PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI
DI SEKOLAH
Abstrak
Undang-undang no.14 tahun 2005 mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik professional pada jalur pendidikan formal, mulai dari pendidikan usia dini sampai sekolah menengah. Sebagai pendidik professional, guru harus mampu menyediakan proses pembelajaran seefisien dan seefektif mungkin. Pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah bagi guru biologi adalah salah satu bentuk inovasi dan kreaktivitas, yang berpengaruh positif bagi penciptaan suasana belajar yang mengiring siswa mengkontruksi pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan. Dengan aktif dan bermakna untuk membangun kecakapan hidup (Life Skill) dalam mempersiapkan masa depan.
____________________________________________________________________
A. Pendahuluan
Sesuai dengan undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, bahwa Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Selanjutnya pada pasal 20 undang-undang tersebut menyatakan secara gamblang bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya setiap guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
Dari pernyataan undang-undang tersebut, dapat diambil pengertian bahwa tugas keguruan adalah tugas yang komplit dan luas karena mencakup bidang yang sangat luas yang meliputi mendidik, mengajar, membimbing, mengarah, melatih, menilai dan mengevaluasi proses pendidikan anak didiknya serta mengiringi perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor mereka menuju kedewasaan. Dalam melaksanakan tugas pendidikan tersebut seorang guru berkewajiban merancang, melaksanakan, menilai dan mengevaluasi hasil belajar agar proses pembelajaran dapat secara efisien dan efektif mendukung perkembangan siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Pembelajaran biologi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional di sekolah, mempunyai tujuan pembelajaran yang mengarah pada proses penciptaan perkembangan peserta didik yang unggul dan berkualitas. Menurut Dirjen DIKDASMEN bahwa pengembangan kurikulum biologi merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan desentralisasi. Perkembangan itu bertujuan agar program pembelajaran relevan dengan lingkungan siswa, mampu memupuk keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa, memberikan kecakapan hidup, menguasai prinsip-prinsip alam, bersikap ilmiah serta mempunyai kepribadian Indonesia dan berakhlak mulia (2003:1)
Oleh karena begitu luas dan bermanfaatnya pembelajaran biologi dalam mengembangkan diri siswa maka guru harus mampu mengkontruksi proses pembelajaran siswa secara efektif dan efisien. Proses pembelajaran hendaknya mampu menstimuli perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor siswa.
Namun, kenyataan yang ditemui sehari-hari di kelas seringkali guru melaksanakan pembelajaran secara tidak efektif, dimana guru menyajikan pembelajaran bertopang pada konsep abstrak yang sulit diterima siswa secara utuh, bermakna, mendalam dan mengembangkan aspek kecakapan hidup. Hal ini sering terjadi karena guru belum secara maksimal mengeksploitasi sumber belajar yang ada disekitar siswa, seperti lingkungan hidup di sekitar sekolah. Padahal pekarangan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah adalah sumber belajar yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang kontekstual untuk menjadikan pembelajaran lebih bermakna (Mastery Learning).
B.Pendidikan dan Pembelajaran
1.Pendidikan
Banyak definisi tentang pendidikan yang disampaikan para pakar pendidikan, namun intinya menyatakan bahwa sesungguhnya pendidikan itu adalah usaha pendidik untuk mengembangkan kepribadian anak didik menjadi manusia dewasa. Poerbakawatja dan harahap (2004:10) dalamMuhibbin Syah menyatakan bahwa pendidikan adalah:
Usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan, yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya guru di sekolah, pendeta atau kyai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya.
Oemar Hamalik (2003:79) menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyaraakat.
Manusia yang dewasa dalam istilah agama disebut juga aqil baligh dimana dalam kaca mata agama terutama pada agama islam. seorang dewasa telah diberi tanggung jawab pribadi untuk menerima konsekuensi dari semua perbuatannya. Dalam istilah populer, dewasa yaitu telah mempunyai tanggung jawab moral keagamaan, moral hukum dan moral kemasyarakatan dan segala konsekuensi hukum yang melekat pada setiap perbuatannya.
Bloom (1974) dalam Abin S. Makmun (2004;26) telah menyusun tujuan pendidikan yang berorientasi pada perubahan prilaku yang dapat diamati, dapat diukur secara ilmiah. Secara garis besar Bloom mengelompokkannya kedalam 3 domain yaitu:
1) Kawasan kogitif yang terdiri dari:
- Pengetahuan
- Pemahaman
- Penerapan
- Penguraian
- Memadukan
- Penilaian
2) Kawasan Efektif yang terdiri dari
- Penerimaan
- Sambutan
- Penghargaan
- Pengorganisasian
- Karakterisasi
- Internalisasi
- Penjelmaan
3) Kawasan Psikomotor
- Gerakan jasmani
- Gerakan indah
- Komunikasi nonverbal
- Prilaku verbal
Untuk menjadikan seorang anak menjadi seorang manusia dewasa yang telah mempunyai kecakapan hidup maka anak harus mendapatkan pendidikan pada masa-masa pertumbuhannya mulai dari rumah tangga, di lingkungan atau masyarakat serta sekolah, yang sering kita kenal dengan pendidikan keluarga, pendidikan non formal dan formal.
Pendidikan formal di sekolah mempunyai peranan yang sangat besar dan penting dalam perkembangan siswa tersebut. Hal ini terjadi karena pendidikan di sekolah telah tersusun secara sistimatis sesuai denga tujuan pendidikan yang telah di tetapkan yang meliputi:
- Tujuan pendidikan nasional
- Tujuan lembaga pendidikan (Tujuan institusional)
- Tujuan mata pelajaran (Tujuan kurikuler)
- Tujuan belajar mengajar (Tujuan Intruktusional)
Dalam interaksi pendidikan, guru memberikan sejumlah bahan ajaran atau latihan dengan dukungan buku sumber, alat bantu belajar dan suasana belajar yang kondusif. Dalam menyiapkan bahan ajar, alat bantu dan suasana belajar tersebut harus sesuai dengan kondisi siswa dan lingkungan siswa atau sekolah.
Nana S Sukmadinata mengatakan (2003:30)
Situasi pendidikan merupakan interaksi antara guru dengan siswa dalam upaya guru membantu perkembangan siswa mencapai tujuan-tujuan tertentu, dengan berpedoman kepada kurikulum dan berlangsung pada suatu lingkungan tertentu. Jadi ada beberapa komponen yang terlibat secara langsung dalam situasi pendidikan yaitu: siswa, guru, guru, lingkungan serta sarana dan prasarana. Disamping itu ada komponen yang secara tidak langsung terlibat yaitu orang tua dan masyarakat.
Pendidikan yang baik yang dihasilkan dari program yang tersusun dan terlaksanakan dengan baik serta didukung oleh orang tua dan masyarakat akan menghasilkan out put pendidikan yang baik pula yaitu manusia dewasa yang berqualitas dan bermartabat sebagai manusia Indonesia seutuhnya.
2.Pembelajaran Biologi
Proses pembelajaran adalah bagian penting dari proses pendidikan dimana pada proses belajar mengajar guru atau orang dewasa memberikan pengaruh kepada peserta didik untuk mengkontruksi pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi dirinya sendiri. Menurut Slameto (2003:2)
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
Perubahan yang terjadi pada proses pembelajaran mempunyai sifat-sifat sebagai barikut:
1) Terjadi secara sadar
Seorang siswa yang telah mengalami proses pembelajaran sadar telah terjadi perubahan pada dirinya, misalnya dari ketidaktahuan pada suatu konsep pengetahuan menjadi tahu.
2) Bersifat berkesinambungan
Seorang siswa yang diajar dan dilatih menanam pohon selanjutnya diajari dan terampil memupuk dan memelihara tanamannya.
3) Bersifat positif
Perubahan senintiasa terus berkembang ke arah yang positif dan konstruktif.
4) Bersifat kekal
Pengetahuan atau keterampilan yang diterima siswa bertahan samapi dewasa
5) Bertujuan dan terarah
Perubahan tingkah laku bertujuan dan terarah kepada perkembangan ke arah perubahan tingkah laku yang lebih kompleks.
6) Mencakup seluruh aspek tingkah laku
Meliputi perubahan pada pengetahuan, sikap dan keterampilan
Pembelajaran Biologi sebagai bagian dari pembelajaran di sekolah merupakan komponen yang tak terpisahkan dari struktur pendidikan di sekolah. Mata pelajaran biologi mempunyai karakteristik umum seperti mata pelajaran lainnya dan mempunyai corak khusus sesuai dengan sifat mata pelajaran biologi. Menurut Dirjen Dikmenum (20032)
Mata Pelajaran Biologi berfungsi untuk menanamkan kasadaran terhadap keindahan dan keteraturan alam sehingga siswa dapat meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang maha Esa sebagai warga negara yang menguasai teknologi untuk meningkatkan mutu kehidupan dan melanjutkan pendidikan. Mata pelajaran biologi Bertujan untuk:
1) Memahami konsep-konsep biologi dan saling keterkaitan.
2) Mengembangkan keterampilan dasar biologi untuk menumbuhkan nilai sikap ilmiah.
3) Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.
4) Mengembangkan kepekaan nalar untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan proses kehidupan dalam kejadian sehari-hari.
5) Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan.
6) Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan pendidikan.
Pembelajaran biologi bisa berlangsung dengan beberapa jenis metode dan pendekatan. Metode yang sering dipakai pada pembelajaran biologi antara lain:
1) Metode eksperimen
2) Metode demonstrasi
3) Metode pameran
4) Metode tanya jawab
5) Metode kooperatif
6) Metode diskusi informasi
7) Metode darmawisata
8) Metode bermain peran
Sedangkan pendekatan yang sering dipakai antara lain:
1) Pendekatan Konsep
2) Pendekatan Lingkungan
3) Pendekatan Inquiry-Discovery
4) Pendekatan Berbasis Masalah
5) Pendekatan STM
6) Pendekatan Kontekstual
7) Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan konsep, mengarahkan siswa untuk memahami pembelajaran melalui pemahaman konsep tertentu. Pendekatan lingkungan membelajarkan siswa dengan mendasarkan pembelajaran pada isu atau penomena lingkungan yang ada di sekitar siswa. Pendekatan Inquiry-Discovery belajar dengan mengikuti pola kerja ilmiah. Pembelajaran dengan mengidentifikasi, memprediksi dan memecahkan masalah menurut langkah-langkah ilmiah. Pendekatan Pemecahan Masalah hampir sama dengan Inquiry-Discovery dimana pada pendekatan ini siswa dihadapkan pada masalah, dimana pada pembelajaran siswa dibimbing untuk mengumpulkan data, memilah dan mengajukan pertanyaan yang mengarah pada pemecahan masalah. Pendekatan STM membimbing siswa mempelajari konsep sains dengan menghubungkan konsep-konsep sains dengan fenomena yang ada dimasyarakat dan hubungannya dengan teknologi yang berkembang dan bermanfaat pada kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Pendekatan Kontekstual adalah pembelajaran dimana pada pembelajaran pengetahuan siswa dibangun dengan menghubungkan konsep sains dengan lingkungan kontekstual siswa, dimana siswa dibimbing mengkontruksi pengetahuan sendiri menghubungkan pengetahuan dasar yang dimiliki siswa dengan lingkungan nyatanya dan terkonstruksi pengetahuan baru. Pembelajaran keterampilan proses sains tidak mengarahkan untuk menguasai konsep pengetahuan semata. Pembelajaran keterampilan proses sains dirancang untuk membimbing siswa menguasai langkah kerja ilmiah. Menurut Rustaman (2007) terdapat beberapa keterampilan proses antara lain:
1) Mengamati
2) Mengelompokkan/ Mengklasifikasi
3) Meramal/ Memprediksi
4) Mengajukan pertanyaan
5) Berhipotesis
6) Merencanakan penelitian
7) Menggunaan alat dan bahan dalam penelitian
8) Menerapkan konsep
9) Berkomunikasi.
( Oman Karmana: 2007: 9)
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Secara garis besar dapat dibedakan atas dua golongan besar yaitu faktor ekstern dan faktor intern. Menurut Slameto (2003: 54) Faktor tersebut adalah:
a. Faktor Intern: terdapat tiga faktor intern yaitu:
1) Jasmani yang meliputi: kesehatan dan keadaan tubuh.
2) Psikologis yang meliputi: Inteligensia, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
3) Kelelahan yang meliputi: kelelahan fisik dan rohani.
b. Faktor Ekstern : terdapat 3 faktor ekstern yaitu:
1) Keluarga yang meliputi: Cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, ekonomi keluarga, pengertian orang tua, kebudayaan.
2) Sekolah yang meliputi: metode dan pendekatan guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu, gedung, pustaka, laboraturium dan lingkungan sekolah
3) Masyarakat yang meliputi: Kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, kehidupan masyarakat
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran tersebut saling terkait satu yang lain. Semakin besar dukungan dari faktor tersebut semakin besar harapan pembelajaran berlangsung dengan efektif dan efisien. Guru sebagai faktor yang penting dalam pembelajaran, diharapkan mampu mengkondisikan dan memanfaatkan faktor-faktor tersebut semaksimal mungkin. Jika guru tak mampu mengembangkan potensi diri siswa dan memanfaatkan dukungan faktor-faktor lainnya maka pembelajaran tidak akan berhasil secara optimal mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran.
C. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Biologi dan Teori Belajar yang Relevan
1. Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sekolah Sebagai Sumber Belajar Biologi
Sebagaimana yang telah dibicarakan pada Bab sebelumnya bahwa guru memiliki peranan yang sangat menentukan pada keberhasilan pembelajaran anak didik. Seorang guru yang profesional mampu mendayagunakan seluruh potensi yang ada untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mendorong siswa lebih aktif mendapatkan pengetahuan dengan mengkontruksi pengetahuan sendiri melalui interaksi dirinya dengan sumber belajar.
Salah satu sumber belajar yang sering terabaikan oleh guru-guru termasuk dalam hal ini guru-guru biologi adalah pemanfaatan seoptimal mungkin lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah di sini adalah pekarangan sekolah sebagai suatu ekosistem, ekosistem disekitar sekolah sebagai sumber belajar potensial dan efektif dalam membangun pengetahuan, sikap ataupun keterampilan anak didik sebagai wadah pengembangan life skill mereka.
Oman Karmana (2007:10) menyatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa dengan memanfaatkan lingkungan sekolah, umpamanya belajar interaksi antar organisme di kebun sekolah merupakan contoh pembelajaran dengan pendekatan lingkungan. Pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah dapat dianggap sebagai sumber belajar yang sesungguhnya, dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan. Seorang guru biologi memulai pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada suatu masalah di lingkungan sekolah, umpamanya bunga dipekarangan tidak tumbuh dengan subur, lalu siswa dibimbing untuk mendapatkan jawaban secara mandiri atau berkelompok adalah sebuah contoh pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah (Problem Based Learning). Menurut Ibrahim dan Nur (2002) dalam Runi (2005:17)
Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir dan pemecahan masalah, belajar berperan sebagai orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata, menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Pembelajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahaman tentang fenomena itu.
Bila permasalahan diapresiasi dengan penelitian mengikuti kerangka berfikir ilmiah, maka hal tersebut adalah Inquiry-Discovery yang akan membangun keterampilan proses siswa mulai dari tindakan observasi, prediksi dan membuat hipotesis, mengidentifikasi variable, melakukan penelitian dengan menggunakan alat dan bahan percobaan, mengontrol variable, mengumpulkan data, mengorganisasi dan memaknai data, membuat laporan penelitian dan mampu mengkomunikasikan kepada orang lain.
Belajar reproduksi tumbuhan melalui praktek pembibitan dengan melibatkan nara sumber dari luar misalnya dari balai benih disekitar sekolah dengan pemanfaatan teknologi sederhana yang ada di tengah masyarakat adalah contoh pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM). Bila pembelajaran dirancang dengan mengedepan pertimbangan kekhasan daerah dan lingkungan nyata siswa dengan langkah-langkah Kontruktives, inquiry, bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), Refleksi, permodelan dan mengggunakan authentic assesment adalah cerminan dari pendekatan kontekstual telah terlaksana pada pembelajaran tersebut.
Pembelajaran Biologi di pekarangan atau lingkungan sekitar sekolah memungkinkan siswa belajar lebih leluasa melibatkan seluruh potensia indra, emosi dan organ motoriknya oleh karena itu pembelajaran terasa lebih nyata sehingga pembelajaran lebih bermakna dan mudah dipahami.
Hamalik (2003:91) menyatakan bahwa pembelajaran modern lebih dititik beratkan pada aktivitas sejati. Aktivitas sebagai asas pembelajaran memiliki manfaat:
1) Siswa mencari pengalaman sendiri dengan langsung mengalami sendiri.
2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.
3) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.
4) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis, kekeluargaan, musyawarah dan mufakat
5) Membina dan memupuk kerjasama antar sekolah, masyarakat serta hubungan antar guru dan orang tua siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.
6) Pembelajaran dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindari terjadinya verbalisme.
7) Pembelajaran dengan kegiatan belajar menjadi lebih hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika
Nasution (1985:1) mengatakan bahwa benda-benda nyata memberikan kesempatan siswa melihat sendiri secara langsung dan sekaligus dapat mengembangkan keterampilan psikomotor, serta memudahkan siswa dalam perkembangan mental dan memperluas tanggapan-tanggapannya, sehingga dengan demikian kedekatan anak kepada pelajaran bertambah. Senada dengan itu Sri Redjeki (1997:2004) menyatakan untuk memperluas konsep yang dipaparkan guru, maka dapat diupayakan dengan menggunakan contoh yang akurat kepada siswa, dengan kata lain guru harus banyak memasukkan contoh dari penjelasan pelajaran dari lingkungan yang ada di sekitar siswa. Menurut Sheal&Peter dalam Marwan (2004:12) Penguasaan belajar dari berbagai modus pembelajaran adalah: 10% dari membaca, 20% dari mendengar, 30% dari melihat, 50% dari melihat dan mendengar, 70% dari mengatakan dan 90% dari mengatakan dan melakukan. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran akan efektif kalau siswa terlibat fisik dan emosional dengan kegiatan pembelajaran serta mendiskusikan secara aktif dalam kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan seluruh siswa terlibat berinteraksi secara aktif (Cooperatif Learning).
Dale dalam Notoatmodjo (2003:72) memberi peringkat efektivitas pemeblajaran seperti tabel berikut:
Tabel Efektivitas Pembelajaran
No Cara/ Alat Belajat Efektivitas
1 Kata-kata 1
2 Tulisan 2
3 Rekaman 3
4 Film 4
5 Televisi 5
6 Pameran 6
7 Field Trip 7
8 Demonstrasi 8
9 Sandiwara 9
10 Benda tiruan 10
11 Benda asli/ Suasana asli 11
Pembelajaran tentang ekosistem, interaksi antar organisme misalnya akan lebih efektif jika berlangsung di pekarangan atau lingkungan sekolah dan atau lingkungan sekitar sekolah. Akan lebih lebih bermakna jika siswa dibimbing menbina sebuah ekosistem mini dengan membangun kebun sekolah, apotik hidup atau kolom ikan. Pembelajaran tentang pencemaran lingkungan lebih bermakna jika siswa dibimbing mempraktekkan teknik pengolahan sampah atau kompos. Praktikum reproduksi tumbuhan akan lebih berharga jika diarahkan pada usaha penghijauan sekolah atau lingkungan sekitar sekolah.
Pembelajaran yang konstruktif seperti diatas akan mematri life skill siswa lebih mendalam, karena dari pembelajaran yang bermakna dan kontruktif tersebut akan memudahkan guru memberikan kasadaran diri (self awareness) akan potensi diri dan kedudukan pribadi di sisi Allah SWT dan di tengah masyarakat. Kemampuan berkomunikasi, dan keterampilan vokasional sebagai bagian dari life skill akan lebih mudah dibangun dan diperkuat.
2. Teori yang Relevan
Banyak teori belajar yang relevan dengan teknik pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sekolah dalam pembelajaran antara lain:
a. Teori Belajar Gestalt
Teori belajar kognitif atau teori gestalt menekankan kepada proses intelektual yang kompleks seperti bahasa, pikiran, pemahaman, pemecahan masalah sebagai aspek utama dalam pembelajaran (Sudjana, 1991:24). Dalam teori kognitif ini dikatakan bahwa seorang siswa telah mempunyai pengetahuan awal tentang suatu konsep. Pengetahuan awal diberi rangsangan oleh pengalaman baru. Asosiasi pengetahuan lama dengan pengalaman baru akan membentuk struktur pengatahuan baru.
Prinsip penting dari teori gestalt adalah bahwa jika siswa akan berhasil dalam pembelajaran jika telah siap menerima suatu pemeblajaran. Perkembangan siswa dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman. Dalam proses pembelajaran harus melibatkan intelektual, emosi dan jasmani. Belajar adalah insight, reorganisasi pengalaman yang membangun suatu skemata baru pada kognitif siswa.
b. Teori Belajar Thorndike
Thorndike mengemukakan tiga prinsip pembelajaran yaitu, (1) law of readiness, belajar akan berhasil jika siswa siap untuk melakukan pembelajaran, (2) law of exercise, belajar akan berhasil jika ada latihan atau praktek, (3) law of effect, belajar akan bersemangat jika siswa megetahui dan mendapatkan hasil yang baik (Surya, 2004:28)
Sebagai bagian dari teori bahviorisme maka teori ini menempatkan pangalaman langsung sebagai bagian penting dalam pembelajaran. Pengalaman langsung akan membentuk pengalaman nyata pada diri siswa. Latihan atau penagamatan adalah pengalaman authentik yang akan membentuk struktur pengetahuan baru pada diri siswa.
c. Teori Belajar Bruner
Bruner berpendapat bahwa pembelajaran yang paling tepat adalah menyiapkan pengalaman belajar menemukan (discovery learning), sehingga memungkinkan siswa mengembangkan informasi dan keterampilan berdasarkan pengalaman sebelumnya.Menurut bruner (Winkell, 1996:391., dahar, 1996:103) belajar dengan cara menemukan sendiri sesuai dengan hakikat manusia sebagai orang mencari-cari secara aktif dan menghasilkan pengetahuan serta pemahaman yang sungguh-sungguh bermakna.
Menurut Dahar (2003:65) pembelajaran menurut teori Bruner bertitik tolak dari dua asumsi, yaitu (1) pengetahuan diperoleh karena adanya interaksi aktif dengan lingkunagn, (2) orang akan mengkontruksi pengathauannya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang ada pada struktur kognitifnya.
d. Teori Belajar Vygotski
Teori belajar vigotski menyatakan bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pangalaman baru yang menantang dan ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang muncul (Runi, 2005:26)
D.Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan teori-teori pendidikan di atas dapat disimpulkan:
a. Guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pembelajaran
b. Guru harus mengoptimalkan seluruh sumber belajar untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien
c. Pembelajaran yang efektif dan bermakna adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif secara jasmani dan rohani
d. Lingkungan hidup di sekolah adalah sumber belajar yang mampu memberikan sumbangsih yang besar sabagai sumber belajar siswa khususnya pada pembelajaran biologi
2.Saran
Berdasarkan uraian di atas dan kesimpulan kami sarankan:
a. Kepada guru biologi untuk mengoptimalkan penggunaan lingkungan hidup di sekitar sekolah atau pekarangan sekolah sebagai sumber belajar biologi di sekolah
b.Kepada guru biologi dan peneliti diharapkan untuk mengembangkan penelitian tentang efektivitas lingkungan sekitar
Daftar Pustaka
Dahar, R. W. (1996) Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
......................(2003) Aneka Wacana Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung. Tarsito
Dirjen Dikdasmen (2003) Kurikulum 2004 SMA. Jakarta. Depdiknas
Hamalik, O. (2003) Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara
.....................(2003) Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara
Karmana, O (2007) Cerdas belajar Biologi. Petunjuk Guru. Bandung. Grafindpo
Makmun, A. S (2004) Psikologi Pendidikan. Bandung. Rosda
Marwan (2004) Pengembangan Silabus& Implementasi Pembelajaran Kurikulum 2004. Presentasi pelatihan Kurikulum 2004. Pekanbaru
Nasution, T (1985) Membangkitkan Minat Anak. Jakarta. Madju
Notoatmodjo, S. (2003) Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta. Rineka Cipta
PGRI (2006) Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Guru dan Dosen. PGRI. Jakarta
Slameto (2003) Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta
Sudjana, N (1991) Teori-Teori Belajar untuk pengajaran. Jakarta. Fekon UI
Surya, M ( 2004) Psikoilogi Pembelajaran & Pengajaran. Bandung. Pustaka Bani Quraisy
Redjeki, S (1997) Telaah Perkembangan Konsep Biologi dalam Pendidikan Indonesia. Disertasi PPs IKIP Bandung
Sukmadinata, N. S (2003) Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. Rosda
Runi (2005) Efektivitas Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based learning) Dalam Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah pada mata pelajaran Biologi Konsep Pencemaran Lingkungan di Kelas I SLTP. Tesis. S2 UPI Bandung
Winkel, W. S (1996) Psikologi Pengajaran. Jakarta. Grasindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar