktural tipe TPS belum berjalan dengan baik, guru masih sulit untuk mengaktifkan siswa dalam kelompok, membaca, mengerjakan LKS dan persentase di depan kelas. Pada siklus ini dapat dikatakan sebagian siswa masih bekerja secara individual walaupun sudah berada dalam kelompoknya.
Pada ulangan harian II terlihat peningkatan hasil belajar, ini disebabkan siswa dalam proses pembelajaran sudah terbiasa dengan model pemberajaran kooperatif struktural tipe TPS. Aktivitas siswa dalam kelompok sudah baik, pasangan-pasangan bekerja dengan baik, llaporan LKS sudah merupakan hasil diskusi kelompok.
Sesuai dengan Eggen at all (1996) mengatakan pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan prestasi siswa, mempersiapkan siswa agar memiliki kepemimpinan dan pengalaman dalam membuat keputusan, juga memberi kesempatan bekerja dan belajar bersama dengan siswa yang berbeda adat-istiadat dan kemampuan.
b. Ketuntasan Belajar Siswa
Dari hasil belajar siswa selama dilaksanakan model pembelajaran kooperatif struktural tipe TPS dapat dilihat ketuntasan belajar siswa secara individu dan klasikal seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.
Ketuntasan belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran kooperatif
struktural tipe TPS
Kriteria Hasil Belajar Hasil Belajar
Sebelum Sesudah
UH 1 UH 2
Tuntas 15 (35,71%) 23 (54,76%) 32 (76,19%)
Tidak Tuntas 27 (64,19%) 19 (45,24%) 10 (23,81%)
Jumlah 42 (100%) 42 (100%) 42 (100%)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat terjadi peningkatan ketuntasan belajar dibandingkan antara sebelum dan sesudah dilaksanakan pembelajaran kooperatif struktural tipe Tps. Dapat dilihat pada UH 1 siswa yang tuntas belajar sebanyak 54,76 % dan yang belum tuntas 45,24 %. Ketuntasan ini diduga siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif struktural tipe TPS. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran siklus 1 ini pelaksanaannya belum sesuai dengan pendekatan struktular tipe TPS. Masih ada siswa yang bekerja secara individual, tidak mau berinteraksi dengan teman kelompok, enggan mengajukan pertanyaan dan menanggapi. Pada UH 2, siswa yang tuntas sebanyak 76,19% dan yang berum tuntas 23,81%. Dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar individu antara UH 1 dan UH 2. Pada siklus 2 ini proses pembelajaran sudah sesuai dengan tuntutan TPS hanya ada beberapa kelompok yang masih sukar untuk berinteraksi dengan siswa dengan kelompoknya.
c. Aktivitas Siswa dan Guru
1. Aktivitas Siswa
Sesuai dengan hasil observasi terlihat bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran terjadi peningkatan. Pada siklus 1 pertemuan 1 dan 2 siswa masih asing dengan pendekatan TPS. Siswa pada saat mengerjakan LKS masih secara individu, tidak mau berdiskusi dengan teman dan pasangannya dan tidak ada yang bertanya dengan guru dan tidak ada yang menanggapi hasil persentase. Pada pertemuan 3 dan 4 beberapa kelompok sudah mulai aktif dalam kelompoknya baik mengerjakan LKS, berdiskusi dengan pasangan, bertanya kepada guru dan menanggapi hasil persentase. Pada siklus ini nampaknya banyak kelompok tidak mau bekerja sama kemungkinan disebabkan dasar pembagian kelompok adalah berpasangan berdasarkan jenis kelamin yang berbeda (pria dan wanita). Jadi banyak diantara siswa yang malu-malu bekerja sama dengan pasangannya. Berdasarkan hasil refleksi maka pada siklus 2 terjadi perubahan kelompok. Dasar penyusunannya adalah nilai akademik yaitu siswa yang bernilai tinggi dipasangkan dengan siswa yang bernilai rendah.
Pada siklus 2 nampaknya sudah terbiasa dengan pembelajaran kooperatif struktural tipe TPS, maka aktivitas kelompok sudah makin baik hanya ada beberapa kelompok yang masih tidak mau bekerja sama.
2. Aktivitas Guru
Pada siklus 1 guru sangat kesulitan untuk melatih keterampilan kooperatif kepada siswa karena selama ini siswa terbiasa belajar secara individual karena proses pembelajaran selama ini didominasi oleh guru. Pada siklus 2 guru sudah tidak kesulitan lagi melatih keterampilan kooperatif kepada siswa dan siswa sudah terbiasa bekerja sama dengan pasangannya. Hanya saja guru selalu kekurangan waktu karena siswa kelas VII ini belum terbiasa bekerja dengan waktu yang dibatasi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif struktural tipe TPS dapat:
1. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas Vll F SMPN 1 Bangkinang.
2. Meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas Vll F SMPN 1 Bangkinang.
3. Meningkatkan aktivitas siswa ke arah yang lebih baik pada kelas VII F SMPN 1 Bangkinang.
B. Saran
Diharapkan kepada guru-guru Biologi dan mata pelajaran lain dapat menggunakan model Pembelajaran Kooperatif struktural tipe TPS sebagai salah satu model pembelajaran untuk menggantikan pembelajaran tradisional yang didominasi oleh guru, sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard. 1997. Classroom Intruction and Management : New York. Mc Grow-Hill Companics Inc.

Depdikbud. 1995. Petunjuk Teknis Mata Pelajaran Biologi SLTP, Jakarta. Depdikbud.

Eggen et al. 1996. Strategi for Teach Content and Thinking Skill. Third Edition Boston Allyn Bacon.
Muslimin, Ibrahim. dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya, Unesa.
Purwanto . 1991. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Mengajar. Rosda Karya Bandung.
Slavin, RE. 1995. Cooperative Learning Theori Research and Practice Boston. Allyn Bacon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar