Halaman

Selasa

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN YANG MEMBERIKAN PENGALAMAN SUKSES BAGI SISWA

abstrak
Salah satu faktor penentu keberhasilan dalam proses belajar mengajar adalah siswa sebagai peserta didik. Pembelajaran tidak mendapatkan hasil yang optimal jika guru mengajar tanpa psikologi pendidikan, seringkali mengabaikan kebutuhan peserta didik dalam belajar. Hal ini terutama bagi kelas yang siswanya tidak mempunyai motivasi yang cukup dalam mengikuti pembelajaran. Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi siswa yang demikian. Dalam pembelajaran keberhasilan siswa diciptakan oleh guru sehingga mereka tidak merasa bahwa mereka tidak mampu dalam belajar matematika. Dari nilai hasil belajar dapat disimpulkan bahwa persentase ketuntasan belajar meningkat melebihi 80% setiap siklusnya. Demikian juga aktifitas siswa juga mengalami perubahan positif. Mereka yang sebelumnya tidak peduli dan tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan menjadi antusias dan berusaha memberikan jawaban.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam setiap kegiatan proses belajar mengajar guru selalu berusaha untuk mencapai hasil yang maksimal. Untuk mencapai hasil yang maksimal tersebut diperlukan berbagai kiat dan perhatian yang besar dari semua pihak, baik guru, siswa, dan juga orang tua. Tanggung jawab ini terasa sangat penting mengingat bahwa siswa adalah anak manusia yang berada pada usia yang masih membutuhkan bimbingan.
Dalam proses pembelajaran, objek-objek diproses dengan inderanya oleh siswa, kemudian diteruskan oleh otak untuk difikirkan dan dikerjakan bersama-sama dengan anggota tubuh lainnya, sehingga terbentuk suatu aktifitas belajar. Konsep seperti ini yang dapat dikategorikan konsep diri siswa dalam belajar. Siswa yang mempunyai kepercayaan dan konsep diri dalam belajar maka ia akan dapat belajar dengan baik dimanapun dan kapanpun, karena dalam pikirannya sudah tertanam dengan baik “jika orang bisa sayapun harus bisa juga”. Siswa seperti ini biasanya memperoleh hasil belajar yang baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa salah satu faktor penentu keberhasilan dalam proses belajar mengajar adalah siswa sebagai peserta didik. Ruseffendi (1998) menya¬takan bahwa ada lima faktor penentu keberhasilan siswa dalam belajar yaitu: 1) kecerdasan atau intelegensi, 2) kesiapan, 3) bakat, 4) kemauan belajar, dan 5) minat. Siswa yang memiliki inteligensi yang baik jika didukung dengan kemauan dan minat belajar yang tinggi kemungkinan besar akan berhasil dalam belajarnya. Demikian juga siswa yang memiliki bakat dalam bidang tertentu, bakat tersebut akan berkembang bila ditunjang dengan minat dan kemauan belajar yang tinggi pula. Tetapi kenyataannya kemampuan siswa dalam belajar di sekolah sangat beragam. Ada siswa yang mempunyai minat dan kemauan belajar yang tinggi, namun tidak sedikit pula siswa yang memiliki minat dan kemauan belajar yang rendah.
Tulisan ini berangkat dari pengalaman yang penulis rasakan dalam mengajar di kelas. Penulis merasa ada kelas yang siswanya tidak mempunyai motivasi yang cukup dalam mengikuti pembelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari cara mereka mengikuti pembelajaran. Pada umumnya mereka akan langsung menyerah begitu soal-soal latihan diberikan. Kenyataan ini terutama penulis rasakan di beberapa kelas dari kelas X yang terdiri dari 3 kelas paralel di tempat penulis mengajar. Dari data hasil belajar di kelas yang penulis maksud pada semester ganjil Tahun Pembelajaran 2008/2009 setaip ulangan harian siswa yang mencapai KKM hanya berkisar 30% - 42%.
Dugaan awal penulis adalah bahwa para siswa tersebut belum memiliki modal yang memadai untuk belajar matematika, sehingga materi yang mereka terima tidak mendapat respon dari dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ausibel (dalam Hudoyo, 1988) yang mengatakan bahwa belajar dikatakan bermakna jika informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif siswa, sehingga siswa dapat mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan yang baru. Ada dua macam pengetahuan yang dimiliki siswa yaitu: pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural. Kedua macam pengetahuan tersebut harus saling terkait.
Matematika merupakan suatu pengetahuan dengan disiplin yang ketat, hubungan antara konsep-konsep dalam matematika dengan prasyaratnya tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu dalam memberikan bantuan dalam pembelajaran harus diperhatikan hirarki pembelajaran pada setiap pokok bahasan. Jika ada bagian terdahulu yang tidak dipahami secara baik, maka akan sangat sulit memahai materi-materi selanjutnya. Akibatnya mereka sudah merasa yakin bahwa mereka tidak akan mampu menguasai materi tersebut. Karena itu dalam tulisan ini penulis ingin mengembalikan kepercayaan diri mereka tersebut dengan cara memberikan kepada mereka pengalaman keberhasilan dalam belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah dengan memberikan pengalaman sukses dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Apakah dengan memberikan pengalaman sukses dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
C. Manfaat
1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar.
2. Bagi guru, diharapkan dapat menjadi alternatif pemecahan masalah dalam menghadapi kasus serupa.
3. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

II. TINJAUAN TEORITIS
A. Hasil Belajar Matematika
Menurut Slameto (2003), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Selanjutnya menurut Winkel (1996), belajar merupakan suatu aktivitas yang berlangsung dalam berinteraksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku, ilmu pengetahuan dan keterampilan seorang siswa. Perubahan yang dikehendaki dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa dalam matematika.
Hasil belajar merupakan faktor yang penting dalam pendidikan. Secara umum hasil belajar selalu dipandang sebagai perwujudan nilai yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran. Menurut Hamalik (2005), hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Selanjutnya hasil belajar yang diwujudkan dalam tujuan pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana, 2004).
Menurut Dimyati (2002), faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah guru sebagai pembina siswa belajar, sarana dan prasarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa disekolah, dan kurikulum sekolah. Selanjutnya menurut Djamarah (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah: tujuan, guru, anak didik, kegiatan pembelajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana evaluasi.
Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran dapat tercapai, sehingga para siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan terjadi perubahan sikap pada diri mereka. Keberhasilan belajar yang dicapai siswa tidak teriepas dari kualitas hasil belajar. Menurut Ishaq (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil belajar adalah:
1) Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pokok /sub pokok bahasan yang telah ditentukan dalam satu semester sesuai dengan tujuan pembelajaran
2) Usaha yang dilakukan oleh individu untuk menguasai atau menyerap atau memahami bahan atau materi yang sudah diajarkan guru.
3) Bakat seseorang yang sifatnya sangat individual
4) Kualitas pembelajaran misalnya strategi yang digunakan (metode pembelajaran, pengaturan waktu untuk mengajar)
5) Kemampuan siswa untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari keseluruhan proses belajar mengajar yang sedang dihadapinya.
Kualitas pembelajaran menurut Sudjana (2000) dipengaruhi oleh beberapa faktor; (1) kompetensi guru; (2) karakteristik kelas meliputi: besarnya kelas, suasana kelas, fasilitas dan sumber belajar yang tersedia; (3) karakteristik sekolah meliputi: disiplin, perpustakaan, lingkungan sekolah, letak geografis, dan estetika sekolah.
B. Pembelajaran dengan Pengalaman Sukses
Ausibel (dalam Hudoyo, 1988) mengatakan bahwa belajar dikatakan bermakna jika informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif siswa, sehingga siswa dapat mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan yang baru. Ada dua macam pengetahuan yang dimiliki siswa yaitu pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural. Kedua macam pengetahuan tersebut harus saling terkait.
Matematika merupakan suatu pengetahuan dengan disiplin yang ketat, hubungan antara konsep-konsep dalam matematika dengan prasyaratnya tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu dalam memberikan bantuan dalam pembelajaran harus diperhatikan hirarki pembelajaran pada setiap pokok bahasan. Degeng (1989) mengatakan bahwa pengetahuan baru yang lebih kompleks akan lebih mudah diperoleh apabila pengetahuan itu terorganisir dengan baik secara hirarki. Walaupun tingginya hirarki tidak berarti materi itu lebih sulit dari yang hirarkinya lebih rendah.
Siswa yang tidak tertarik terhadap pelajaran, salah satu penyebabnya adalah hirarki materi pelajaran itu terputus pada dirinya. Sehingga materi yang menjadi prasyarat tidak dimilikinya. Kejadian ini sudah terjadi berulang-ulang dalam kegiatan pembelajaran yang diikutinya. Karena lambat diatasi, akhirnya kejadian ini menjadi sesuatu yang biasa baginya, dan pada akhirnya tertanam konsep dalam dirinya bahwa dirinya memang seseorang yang tidak bisa dan tidak akan pernah bisa. Kalau keyakinan seperti ini sudah terbentuk, maka wajar mereka tidak memiliki keinginan untuk mengikuti pembelajaran dengan baik.
Untuk menghadapi siswa seperti yang diuraikan di atas, menurut penulis yang perlu dila¬ku¬kan adalah mengembalikan kepercayaan diri mereka agar mereka merasa punya kemampuan dalam mempelajari matematika. Salah satu cara adalah memulai pembelajaran dengan yang betul-betul mudah bagi mereka. Berusaha memberikan pertanyaan yang dapat dipastikan mereka bisa memberikan jawaban dengan benar. Soal-soal yang diberikan juga dirancang sedemikian rupa sehingga tidak menyulitkan mereka. Dalam memberikan soal ujian adalah dengan mengam¬bil soal-soal yang pernah diberikan sebagai tugas baik tugas di kelas maupun tugas berupa pekerjaan rumah (PR).
Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang melakukan banyak interaksi antara siswa dan guru. Karena itu metode yang penulis gunakan adalah metode tanya jawab-penugasan.

III. METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas tiga siklus. Penelitian ini dilakukan di kelas tempat peneliti mengajar sehari-hari. Menurut Wardani (2002) penelitian seperti ini dilakukan bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru yang bersangkutan.
Tindakan yang diberikan dalam penelitian ini adalah memberikan pengalaman sukses kepada siswa dalam setiap pembelajaran. Artinya pengalaman sukses siswa tersebut diciptakan oleh guru, yaitu dengan memulai pembelajaran dari hal-hal yang betul-betul dikuasai siswa. Dan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan harus dapat dipastikan bisa dijawab siswa. Pada setiap siklus diadakan refleksi untuk perbaikan pelaksanaan pada siklus berikutnya.
Siklus pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut (Wardani, 2002):
Melakukan tindakan

Merencanakan Mengamati

Refleksi
Masing-masing komponen pada setiap siklus dalam penelitian ini berisikan:
1. Rencana: menyusun skenario pembelajaran, bahan ajar, mempersiapkan tes hasil belajar.
2. Tindakan: - melaksanakan pembelajaran yang mempersiapkan siswa selalu mendapat pengalaman sukses.
- Memberikan tugas dan/atau PR dengan jumlah dan kesulitan yang mungkin mampu dijawab oleh siswa.
- Memberikan ulangan harian dengan selalu mengambil soal dari soal-soal yang pernah ditugaskan baik di kelas atau PR.
- Tidak mengembalikan jawaban siswa sebelum siswa mendapat nilai diatas nilai KKM.
3. Pengamatan: Pengamatan dilakukan oleh teman guru yang dipilih menggunakan lembar pengamatan dan pengamatan langsung dari peneliti.
4. Refleksi data yang diperoleh dari hasil kegiatan pengamatan dan hasil belajar dianalisis dan hasil kajian dijadikan sebagai bahan perbaikan untuk siklus berikutnya.

B. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X 4 SMA Negeri 1 Benai tahun pelajaran 2008/2009 dengan jumlah siswa 39 siswa terdiri dari 22 laki-laki dan 17 perempuan. Menurut pengamatan penulis minat/motivasi kelas ini dalam mengikuti mata pelajaran matematika amatlah rendah.
C. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga siklus sebanyak tiga kali pertemuan yang dimulai tanggal 16 September 2008 dan berakhir tanggal 14 Oktober 2008.
D. Pengumpulan Data
1. Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi dan soal tes.
2. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah untuk melihat aktifitas siswa dalam pemblajaran untuk mengetahui motivasi siswa. Sedangkan analisis kuantitatif adalah data hasil belajar untuk melihat keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran.


IV. HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pada pertemuan pertama ini penulis menjelaskan tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Siswa diminta untuk ikut berperan aktif dalam pembelajaran karena semua materi yang akan disampaikan adalah materi yang pasti semua siswa mampu mengikutinya. Penulis berusaha meyakinkan siswa bahwa pada pembelajaran berikutnya matematika yang dipelajari adalah dipilih materi yang mudah-mudah saja.
Pembelajaran dimulai dengan mengadakan tanya jawab dengan mempertimbangkan bahwa yang ditanya pasti dijawab oleh siswa. Pada akhir pembelajaran diadakan tes menggunakan soal yang disediakan.
Pada siklus kedua pembelajaran yang dilakukan sama seperti pada siklus pertama de-ngan lebih hati-hati memberikan pertanyaan. Seluruh siswa mendapat kesempatan menja¬wab pertanyaan yang dirancang sedemikian sehingga mereka dapat menjawab. Sebab keberhasilan mereka menjawab pertanyaan tersebut adalah pengalaman sukses yang mereka alami. Sehingga dengan pengalaman itu mereka secara berangsur-angsur mempunyai anggapan “ternyata saya bisa juga ya!”. Pada bagian akhir pertemuan kedua ini juga diadakan ujian (post tes).
Pertemuan pada siklus ketiga Pembelajaran yang dilaksanakan sama seperti siklus pertama dan siklus kedua. Pada bagian akhir pembelajaran diberikan postes.

B. Analisis Hasil Penelitian
B.1. Aktifitas Siswa dalam Pembelajaran
Pada awal siklus pertama sebagian siswa terlihat seperti biasa dalam mengikuti pembelajaran. Mereka mengikuti dengan apa adanya tanpa motivasi yang kuat walaupun penulis sudah memperingatkan mereka untuk mengikuti dengan sungguh-sungguh dan materi akan dapat mereka terima /pahami.
Setelah pembelajaran dimulai, penulis memberikan pertanyaan “dapatkah kamu tentukan pasangan bilangan yang jumlahnya 6 dan hasil kalinya 8?” kepada empat orang siswa. Dan setelah diberi waktu keempat siswa tersebut mampu menjawab dengan benar. Pada waktu penulis mengatakan bahwa terbukti matematika yang mereka pelajari sekarang mudah, ada siswa yang menyeletuk bahwa “biasanya memang begitu awalnya mudah akhirnya tetap sulit”. Ini menunjukkan bahwa keyakinan sebagian mereka belum berubah. Namun penulis mengamati bahwa ada beberapa orang siswa sedang menunggu giliran ingin diberikan pertanyaan, barangkali dalam pikiran mereka “kalau pertanyaan seperti itu saya juga bisa”.
Memasuki siklus kedua penulis mengamati bahwa lebih kurang separoh dari jumlah siswa terlihat antusias ingin ditanya. Hal ini jelas modal berharga bagi penulis untuk melanjutkan pembelajaran. Pada pertemuan kedua ini penulis merancang lebih banyak pertanyaan yang akan dilemparkan kepada siswa. Dari pengamatan penulis sekali saja siswa tersebut mampu memberikan jawaban yang benar fokus perhatiannya menjadi lebih terarah pada pembelajaran. Pada pembelajaran yang kedua ini penulis merasa sudah terdapat peningkatan yang berarti dari hasrat yang ditunjukkan siswa untuk mengikuti pembelajaran.
Bermodal peningkatan motivasi siswa yang terlihat pada siklus kedua, penulis mempertahankan model tersebut dengan berangsur sedikit-demi sedikit ke pertanyaan yang lebih tinggi. Namun tetap memperhatikan kemungkinan mereka dapat menjawabnya.
Dari tiga siklus pembelajaran yang penulis amati, penulis melihat telah terjadi peningkatan yang signifikan terhadap motivasi yang dimiliki siswa dalam mengikuti pembelajaran.
2. Hasil Belajar Siswa.
Terdapat dua hasil belajar yang penulis gunakan dalam melakukan analisis, yaitu nilai postes sebanyak tiga kali dan nilai ulangan harian. Untuk nilai harian yang dimaksud pada penelitian ini adalah nilai harian pada standar kompetensi “Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat”. Jadi materi yang diujikan tidak hanya materi pembelajaran siklus I, II, dan III. Tetapi juga pembelajaran lain pada SK tersebut yang tidak penulis laporkan pada tulisan ini. Namun pembelajaran yang penulis berikan sudah sama seperti pada penelitian ini. Karena itu penulis juga menganalisis hasil ulangan harian tersebut.
Rekapitulasi nilai yang diperoleh siswa adalah seperti pada tabel berikut ini :
Tabel: Rekapitulasi Nilai Postes dan Ulangan Harian
No. Ujian Nilai Jumlah siswa tuntas
Tertinggi Terendah Rata-rata
1 Postes I 95 40 68,5 29 (74,4%)
2 Postes II 95 40 70,4 32 (82,0%)
3 Postes III 90 40 70,9 34 (87,2%)
4 U H 96 38 69,1 33 (84,6%)

Dari nilai postes pertama sudah mulai terlihat perubahan nilai yang sangat berarti. Kalau pada semester sebelumnya pada kelas ini ketuntasan hanya berkisar 30% - 42 % pada postes pertama ini meningkat dua kali yaitu mencapai 74,4%. Artinya dari 39 siswa hanya 10 orang yang belum tuntas.
Memang penulis belum mengatakan kalau hasil ini mencerminkan peningkatan hasil belajar. Karena soal yang penulis rancang masih berhubungan dengan pemberian motivasi. Hasil postes ini diharapkan memberikan keyakinan kepada siswa bahwa mereka memang memiliki kemampuan dalam matematika jika mereka mau berusaha.
Pada postes kedua tingkatan soal sudah ditingkatkan dari soal yang diberikan pada postes pertama. Hasilnya sangat menggembirakan, dengan tingkatan soal dinaikkan hasil belajarnya juga naik sangat signifikan. Yaitu rata-rata 70,4, nilai tertinggi mencapai 90, terendah 40 dan hanya tujuh siswa yang tidak tuntas.
Kecenderungan nilai bagus berlanjut pada postes ketiga, rata-rata kembali naik walaupun hanya sedikit menjadi 70,9. Kenaikan yang berarti pada tahap ini adalah jumlah siswa yang belum tuntas tinggal 5 siswa.
Hasil Ulangan harian terlihat sangat positif. Rata-rata nilai ulangan siswa pada ujian ini adalah 69,1 dan jumlah siswa yang tuntas adalah 33 siswa (84,2%). Nilai tertinggi adalah 96 dan terendah 38. Hasil ini meningkat secara signifikan dari ulangan harian sebelumnya. Kenaikan ini dimungkinkan oleh motivasi siswa sudah mulai meningkat. Disamping itu soal-soal yang diambil untuk ujian harian ini adalah soal-soal yang pernah menjadi tugas pekerjaan rumah siswa. Jadi mereka yang betul-betul mengerjakan PR akan dapat menjawab ujian ulangan harian dengan benar. Hal ini berguna bagi penulis untuk meningkatkan motivasi siswa mengerjakan PR. Mereka merasa tugas-tugas yang mereka kerjakan akan sangat berguna.
Secara umum dari analisis data aktifitas siswa dan data hasil belajar siswa penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan pada penelitian ini telah berhasil untuk kedua aspek tersebut. Pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dan akibatnya meningkatkan hasil belajarnya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang memberikan pengalaman sukses dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Pembelajaran yang memberikan pengalaman sukses dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Tugas-tugas yang kemungkinannya dikeluarkan dalam ujian memotivasi siswa untuk menyelesaikannya.
B. Saran
Pembelajaran yang penulis lakukan pada penelitian ini dikhususkan untuk kelas yang berisi siswa yang motivasi dan kemampuan belajarnya rendah. Pembelajaran ini tentunya tidak cocok dilaksanakan pada siswa pandai dengan motivasi tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Mujiono (2002), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rhineka Cipta
Djamarah, Syaiful B., Zain (2002), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rhineka Cipta
Hamalik, O., (2002), Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara
Hudojo, Herman (1998), Mengajar dan Belajar Matematika, Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2LPTK
Ishaq, I (2002), Mengajar Efektif, Pedoman Praktis, bagi Guru dan Calon Guru, Pekanbaru: UNRI Pres
Ruseffendi, E.T. (1988), Pengantar kepada Membantu guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA, Bandung: Tarsito
Slameto (2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rhineka Cipta
Sudjana, Nana (2004), Penilaian Hasil Proses Belajar Menagajar, Jakarta: Bumi Aksara
Winkel, W.S (1996), Psikologi Pendidikan, Jakarta: P.T. Gramedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar