Halaman

Kamis

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 RANGSANG BARAT KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU



PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN  AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 RANGSANG BARAT KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU
(Using Student Teams Achievement Division (STAD) method to increase the activity and the outcome of Biology learning of the second year students of SMA Negeri 2 Rangsang Barat, Meranti, Riau Province)

Oleh
   Yurnida­­ *

*  Guru SMA Negeri 2 Rangsang Barat

Abstract
This research is a class action research and was conducted in natural science class. It concerns about blood circulation. The subject of this research is the second year students of SMA Negeri 2 Rangsang Barat, Meranti. This research contains two circulations. Each circulation contains planning, implementation, observation, and reflection. The instrument test of this research is observation paper for students, observation paper for teacher, and final test paper. To see the final result, the data was analyzed by using descriptive statistic. The result showed that this method, Student Teams Achievement Division (cooperative learning), can increase the activities like paying attention to what teacher explain, work together in group, presenting, asking and answering question. The result can be seen from these average scores, 65,18 % at the first circulation, and 77,595% at the second circulation. The conclusion of this research is that STAD (cooperative learning) can increase the activity and the outcome of Biology learning that concern about blood circulation at second grade class of SMA Negeri 2 Rangsang Barat, Meranti, Riau Province.

Key Words: Cooperative Learning STAD type, Acheievement.


PENDAHULUAN
Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Pembelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Pembelajaran biologi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk: (1) Membentuk sikap positif terhadap biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, (2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain (Subandi, 2007: 1).
Sesuai dengan tujuan pembelajaran biologi di atas, maka seharusnya di dalam proses pembelajaran pada materi sistem peredaran darah siswa aktif bekerjasama dengan temannya. Guru seharusnya memberi peluang pada siswa melakukan aktivitas sehingga tercipta kerjasama yang yang baik antar siswadi dalam mamahami materi sistem peredaran darah. .
Namun kenyataannya di kelas XI IPA SMA Negeri 2 Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti dengan jumlah siswa 28 orang, aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran pada materi sistem peredaran darah masih rendah. Di dalam proses pembelajaran siswa kurang berinteraksi dengan siswa yang lain dan siswa dengan guru, bila diberikan tugas kelompok siswa kurang aktif dalam bekerjasama sesama temannya, siswa cenderung belajar sendiri-sendiri, tugas kelompok yang diberikan hanya dikerjakan oleh siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi dan rajin sementara siswa yang lain kebanyakan diam atau membicarakan hal-hal lain di luar topik pelajaran, intake siswa sedang dan rendah.
Selain itu, sarana penunjang proses pembelajaran kurang mendukung (listrik atau alat penerangan tidak ada, baik di sekolah maupun di masyarakat), sedikit sekali siswa yang memiliki buku-buku yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Masalah lain yang ditemukan adalah hasil belajar siswa pada materi sistem peredaran darah rendah pada tahun pelajaran 2009/2010, 2010/1011 yang terlihat dari banyaknya siswa yang tidak mencapai KKM. Kriteria ketuntasan belajar minimal (KKM)  untuk mata pelajaran biologi adalah 65.
Tabel 1. Ketuntasan belajar ulangan harian materi sistem peredaran darah
No
Tahun
KKM
Jumlah siswa
Jumlah siswa tuntas
Jumlah siswa tidak tuntas
1.
2009/2010
65
17
6
11
2.
2010/2011
65
15
8
7

Guru sudah berupaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran kelompok, tetapi pembelajaran kelompok yang diterapkan belum terstruktur sehingga hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Sehubungan dengan kondisi di atas peneliti ingin meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi siswa dengan menerapkan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD), karena model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, dapat melibatkan siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-5 orang secara heterogen, saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun secara kelompok.
Slavin (2010) mengatakan gagasan utama di dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah penekanan aktivitas dan interaksi antara siswa untuk saling memotivasi dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif dalam belajar, sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada waktu belajar. Perhatian yang tinggi dapat meningkatkan aktivitas belajar dan memberikan dampak terhadap peningkatan hasil belajar.

KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran Biologi
Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Istilah pembelajaran lebih menggambarkan bahwa siswa lebih banyak berperan dalam mengkonstruksikan pengetahuan bagi dirinya, dan bahwa pengetahuan bukanlah hasil proses transformasi dari guru. Kunandar (2010) mengatakan pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Sagala (2010) mengatakan pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan yang ada atau menilai yang baru. Trianto (2010) pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi dengan sumber belajarnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Sanjaya (2011) mengatakan pembelajaran adalah proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada diluar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk 1mencapai tujuan belajar tertentu.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Slavin (2010) Pembelajaran  kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok. Lie (2010) mengatakan terdapat lima unsur dalam pembelajaran kooperatif, antara lain: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok.
Slavin (dalam Trianto, 2010) mengatakan bahwa ada tiga konsep utama dalam pembelajaran kooperatif adalah (1) penghargaan kelompok, (2) pertanggung jawaban individu, (3) persamaan kesempatan untuk berhasil. Terdapat enam langkah atau tahapan pembelajaran kooperatif seperti pada tabel 1.
Tabel. 1. Langkah Utama Pembelajaran kooperatif
Fase (1)
Tingkah Laku Guru (2)
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2
Menyampaikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase 3
Mengkoordinasi siswa ke dalam kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok-kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
Fase 5
Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6
Memberikan penghargaan kelompok

Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
(Ibrahim, dkk. 2000)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD Menurut Trianto (2010: 68) pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.
 Pembelajaran kooperatif tipe STAD bertujuan mendorong siswa berdiskusi, saling bantu menyelesaikan tugas, menguasai dan pada akhirnya menerapkan keterampilan yang diberikan. Slavin (2010) mengatakan di dalam pembelajaran koopertif tipe STAD siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari empat sampai lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.
Slavin (2010) memberikan contoh pembagian kelompok siswa dalam STAD yang mewakili seluruh bagian di dalam kelas. Di dalam kelas yang terdiri dari separuh laki-laki, separuh perempuan, tiga perempat kulit putih, dan seperempat minoritas boleh saja membentuk kelompok yang terdiri dari empat orang yang terdiri dari dua laki-laki dan dua perempuan, dan tiga siswa kulit putih serta satu siswa minoritas. Kelompok tersebut juga harus terdiri dari seorang siswa berprestasi tinggi, seorang siswa berprestasi rendah, dan dua lainnya berprestasi sedang.
Menurut Asma (2008) model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan melalui lima tahap yaitu: Tahap satu penyajian kelas, tahap penyajian kelas ini selalu dimulai dengan penyajian materi pelajaran oleh guru. Sebelum menyajikan materi pembelajaran guru dapat memulai dengan memberikan apersepsi, motivasi, dan menjelaskan tujuan pembelajaran. Tahap dua kegiatan kelompok, tahap ini diberi lembar kerja siswa (LKS) kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa.
Pada awal pelaksanaan kegiatan kelompok, diinformasikan pada siswa bahwa dalam menyelesaikan tugas kelompok siswa bekerja secara mandiri atau berpasangan selanjutnya siswa saling mencocokkan jawabannya atau memeriksa ketepatan jawabannya dengan teman sekelompoknya dan meyakinkan bahwa setiap anggota kelompoknya telah mempelajari materi. Jika ada anggota kelompok yang belum memahami, maka teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada anggota yang belum mengerti sebelum meminta penjelasan dari guru.
Tahap ketiga persentasi hasil Kegiatan kelompok, tahap ini persentasi hasil kegiatan kelompok dilakukan wakil dari setiap kelompok. Pada tahap ini diharapkan terjadi interaksi antar angota kelompok penyaji dengan anggota kelompok lain untuk melengkapi jawaban kelompok tersebut. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian. Tahap keempat evaluasi, tahap valuasi dikerjakan secara individu dalam waktu yang telah ditentukan. Pada saat evaluasi berlangsung siswa harus menunjukkan apa yang telah dipelajari saat bekerja dengan kelompoknya. Skor yang diperoleh siswa dalam evaluasi diproses untuk menentukan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok.
Tahap kelima penghargaan kelompok, menentukan penghargaan kelompok dilakukan langkah-langkah sebagi berikut: (1) Menghitung skor individu dan skor kelompok. Perhitungan skor tes individu ditujukan untuk menentukan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok. Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan skor tes terdahulu dengan skor tes terakhir. Skor kelompok dihitung berdasarkan rata-rata nilai perkembangan yang disumbangkan setiap anggota kelompok, kemudian nilai perkembangan dibagi dengan jumlah anggota kelompok (2) Memberikan penghargaan kelompok. Pemberian penghargaan pada kelompok sesuai dengan skor rata-rata kelompok dengan kualifikasi super, hebat dan baik.

Aktivitas Belajar
Menurut Hamalik (2010) pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Yasa (2008: 2 ) megatakan Aktivitas adalah kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Beberapa aktivitas dalam pembelajaran sebagai berikut ini. (1) Bertanya, (2) Mengajukan pendapat, (3) Mengerjakan tugas-tugas, (4) Dapat menjawab pertanyaan dari guru atau siswa lain, (5) Bekerjasama dengan siswa lain, (6) Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Aktivitas menurut Chaniago (2010) adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku sebagai berikut ini. (1) sering bertanya kepada kepada guru atau siswa lain, (2) Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, (3) Mampu menjawab pertanyaan, (4) Senang diberi tugas.
 Sardiman (2011) mengatakan bahwa aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Bila dikaitkan dengan kegiatan belajar di sekolah aktivitas berarti keaktivan siswa dalam kegiatan belajar. Dalam proses pembelajaran guru melakukan berbagai strategi pembelajaran yang akan berdampak terhadap keaktifan siswa.
Iskandar (2009) mengatakan peningkatan aktivitas  peserta didik yaitu peningkatan jumlah peserta didik yang terlibat aktif dalam belajar, bertanya dan menjawab pertanyaan, saling berinteraksi membahas materi pelajaran. Di dalam penelitian ini, keaktifan siswa yang diamati selama pembelajaran meliputi: (1) Siswa aktif di dalam memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan guru, (2) Siswa aktif bekerjasama  di dalam kelompok, (3) Siswa aktif dalam presentasi, (4) Siswa aktif mengajukan pertanyaan, (5) Siswa aktif dalam menjawab pertanyaan.

Hasil Belajar
Hasil akhir yang di lihat dari proses pembelajaran adalah hasil belajar. Menurut Sudjana (2010) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pembelajaran. Hudoyo (1990) mengemukakan bahwa dalam kegiatan mental, orang menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian. Siswa menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut sehingga siswa itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari, yang merupakan hasil belajar. Arikunto (1993) mengungkapkan hasil belajar dapat dilihat dari dua jenis yaitu behavior dan performance, yakni dua istilah yang menunjukkan sesuatu yang dapat diamati oleh orang lain.
Arikunto (2002) mengatakan hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf ataupun kata-kata. Sudjana (2009) mengatakan hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan dengan cara evaluasi. Sebagaimana menurut Sanjaya (2008) evaluasi bertujuan untuk menentukan  keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan dan untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran (Susilo: 2007). Subjek Penelitian adalah siswa kelas XI IPA SMAN 2 Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa 28 orang yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 21 orang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober 2011 sampai bulan November 2011 tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus. Tiap siklus melalui empat tahap yaitu: Perencanaan (Planning), Tindakan (Action), Observasi (Observation) dan Refleksi (Reflection).
Teknik analisa data aktivitas siswa dan guru yang digunakan adalah teknik analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau mengambarkan data yang telah dikumpulkan sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009). Analisa data tentang aktivitas siswa dan guru didasarkan pada lembar pengamatan selama pelaksanaan tindakan. Pada lembar pengamatan akan terlihat kekurangan-kekurangan pada saat pelaksanaan tindakan. Kekurangan tersebut akan direfleksikan dan akan diperbaiki pada pertemuan berikutnya.
Pelaksanaan tindakan dikatakan sesuai, jika semua aktivitas penerapan model pembelajarn kooperatif tipe STAD terlaksana sebagaimana mestinya. Data hasil belajar siswa dianalisa secara kuantitatif dilihat dari pencapaian KKM pada materi sistem peredaran darah. Skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran koopetaratif tipe STAD siklus I dibandingkatn dengan skor siswa pada siklus II.  Pada penelitian ini siswa dikatakan mencapai KKM apabila memperoleh skor 65.

HASIL  DAN PEMBAHASAN

Aktivitas Siswa
Pertemuan pertama siklus I, dilaksanakan tanggal 11 Oktober 2011 dengan jumlah siswa 28 orang tidak hadir 6 orang dengan alasan hari hujan dan sakit. Saat guru menjelaskan materi pelajaran semua siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan guru, siswa sulit dikontrol saat membentuk kelompok kooperatif sehingga siswa duduk berkelompok tetapi belum saling berhadap-hadapan, sebagian besar siswa belum dapat bekerjasama dengan anggota kelompoknya dan siswa mengerjakan LKS sendiri-sendiri. Pada saat diskusi kelas, siswa tidak aktif, kelompok yang mempresentasikan hanya terfokus pada LKS, siswa belum dapat menguasai materi sehingga pernyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain belum dapat dijawab dengan baik, antusias dari kelompok lain untuk menanggapi juga kurang.
Berdasarkan hasil observasi, jumlah siswa yang aktif memperhatikan penjelasan guru berjumlah 22 orang, siswa yang aktif bekerjasama di dalam kelompok berjumlah 10 orang, Siswa yang aktif melakukan presentasi berjumlah 22 orang, Siswa yang aktif mengajukan pertanyaan berjumlah 5 orang, Siswa yang aktif menjawab pertanyaan 5 orang
Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2011 dengan jumlah siswa 28 orang tidak hadir 1 orang dengan alasan sakit. Aktivitas memperhatikan penjelasan guru sama dengan dengan pertemuan pertama  semua siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru, siswa mulai memahami kelompok kooperatif, siswa sudah duduk saling berhadap-hadapan, siswa sudah mulai dapat bekerjasama dengan anggota kelompoknya di dalam mengisi LKS, diskusi kelas mulai aktif, Presentasi hasil kerja kelompok dan jawaban yang diberikan juga sudah lebih baik, tanggapan dari kelompok lain juga meningkat.
Pada pertemuan ini siswa yang aktif memperhatikan penjelasan materi yang diberikan guru 27 orang, Siswa yang aktif bekerjasama di dalam kelompok 19 orang, siswa yang aktif mempresentasikan 27 orang, siswa yang aktif mengajukan pertanyaan 6 orang, dan siswa yang aktif menjawab pertanyaan 6 orang.
Pertemuan ketiga siklus I dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2011 dengan jumlah siswa 28 orang tidak hadir 1 orang dengan alasan sakit. Pada pertemuan ini semua siswa memperhatikan penjelasan guru,  siswa duduk bekelompok sesuai dengan kelompok pada pertemuan pertama. Pertemuan ini, siswa sudah bisa berbagi informasi, menyamakan jawaban LKSnya dengan teman sekelompoknya, Pada pertemuan ini kerjasama antar siswa di dalam kelompok sudah baik, siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dengan baik, untuk aktivitas menjawab pertanyaan, siswa sudah dapat berbagi dalam menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Dari hasil pengamatan pada lembar observasi siswa yang aktif meperhatikan penjelasan yang diberikan guru 27 orang, siswa yang aktif bekerjasama di dalam kelompok 23 orang, siswa yang aktif mengajukan pertanyaan 13 orang, dan siswa yang aktif menjawab pertanyaan 8 orang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama tiga kali pertemuan siklus I mengggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang didukung dengan pengamatan aktivitas siswa ternyata masih ada siswa yang belum dapat bekerjasama dengan anggota kelompok, masih ada siswa yang cenderung belajar sendiri-sendiri. Aktivitas mengajukan dan menjawab pertanyaan lebih didominasi oleh siswa yang melakukan presentasi dan siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi. Setelah dilaksanakan tes hasil belajar masih ada siswa yang memperoleh nilai di bawah kriteria kekuntasan minimal yang telah ditetapkan yakni 65.
Refleksi di atas menjelaskan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa belum menpacai hasil yang optimal. Untuk itu peneliti  bersama kolaborator mengambil kesimpulan bahwa penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan perbaikan atau tambahan tindakan yang dilakukan antara lain: Setiap kelompok yang melakukan aktivitas terbaik, maka akan diberikan koin yang dibuat dari karton. Koin warna biru akan diberikan pada kelompok yang terbaik di dalam memperhatikan penjelasan yang diberikan guru, koin warna kuning untuk kerjasama di dalam kelompok, koin warna putih untuk melakukan presentasi, koin warna ungu untuk mengajukan pertanyaan, koin warna pink untuk menjawab pertanyaan.
Di akhir pembelajaran siklus II koin yang diperoleh tiap-tiap kelompok dijumlahkan, kelompok terbanyak mendapatkan koin diberikan hadiah berupa buku tulis. Siswa yang belum aktif di dalam diskusi dan siswa yang ketuntasannya di bawah KKM, diminta untuk duduk diantara siswa yang sudah tuntas dan siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi
Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2011 dengan jumlah siswa 28 orang, tidak hadir 1 orang. Pada pertemuan ini, semua siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan guru, Presentasi berjalan dengan baik, hal ini terlihat semua kelompok telah dapat menjelaskan hasil diskusi kelompoknya dengan baik, Kualitas pertanyaanpun meningkat. Dari hasil observasi pada pertemuan ini, siswa yang aktif memperhatikan penjelasan yang diberikan guru 27 orang, siswa yang aktif bekerjasama di dalam kelompok 27 orang, siswa yang aktif melakukan presentasi 27 orang, siswa yang aktif mengajukan pertanyaan 14 orang, dan siswa yang aktif menjawab pertanyaan 12 orang.
Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan tangggal 27 Oktober 2011 dengan jumlah siswa 28 orang, tidak hadir 2 orang. Pada pertemuan ini, saat guru menjelaskan materi pelajaran siswa terlihat antusias memperhatikan penjelaskan guru, siswa sudah dapat memberikan tanggapan dari penjelasan yang diberikan guru, saat diskusi kelompok saling bantu memberi penjelasan pada anggota kelompok yang kesulitan memahami materi pelajaran. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dengan baik, Tiap- tiap kelompok juga telah dapat bertanya dengan baik, siswa saling berdiskusi dengan anggota kelompok di dalam menjawab pertanyaan sehingga setiap pertanyaan dapat dijawab dengan baik. Dari hasil boservasi pada pertemuan ini, siswa yang aktif memperhatikan penjelasan yang diberikan guru 26 orang, siswa yang aktif bekerjasama di dalam kelompok 26 orang, Siswa yang aktif melakukan presentasi 26 orang, siswa yang aktif mengajukan pertanyaan 17 orang, dan siswa yang aktif menjawab pertanyan 10 orang.
Pertemuan ketiga siklus II dilaksanakan tanggal 01 November 2011 dengan jumlah siswa 28 orang tidak hadir 2 orang karena sakit. Aktivitas siswa sudah terlaksana dengan baik, setiap kelompok sudah mampu untuk bekerjasama dengan baik, presentasi, mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan baik. Dari hasil observasi pada pertemuan ini, siswa yang aktif memperhatikan penjelasan yang diberikan guru 26 orang, siswa yang aktif bekerjasama di dalam kelompok 26 orang, siswa yang aktif melakukan presentasi 26 orang, siswa yang aktif mengajukan pertanyaan 15 orang, dan siswa yang aktif menjawab pertanyaan 11 orang.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar materi sistem peredaran darah melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD tiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Data aktivitas belajar siswa materi sistem peredaran darah melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD siklus I dan siklus II

No
Aktivitas Siswa
Hasil Pengamatan Tiap Pertemuan Siklus I
Rata-rata kategori
Hasil Pengamatan Tiap Pertemuan Siklus II
Rata-rata kategori
1
2
3
1
2
3
N (%)
N (%)
N (%)
N (%)
N (%)
N (%)
1.
Memperhatikan penjelasan materi dari guru
22 (100)
27 (100)
27 (100)
100 (Baik sekali)
27 (100)
26 (100)
26 (100)
100 (Baik sekali)
2.
Kerjasama di dalam kelompok
10 (45,45)
19 (70,73)
23 (85,18)
67,12 (cukup)
27 (100)
26 (100)
26 (100)
100 (Baik sekali)
3.
Melakukan presentasi
22 (100)
27 (100)
27 (100)
100 (Baik sekali)
27 (100)
26 (100)
26 (100)
100 (Baik sekali)
4.
Mengajukan pertanyaan
5 (22,72)
6 (22,22)
13 (48,15)
31,02 (Kurang sekali)
14 (51,85)
17 (65,38)
15 (57,69)
58,31 (Kurang)
5.
Menjawab pertanyaan
5 (22,72)
6 (22,22)
8 (29,63)
24,86 (Kurang sekali)
11 (40,74)
10 (38,48)
11 (42,30)
40,51 (Kurang sekali)

Ket: N adalah jumlah siswa

Tabel 1 di atas menjelaskan bahwa pada siklus I dan siklus II telah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa. Indikator memperhatikan penjelasan yang diberikan guru persentasenya tetap, yakni 100%, pada indikator kerjasama dalam kelompok mengalami peningkatan dari 67,12% menjadi 100%. Indikator melakukan presentasi persentasenya tetap, yakni 100%. Indakator mengajukan pertanyaan mengalami peningkatan persentase, yakni 31,02% menjadi 58,31%, sedangkan pada indikator mnjawab pertanyaan persentasenya dari 23,86% menjadi 40,51%
Peningkatan aktivitas siswa disebabkan pembelajaran model kooperatif tipe STAD yang digunakan guru dapat memotivasi dan menarik perhatian siswa, karena di dalam pembelajaran ini siswa diberikan tugas dan tanggungjawab yang sama untuk memahami materi yang dipelajari. Dengan pemberian tugas dan tanggungjawab yang sama di dalam kelompok, maka setiap anggota kelompok akan saling membantu memahami materi yang sulit dan dapat menumbuhkan berkerjasama antar siswa di dalam kelompok sehingga suasana pembelajaran menyenangkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa selain unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, model ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kerjasama, berfikir kritis, dan kemampuan membantu teman.

Aktivitas Guru
Aktivitas guru selama proses model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan siswa di dalam belajar. Siklus I Pertemuan pertama guru sudah menjelaskan pelaksanaan pembelajaran model koopertif tipe STAD, tetapi guru

belum dapat memberikan penjelasan secara terperinci tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, karena keterbatasan waktu dan kurang pemahaman di dalam memberikan penjelasan kepada siswa sehinggga sebagian siswa tidak mengerti dengan pembelajaran yang diterapkan.
Pertemuan kedua, guru telah dapat menjelaskan pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD secara rinci pada siswa dan membimbing siswa belajar. Pertemuan ketiga aktivitas guru di dalam pembelajaran sesuai dengan langkah-langh STAD, Guru juga memberikan bimbingan pada siswa yang mengalami kesulitan di dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2010), mengatakan bahwa guru bertugas memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Aktivitas guru siklus II pertemuan pertama berjalan dengan baik, Saat proses pembelajaran berlangsung guru selalu memberikan motivasi dan membimbing siswa belajar. Siswa yang masih kurang aktif dan siswa yang belum tuntas pada pertemuan I diminta untuk duduk diantara  teman yang mempunyai kemampuan akdemik yang tinggi, supaya siswa lebih terlibat lagi di dalam pembelajaran. Aktivitas guru pada pertemuan kedua berjalan dengan  baik sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe STAD, Guru juga memotivasi dan membimbing kelompok yang mendapat kesulitan di dalam belajar. Aktivitas guru pada pertemuan ketiga berjalan dengan  baik sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe STAD, Guru juga memotivasi dan membimbing siswa di setiap langkah-langkah kegiatan proses pembelajaran. Data aktivitas guru dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Data Aktivitas guru di dalam proses pembelajaran dengan kooperatif tipe STAD siklus I dan siklus II

Siklus
Persentase aktivitas guru
Kategori

Siklus I
Siklus II

Pertemuan 1
100
100
Baik sekali
Pertemuan 2
90,91
100
Baik sekali
Pertemuan 3
100
100
Baik sekali
Rata-Rata Persentase aktivitas guru
96,79
100
Baik Sekali

Tabel  di atas dapat dilihat bahwa aktivitas guru siklus I pertemuan pertama aktivitas guru 100% dengan kategori baik sekali, pertemuan kedua 90,01% dengan kategoribaik sekali dan perteuan ketiga 100% dengan kategori baik sekali dan aktivitas guru siklus II pertemuan pertama, kedua dan ketiga presentase aktivitas guru adalah 100% dengan kategori baik sekali. Pada pertemuan ini guru sudah melaksanakan langkah-langkah STAD. Rata-rata persentasenya adalah 100%
Aktivitas guru selama proses model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan siswa di dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2009: 52), mengatakan bahwa keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Sagala (2010), mengatakan bahwa guru terlibat dalam setiap proses belajar, dari perencanaan, penentuan dan mengumpulkan sumber-sumber informasi, memberi motivasi, memberi bantuan dan memperbaiki kesalahan.
Hasil belajar
Daya serap siswa siklus I dan II
Daya Serap siswa selama menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 3. Daya serap siswa pada pembelajaran model kooperatif tipe STAD pada materi sistem peredaran darah  siklus I dan II
Interval
(%)
Kategori
Daya serap Siklus I
Daya serap Siklus I
Pos tes 1
N (%)
Pos test 2
N (%)
Pos test 3
N (%)
UH I
N (%)
Pos tes 1
N (%)
Pos test 2
N (%)
Pos test 3
N (%)
UH II
N (%)
85 -100
Baik sekali
-
2 (7,41)
4 (14,81)
5 (18,52)
9 (33,33)
11 (42,31)
8 (30,77)
11 (40,74)
71 - 84
Baik
4 (18,18)
6 (22,22)
9 (33,33)
10 (37,04)
8 (29,63)
7 (26,92)
12 (46,15)
8 (29,63)
65 - 70
Cukup
2 (9,09)
4 (14,81)
4 (14,81)
3 (29,63)
4 (14,81)
6 (23,10)
4 (15,38)
7 (25,92)
< 65
Kurang
16 (72,73)
15 (55,56)
10 (37,04)
9 (33,33)
6 (22,22)
2 (7,70)
2 (7,70)
1 (3,70)
Jumlah
22 (100)
27 (100)
27 (100)
27 (100)
27 (100)
26 (100)
26 (100)
27 (100)
Rata-rata
43,18
58,26
63,18
65,18
71
80,15
80,38
77,59
1
Kurang
Kurang
Kurang
Cukup
Baik
Baik
Baik
Baik


Tabel 3 di atas menjelaskan bahwa, daya serap siswa pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Siklus I daya serap siswa rata-ratanya 65,18%, pada siklus II rata-ratanya meningkat menjadi 77,59%. Peningkatan daya serap ini terjadi karena siswa sudah memahami betapa pentingnya untuk bekerjasama dalam mengisi LKS demi meraih penguasaan materi yang dipelajari, kemudian siswa mulai berani mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain dengan tujuan untuk lebih memperdalam penguasaan materi yang dipelajarinya.
Peningkatan hasil belajar dalam penelitian ini, sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), menyatakan teknik pembelajaran model kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan pengalaman belajar individual, karena siswa memiliki tingkat berpikir yang lebih tingggi selama dan setelah berdiskusi di dalam kelompok dari pada bekerja secara individual sehingga materi yang dipelajari siswa akan lebih bermakna dan melekat untuk waktu yang labih lama.
Ketuntasan belajar siklus I dan Siklus II
Ketuntasan belajar siswa selama pembelajaran model kooperatif tipe STAD siklus I dan siklus II dapat dilihat dari tes hasil belajar. Tes hasil belajar dilaksanakan dengan memberikan 20 butir soal berbentuk objektif. Analisa data secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Perbandingan kentuntasan belajar siswa siklus I dan siklus II
Jumlah siswa
Kategori
Siklus I N (%)
Siklus II N (%)
Ket
27
Tuntas
18 (66,67)
26 (96,67)
Naik 30%
27
Belum tuntas
9 (33,33)
1 (1,70)
Berkurang 31,63%
N(%) = Jumlah siswa

Tabel 3 di atas menjelaskan bahwa ketuntasan siswa siklus I adalah 18  orang (66,67%), pada siklus II meningkat menjadi 26 orang (97,67%) siswa yang tuntas. Peningkatan ketuntasan belajar berhubungan erat dengan kerjasama yang baik antar siswa di dalam pembelajaran model kooperatif tipe STAD ini. Juga dapat meningkatkan ketuntasan belajar. Hasil penelitan ini sesuai dengan penpadat Trianto (2010), mengatakan bahwa selama bekerjasama dalam kelompok tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Nilai perkembangan dan penghargaan kelompok siklus I dan siklus II
Tabel 5. Perbandingan nilai perkembangan dan penghargaan kelompok siklus I dan siklus II



Kelompok
Siklus I
Siklus II
Nilai perkembangan kelompok
Penghargaan kelompok
Nilai perkembangan kelompok
Penghargaan kelompok
I
25
Super
22
Hebat
II
13,75
Baik
20
Hebat
III
20
Hebat
26
Super
IV
9
Baik
26
Super
V
21
Hebat
22
Hebat
VI
18,75
Hebat
27,5
Super


Tabel di atas menjelaskan bahwa nilai perkembangan dan penghargaan kelompok siklus I dan siklus II terjadi peningkatan. Pada siklus I terdapat 2 kelompok yang mendapat kategori baik, 3 kelompok mendapat kategori hebat dan 1 kelompok mendapat kategori super, sedangkan siklus II tidak terdapat kelompok dengan kategori baik, 3 kelompok dengan kategori hebat dan 3 kelompok dengan kategori super.
Peningkatan nilai perkembangan dan penghargaan kelompok siswa di dalam penelitian ini disebabkan siswa sudah termotivasi untuk bekerja dan belajar serta terciptanya saling ketergantungan antar siswa di dalam kelompok dalam meningkatkan hasil belajar baik untuk dirinya maupun untuk kelompok, dan didukung dengan penghargaan kelompok yang diberikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000) dalam pembelajaran model kooperatif, keberhasilan kelompok tergantung pada semua individu yang ada di dalam kelompok karena di dalam pembelajaran model kooperatif, dua atau lebih dindividu saling tergantung satu sama lain dalam mencapai hasil belajar dan suatu penghargaan bersama.

KESIMPULAN
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi sistem peredaran darah kelas XI IPA SMA Negeri 2 Rangsang Barat sehingga diharapkan dapat menjadi suatu alternatif penggunaan model pembelajaran bagi guru agar dapat menciptakan pembelajaran yang lebih kreatif. Di dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, hendaknya guru memperhatikan pembagian waktu dalam kerja kelompok dan presentase, sehingga setiap kelompok mempunyai kesempatan yang cukup untuk menunjukkan penguasaan konsep yang dimilikinya di depan kelas.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Asma, Nur. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang: UNP Press

Hamalik, Oemar. 2010b. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara

Hudoyo. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara

Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Ismono. 2000. Pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar. Surabaya: Unesa Prenada Press.
Iskandar.  2009.  Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press

Kunandar. 2010. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta. Rajawali Press.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makana Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sanjaya, Wina. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada.

Slavin, E, Robet. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan. 2010. Bandung: Nusa Media.

 Subandi, Aan. 2007. KTSP-Biologi SMA/MA. (online) (http://aansma11.blogspot.com/2007/06/biologi-sma.html, diakses 15 September 2011).

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfa Beta

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada media Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar