MENINGKATKAN KREATIFITAS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW III
DI SMP NEGERI 1 SUNGAI LALA
ABSTRAK
This research is a class act that performed in three cycles. This study is based on the phenomenon of low motivation and creativity of student learning in social studies subjects. To address the phenomenon of learning carried Cooperative Learning Strategy Jigsaw model III. Research results show: First Jigsaw cooperative learning model III can enhance student creativity in teaching social studies at 16.42% in cycle 1, to 22.21% in cycle 2 and a 42.88% in the third cycle. Second, the Jigsaw cooperative learning model III is able to increase the average value of student learning outcomes that is equal to 48.43 in cycle 1 to cycle 2 and at 53.48 for 69.57 at cycle 3. Third, the Jigsaw cooperative learning model to improve student learning outcomes mode value that is equal to 51- 60 in cycle 1 to cycle 2 and 61 - 70 on a 71- 80 in the third cycle.
The results of this research can provide solutions in anticipation of low motivation and creativity of
Students in learning.
Kata kunci : Kreatifitas siswa, Cooperative learning, Jigsaw
PENDAHULUAN
Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai dengan beberapa cara , antara lain dengan meningkatkan kualitas tenaga kependidikan atau dengan memberi kesempatan kepada tenaga kependidikan mengikuti berbagai pelatihan profesi. Upaya meningkatkan tenaga kependidikan akan memberikan dampak positif dalam kemampuan menyelesaikan masalah, terutama kemampuan menyelesaikan masalah pembelajaran melalui investigasi terkendali sehingga dapat meningkatkan proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil pembelajaran.
Diantara cara meningkatkan proses pembelajaranadalah dengan menerapkan berbagai model dan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran merupakan salah satu unsur yang ikut membangun iklim kelas, termasuk kreatifitas siswa dalam rangka pencapaian hasil belajar. Oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi dan pemahaman tentang berbagai model pembelajaran serta hubungannya dengan belajar, di samping kemampuan professional lainnya yang menunjang. Meskipun disadari bahwa dalam menentukan model pembelajaran yang dianggap paling tepat adalah sesuatu yang sulit. Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan, masing-masing punya keunggulan dan kelemahan, tergantung pada tujuan pembelajaran itu sendiri.
Interaksi di kelas tergantung pada faktor-faktor professional, yang harus diakui sampai detik ini tidak cukup dipahami oleh sebagian besar guru. Pendekatan yang digunakan dalam pendidikan kita lazimnya adalah pedagogis yang mengutamakan bagaimana cara mengisi pikiran murid ( content of mind ) bukan penataan cara berfikir (how to think). Fakih (2000) menjelaskan, pembelajaran seperti ini kemudian melahirkan model pembelajaran fasif dan tidak demokratis, karena peran inti berada di tangan guru dan sering kali guru berlaku otoriter. Peserta didik selamanya dianggap anak-anak yang hanya dapat dikembangkan secara mekanik
Dalam setiap kali pertemuan di kelas guru lebih suka berceramah dengan alasan yang ‘klise’ materi padat dan waktu terbatas, sehingga misalnya materi yang seharusnya diberikan dalam bentuk pratikum dan kerja kelompok tetap diberikan dengan ceramah. Akibatnya tentu siswa menjadi kerdil dan tidak dapat mengembangkan kreatifitas belajar mereka secara optimal dan bertanggung jawab. Secara kasat mata kita mengatakan bahwa rendahnya motivasi dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran dapat diindikasikan karena model pembelajaran yang membosankan dan mematikan daya imajinasi siswa dalam mengemukakan ide dan pendapatnya tentang materi pelajaran.
Kebanyakan guru-guru ilmu sosial, khususnya guru mata pelajaran geografi, mengeluhkan tentang rendahnya motivasi dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran di kelas. Setiap kali diadakan proses belajar mengajar, jarang sekali siswa yang mau bertanya, mengeluarkan pendapat megembangkan ide-idenya dan pengalamannya. Mereka lebih senang menjadi pendengar yang baik, mencatat keterangan yang diberikan guru. Bahkan lebih jauh ketidak-berminatan siswa terhadap strategi pembelajaran yang dilaksanakan guru, dengan menunjukan tingkah laku yang negatif, seperti tidur, mengganggu teman, lempar-lemparan kertas sehingga suasana kelas jadi ribut.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan deskripsi di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) Jigsaw III dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran IPS ?”
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk :
- Membuktikan / mengetahui sejauh mana peningkatan kreatifitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw III.
- Memberi masukan bagi guru-guru IPS tentang model pembelajaran kooperatif Jigsaw III
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Siswa :
a. Meningkatkan motivasi belajar, sehingga suasana pembelajaran lebih menyenangkan, aktif dan lebih kreatif.
b. Dapat meningkatkan aktifitas kerja kelompok siswa yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
c. Untuk membiasakan siswa belajar secara kelompok sehingga diharapkan lebih peka terhadap berbagai perbedaan pendapat yang terdapat dalam kelompok dan masyarakat
2. Guru
a. Meningkatkan motivasi guru dalam proses pembelajaran
b. Meningkatkan kemampuan guru untuk menciptakan proses pembelajaran yang menarik
c. Memberikan alternatif lain kepada guru sehingga memperkaya khasanah pengetahuan guru dalam bidang strategi pembelajaran
3. Sekolah
a. Meningkatkan prestasi sekolah yang dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa
b. Meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan profesionalisme guru
HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Penggunaan model pembelajaran kooperatif jigsaw III dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran IPS “
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning )
Secara umum pembelajaran kooperatif merupakan teknik instruksional dan filosofi pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil, empat sampai lima orang guna memaksimalkan kemampuan belajarnya dan belajar dari temannya (Killen,1998).Artinya, siswa melalui pembelajaran kooperatif diberi kesempatan untuk menegembangkan potensi yang ada pada dirinya, membangun kerjasama, memimpim dirinya maupun teman sebaya. Dalam strategi ini diharapkan siswa berperan secara aktif, reflektif dan saling menghormati dalam setiap proses untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.
Menurut Slavin (1995), dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama terhadap keberhasilan kelompoknya. Adapun tujuan pembelajaran kooperatif menurut Johnson & Johnson (1994) adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam kelompok maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan mengembangkan keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.
Selanjutnya Ibrahim dkk (2000) menyatakan, pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dari pada dengan belajar kompetitif dan individualistik. Lebih lanjut Ratumanan menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Bennet dalam Kiswoyo (1994/1995) menunjukan ada lima unsur dasar yang terdapat dalam cooperative learning: (1) ketergantungan yang positif , (2) akuntabilitas individual, (3) interaksi tatap muka/berhadap-hadapan, (4) menggunakan ketampilan sosial, (5) prosessing.
Dari berbagai analisis ternyata bahwa pembelajaran kooperatif dapat digunakan di setiap jenjang pendidikan dan dalam berbagai mata pelajaran dan materi pelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat slavin (1995) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif telah digunakan secara intensif pada setiap subjek pendidikan dalam semua jenjang pendidikan dan pada semua jenis persekolahan di berbagai belahan dunia.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Anita Lie (2000) sebagai berikut : (1) Siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dengan siswa lain. (2) Siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaaan . (3) Partisipasi siswa dalam proses belajar dapat meningkat. (4) Mengurangi kecemasan siswa yang kurang percaya diri. (5) Meningkatkan motivasi, harga diri dan sikap positif. (6) Meningkatkan prestasi belajar siswa.
Menurut Dikdasmen (2002) beberapa model dalam pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan diantaranya yaitu : (1) Student Team Achievement Division (STAD) (2) Jigsaw I, II dan III. (3) Investigasi kelompok (Team Investgation ) (4) Pendekatan sturktural.
B. Model Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning ) Jigsaw III
Model pembelajaran Jigsaw pertama kali diperkenalkan oleh Aronson (1978), yang lebih dikenal dengan Jigsaw I. Dan kemudian dikembangkan menjadi Jigsaw II dan Jigsaw III. Jigsaw adalah strategi pembelajaran kooperatif yang melibatkan sekelompok siswa yang saling memberikan informasi seperti dikemukakan oleh Melvin (1996)
“Jigsaw learning is a widely practiced technique that is similar to group to group exchange with one important difference. Every single student teaches something. It is an exibiliting alternative whenever there is material to be learned that can be segmented or chunked and when no one segment must be tought before the others. Each students learns something much, when combined with the material learned by other, forms a coherent body of knowledge or skill “
Dari kutipan di atas terlihat bahwa dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw, siswa masuk ke dalam kelompok-kelompok heterogen, setiap siswa mempelajari sesuatu kemudian membagi informasi yang didapatkan dari kelompok ahli ke kelompok asalnya.
Model pembelajaran kooperatif Jigsaw III merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang di dalamnya dibentuk kelompok-kelompok belajar heterogen yang beranggota 4 sampai 6 orang siswa, masing-masing siswa diberi tanggung jawab mengajarkan sub topik yang dipelajarinya kepada teman dalam kelompoknya. Tidak setiap materi yang dipelajari oleh siswa secara mandiri sesuai dengan tanggung jawabnya, tatapi ada materi-materi yang harus diajarkan guru secara langsung.
Dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw III, pertimbangan pembentukan kelompok tidak hanya pada heterogenitas, tetapi juga berdasarkan pada pemerataan siswa berkemampuan belajar tinggi pada tiap-tiap kelompok, terbentunya forum ahli yang beranggotakan siswa berkemampuan rendah sampai kepada siswa berkemampuan tinggi, dan juga berdasarkan kedekatan tempat tinggal untuk mengantisipasi penyelesaian pekerjaan rumah (PR) yang menjadi tanggung jawab kelompok. Dan juga harus diperhatikan dalam pengaturan anggota forum ahli adalah banyaknya sub topik seharusnya kurang dari banyaknya kelompok asal. Dengan demikian ada kemungkinan dalam satu kelompok asal yang mendapat tanggung jawab materi yang sama. Sehingga apabila salah satu dari kedua siswa tersebut tidak hadir, masih ada siswa yang memiliki kelompok asal tersebut dalam forum ahli. Sehingga semua materi yang ada terbahas dalam forum ahli dan dapat disampaikan kepada semua temannya.
A. Ilustrasi Pembelajaran Kooperatif Jigsaw III
1. Tahap Awal
Siswa dibagi atas delapan kelompok, masing-masing beranggotakan sebanyak lima orang dan tiap-tiap siswa diberi kode nomor urut. Pada tahap awal ini guru menyajikan materi tentang pengetahuan dasar dan konsep-konsep sulit.
Pembagian kelompok dan PR dapat dilakukan seminggu sebelum melaksanakan pembelajaran agar tidak menyita waktu kegiatan proses.
2. Tahap Ahli
Pada tahap ini siswa diroling untuk membentuk kelompok baru menjadi lima kelompok yang beranggotakan lima orang. Misalnya nomor urut 1, 6, 11, 16, 21, 26, 31, 36 berkumpul membentu kelompok baru untuk membahas topik A, begitu seterusnya. Mereka berdiskusi membahas satu topik, sehingga mereka menjadi ahli dengan topik tersebut.
3. Tahap Akhir
Pada tahap ini peserta kelompok yang telah memiliki keahlian sesuai dengan topik yang mereka bahas pada tahap ahli, kembali ke kelompok semula (kelompok awal). Mereka bertanggung jawab untuk menyampaikan keahlian yang telah mereka dapatkan kepada anggota kelompoknya.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kelas VIII semester 1 TahunPelajaran 2008/2009 di SMP Negeri 1 Sungai Lala Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Kelas VIII A dipilih karena kreatifitas belajar siswa sangat rendah dalam pembelajaran geografi. Pada kelas VIII Apeserta didik berjumlah 38 siswa.
B. Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu kreatifitas siswa dalam pembelajaran kooperatif. Menurut Lukman Ali (1995) kreatifitas berarti kemampuan untuk mencipta / merespon. Kreatifitas yang diamati meliputi : (1) keterampilan bertanya (2) mengunakan ide/pendapat, (3) Kerjasama dalam kelompok, (4) aktifitas belajar dalam kelompok, (5) cara penyampaian materi kepada teman, (6) etika dan disiplin kelompok.
Pengumpulan data dilakukan yang berpedoman pada siklus pengamatan yang direncanakan menjadi 3 (tiga) siklus yang terdiri dari : siklus pertama selama 2 kali pertemuan, siklus kedua selama 2 kali pertemuan, dan siklus ketiga selama 2 kali pertemuan. Pengamatan yang dilakukan selama 3 siklus terdiri dari 3 fase pengamatan kelas yaitu : (1) perencanaan pertemuan, (2) pelaksanaan pengamatan, (3) diskusi feedback.
C. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah model spiral ( siklus ), seperti yang dijelaskan oleh Lewis. Satu siklus terdiri atas langkah-langkah perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observasi dan evaluasi hasil pantauan), dan refleksi.
Penilaian dilakukan dengan mengadopsi dan mengelaborasi kriteria yang digunakan Suciadi (2000) dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan teknik Group Cloze, seperti berikut : (1) Siswa berada pada tingkat independen, jika jumlah siswa yang memeiliki kreatifitas di atas 60 % selanjutnya diberi kode BS. (2) Siswa berada pada tingkat instruksional, jika jumlah siswa yang memiliki kreatifitas berada pada rentangan 41 % - 60 %, selanjutnya diberi kode S. (3) Siswa berada pada tingkat frustasi, jika jumlah siswa yang memiliki kreatifitas kurang dari 40 %, selanjutnya diberi kode J.
Berdasarkan kriteria tersebut, untuk dapat melakukan refleksi perlu diturunkan hipotesis tindakan baru sebagai berikut :
1.Pada siklus pertama kereatifitas siswa termasuk kategori J.
2. Pada siklus kedua kreatifitas siswa termasuk kategori S
3. Pada siklus ketiga kreatifitas siswa termasuk kategori BS
D. Analisis Data
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai secara umum adalah aplikasi penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw III maka data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif dari hasil observasi peneliti, guru yang melakukan tindakan maupun secara kolaborasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Temuan kondisi awal pembelajaran geografi di SMP Negeri 1 Sungai Lala menunjukan : (1) Jam pelajaran Geografi dilaksanakan pada jam terakhir. (2) Pelajaran geografi langsung diberikan oleh guru mata pelajaran. (3) Penelitian tindakan dilaksanakan pada kelas VIII yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) . (4) Faktor penghambat pembelajaran geografi adalah buku sumber yang belum lengkap, media dan alat peraga yang kurang, keterampilan dan kreatifitas guru maupun siswa yang masih kurang dalam proses belajar mengajar.
Siklus 1
Penelitian tindakan siklus 1 dilaksanakan dari tanggal 13 s.d 26 Oktober 2008. Bahan kajian siklus 1 adalah Pranatab dan Penyimpangan Sosial. Kegiatan penelitian siklus 1 adalah :
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan guru dalam tahap ini adalah :Pertama, Merancang skenario pembelajaran (lesson plan) kooperatif Jigsaw III, berupa perencanaan pembagian waktu dan bentuk-bentuk aktifitas pada setiap tahap. Kedua, merencanakan dan menyiapkan konsep materi dan pertanyaan ( paket informasi ), Ketiga, menyiapkan media dan alat bantu untuk dibagikan kepada kelompok-kelompok kecil berupa kertas HVS, penggaris, benang dan peta. Keempat, membagi siswa atas kelompok kecil berdasarkan hasil kemampuan belajar, jenis kelamin dan sub topik materi ajar. Kelima, membuat lembaran observasi untuk mengamati kreatifitas siswa untuk memetakan bentuk dan frekwensi keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Keenam, mendesain alat evaluasi, guna menginterpretasikan peningkatan kreatifitas siswa dan menghubungkannya dengan hasil belajar.
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini terdiri dari 3 bagian yaitu :
Kegiatan Pendahuluan (10 menit), yang berisikan :
Pertama,guru mempersiapkan kelas. Kedua, presntasi hasil PR ( untuk pertemuan ke-2, dan seterusnya ) dilakukan oleh salah seorang siswa yang mendapatkan undian sebagai utusan dari kelompok. Ketiga, pemberian motivasi
Kegiatan inti, berisikan :
Pertama, penyajian materi oleh guru tentang pengetahuan dasar dan konsep- konsep sulit mengenai grafik dan peta tematik (15 menit). Kedua, guru menyampaikan topik-topik diskusi. Ketiga, siswa melakukan diskusi (selama 20 menit) dalam kelompok ahli, dimana masing-masing siswa dalam kelompok asal bergabung menuju kelompok ahli untuk mendiskusikan topik yang sama pada tahap ahli. Keempat, siswa kembali ke kelompok asal masing-masing dan meyampaikan topik diskusi dalam kelompok ahli yang menjadi tanggung jawabnya secara bergantian kepada anggota kelompoknya ( selama 30 menit). Kelima, guru melakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa baik individu maupun kelompok.Keenam, guru emberikan hadiah kepada kelompok yang kreatif guna merangsang kompetisi antar kelompok di masa yang akan datang .
Kegiatan Penutup (15 menit)
Pertama, siswa dibimbing membuat kesimpulan mengenai materi yang dipelajari. Kedua, guru melakukan postes pada akhir pertemuan. Ketiga, guru memberikan PR untuk pertemuan berikutnya.
3. Observasi dan evaluasi hasi pantauan
Tahap observasi kreatifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan mengamati aktifitas dan perilaku siswa. Dan penilaian terhadap proses dan hasil belajar dilakukan setelah siklus pertama selesai atau setelah akhir pertemuan kedua. Dalam tahap ini juga diamati kendala penerapan model pembelajaran pada waktu melakukan tindakan.
Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa pada siklus 1 siswa berketerampilan bertanya sebesar 10,71 %, mengunakan ide/pendapat sebesar 7,14 %, Kerjasama dalam kelompok sebesar 32,14 % , memiliki aktifitas belajar tinggi dalam kelompok sebesar 12,14 %, cara penyampaian materi kepada teman dengan bagus sebesar 17,86 %, (6) beretika dan disiplin dalam kelompok sebesar 18,57 %.
4. Refleksi
Refleksi awal dilakukan pada studi pendahuluan atau masa pratindak, untuk menemukan, mengkaji dan merenungkan kembali imformasi awal berkenaan dengan adanya loose of set activities dari pembelajaran geografi. Tujuannya untuk merumuskan proposisi – proposisi awal yang kemudian dituangkan kedalam suatu rencana awal tindakan , dan revisi proposisi awal yang telah dituangkan. Refleksi kedua dilakukan pada setiap akhir pelaksanaan suatu tindakan ( proses , masalah) seperti yang telah dicatat selama observasi. Refleksi ini dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peneliti, guna menemukan dan mengkonstruksi kreatifitas siswa dalam kelompok untuk mendapatkan dasar bagi perbaikan rencana tindakan berikutnya.
Berdasarkan analisis data pada siklus 1 terdapat beberapa kendala yang berasal dari siswa maupun dari guru. Untuk itu diperlukan tindakan siklus 2 dengan cara memperbaiki kelemahan-kelemahan pada siklus sebelumnya.
Beberapa kendala tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, informasi awal guru tentang beberapa konsep materi sulit kurang sehingga persepsi siswa terhadap bahan pembelajaran masih mengambang. Kedua, model pembelajaran Jigsaw yang dipakai guru kurang dipahami siswa, karena belum ada sosialisasi sebelumnya. Ketiga, pada saat siswa melakukan diskusi pada kelompok ahli maupun kelompok akhir, sedikit siswa yang kreatif. Keempat, waktu untuk berdiskusi membahas topik pada kelompok ahli maupun kelompok awal belum termanfaatkan secara optimal sehingga kelebihan waktu karena rendahnya kreatifitas siswa dalam berdiskusi. Kelima, siswa banyak yang canggung dalam kegiatan diskusi ( bertanya, menjawab, memberikan tanggapan dan sebagainya) hal ini tercermin dari hasil pengamatan selama tindakan berlangsung kreatifitas siswa baru mencapai 16,42%.Keenam, hasil belajar siswa memiliki rata-rata baru mencapai 48,43 dengan modus (nilai 50– 60).
Siklus 2
Penelitian tindakan siklus 2 dilaksanakan dari tanggal 3 s.d 16 Nopember 2008. Bahan kajian siklus 2 adalah Kegiatan Perekonomian Indonesia. Kegiatan penelitian siklus 2 adalah :
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan guru dalam tahap ini adalah :Pertama, Merancang skenario pembelajaran (lesson plan) kooperatif Jigsaw III, berupa perencanaan pembagian waktu dan bentuk bentuk aktifitas pada setiap tahap. Kedua, merencanakan dan menyiapkan konsep materi dan pertanyaan ( paket informasi ), Ketiga, menyiapkan media dan alat bantu untuk dibagikan kepada kelompok-kelompok kecil berupa kertas HVS, papan tulis mini, spidol, buku paket dan peta Indonesia. Keempat, membagi siswa atas kelompok kecil berdasarkan hasil kemampuan belajar, jenis kelamin dan sub topik materi ajar. Kelima, membuat lembaran observasi untuk mengamati kreatifitas siswa untuk memetakan bentuk dan frekwensi keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Keenam, mendesain alat evaluasi, guna menginterpretasikan peningkatan kreatifitas siswa dan menghubungkannya dengan hasil belajar.
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini terdiri dari 3 bagian yaitu :
Kegiatan Pendahuluan (10 menit), yang berisikan :
Pertama,guru mempersiapkan kelas. Kedua, presntasi hasil PR ( untuk pertemuan ke-2, dan seterusnya ) dilakukan oleh salah seorang siswa yang mendapatkan undian sebagai utusan dari kelompok. Ketiga, pemberian motivasi
Kegiatan inti, berisikan :
Pertama, penyajian materi oleh guru tentang pengetahuan dasar dan konsep-konsep sulit mengenai grafik dan peta tematik (15 menit). Kedua, guru menyampaikan topik-topik diskusi. Ketiga, siswa melakukan diskusi (selama 20 menit) dalam kelompok ahli, dimana masing-masing siswa dalam kelompok asal bergabung menuju kelompok ahli untuk mendiskusikan topik yang sama pada tahap ahli. Keempat, siswa kembali ke kelompok asal masing-masing dan meyampaikan topik diskusi dalam kelompok ahli yang menjadi tanggung jawabnya secara bergantian kepada anggota kelompoknya dengan menggunakan papan tulis mini (selama 30 menit). Kelima, guru melakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa baik individu maupun kelompok.Keenam, guru emberikan hadiah kepada kelompok yang kreatif guna merangsang kompetisi antar kelompok di masa yang akan datang .
Kegiatan Penutup (15 menit)
Pertama, siswa dibimbing membuat kesimpulan mengenai materi yang dipelajari. Kedua, guru melakukan postes pada akhir pertemuan. Ketiga, guru memberikan PR untuk pertemuan berikutnya.
3. Observasi dan evaluasi hasi pantauan
Tahap observasi kreatifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan mengamati aktifitas dan perilaku siswa. Dan penilaian terhadap proses dan hasil belajar dilakukan setelah siklus pertama selesai atau setelah akhir pertemuan kedua. Dalam tahap ini juga diamati kendala penerapan model pembelajaran pada waktu melakukan tindakan.
Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa pada siklus 2 siswa berketerampilan bertanya sebesar 14,29 %, mengunakan ide/pendapat sebesar 7,14 %, Kerjasama dalam kelompok sebesar 39,28 % , memiliki aktifitas belajar tinggi dalam kelompok sebesar 32,14 %, cara penyampaian materi kepada teman dengan bagus sebesar 17,86 %, (6) beretika dan disiplin dalam kelompok sebesar 28,57 %.
4. Refleksi
Berdasarkan analisis data pada siklus 2 terdapat beberapa kendala yang berasal dari siswa maupun dari guru. Untuk itu diperlukan tindakan siklus 3 dengan cara memperbaiki kelemahan-kelemahan pada siklus sebelumnya.
Beberapa kendala tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, pada saat siswa melakukan diskusi pada kelompok ahli maupun kelompok akhir, masih belum banyak siswa yang kreatif. Kedua, waktu untuk berdiskusi membahas topik pada kelompok ahli maupun kelompok awal bagi sebagian kelompok belum termanfaatkan secara optimal sehingga terjadi kelebihan waktu karena rendahnya kreatifitas siswa dan ada juga waktu sudah habis kelompok masih aktif dalam berdiskusi. Ketiga, siswa masih banyak yang canggung dalam kegiatan diskusi (bertanya, menjawab, memberikan tanggapan dan sebagainya),hal ini tercermin dari hasil pengamatan selama tindakan berlangsung kreatifitas siswa baru mencapai 23,21%.Keenam, hasil belajar siswa memiliki rata-rata mencapai 53,48 dengan modus (nilai 61– 70).
Siklus 3
Penelitian tindakan siklus 3 dilaksanakan dari tanggal 24November sampai 7 Desember 2005. Bahan kajian siklus 3 adalah Pajak Sebagai Smber Perekonomian Indonesia . Kegiatan penelitian siklus 3 adalah :
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan guru dalam tahap ini adalah :Pertama, Merancang skenario pembelajaran (lesson plan) kooperatif Jigsaw III, berupa perencanaan pembagian waktu dan bentuk bentuk aktifitas pada setiap tahap. Kedua, merencanakan dan menyiapkan konsep materi dan pertanyaan (paket informasi), Ketiga, menyiapkan media dan alat bantu untuk dibagikan kepada kelompok-kelompok kecil berupa kertas HVS, apan tulis mini, buku paket dan peta Indonesia dan peta iklim. Keempat, membagi siswa atas kelompok kecil berdasarkan hasil kemampuan belajar, jenis kelamin dan sub topik materi ajar. Kelima, membuat lembaran observasi untuk mengamati kreatifitas siswa untuk memetakan bentuk dan frekwensi keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Keenam, mendesain alat evaluasi, guna menginterpretasikan peningkatan kreatifitas siswa dan menghubungkannya dengan hasil belajar.
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini terdiri dari 3 bagian yaitu :
Kegiatan Pendahuluan (10 menit), yang berisikan :
Pertama,guru mempersiapkan kelas. Kedua, presentasi hasil PR ( untuk pertemuan ke-2, dan seterusnya ) dilakukan oleh salah seorang siswa yang mendapatkan undian sebagai utusan dari kelompok. Ketiga, pemberian motivasi
Kegiatan inti, berisikan :
Pertama, penyajian materi oleh guru tentang pengetahuan dasar dan konsep- konsep sulit mengenai grafik dan peta tematik (15 menit). Kedua, guru menyampaikan topik-topik diskusi. Ketiga, siswa melakukan diskusi (selama 20 menit) dalam kelompok ahli, dimana masing-masing siswa dalam kelompok asal bergabung menuju kelompok ahli untuk mendiskusikan topik yang sama pada tahap ahli. Keempat, siswa kembali ke kelompok asal masing-masing dan meyampaikan topik diskusi dalam kelompok ahli yang menjadi tanggung jawabnya secara bergantian kepada anggota kelompoknya (selama 30 menit). Kelima, guru melakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa baik individu maupun kelompok.Keenam, guru memberikan hadiah kepada kelompok yang kreatif guna merangsang kompetisi antar kelompok di masa yang akan datang .
Kegiatan Penutup (15 menit)
Pertama, siswa dibimbing membuat kesimpulan mengenai materi yang dipelajari. Kedua, guru melakukan postes pada akhir pertemuan. Ketiga, guru memberikan PR untuk pertemuan berikutnya.
3. Observasi dan evaluasi hasi pantauan
Tahap observasi kreatifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan mengamati aktifitas dan perilaku siswa. Dan penilaian terhadap proses dan hasil belajar dilakukan setelah siklus pertama selesai atau setelah akhir pertemuan kedua. Dalam tahap ini juga diamati kendala penerapan model pembelajaran pada waktu melakukan tindakan.
Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa pada siklus 3 siswa berketerampilan bertanya sebesar 32,14 %, mengunakan ide/pendapat sebesar 21,42 %, Kerjasama dalam kelompok sebesar 64,28 % , memiliki aktifitas belajar tinggi dalam kelompok sebesar 50,00 %, cara penyampaian materi kepada teman dengan bagus sebesar 28,57 %, (6) beretika dan disiplin dalam kelompok sebesar 60,71 %.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil analisis data pada siklus 2 terdapat peningkatan yang baik dari siklus 1 dan 2. Beberap kelemahan yang masih dijumpai pada siklus ini anatara lain: Pertama, waktu yang disediakan untuk berdiskusi pada kelompok akhir masih kurang, masih ada materi yang belum tersampaikan kepada teman pada tahap ini. Kedua, banyak siswa yang kurang menghargai teman, sehingga informasi yang disampaikan oleh teman tersebut kurang terserap dengan baik. Ketiga, buku paket yang seragam kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan ide untuk menanggapi pendapat teman lainnya.Keempat, hasil pengamatan selama tindakan berlangsung kreatifitas siswa baru mencapai 42,88%.Kelima, hasil belajar siswa memiliki rata-rata mencapai 69,57 dengan modus (nilai 71-80)
C. Uji Hipotesis
Hipotesis yang diturunkan pada penelitian ini adalah “ “Penggunaan model pembelajaran kooperatif jigsaw III dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran IPS “
Untuk mendukung uji hipotesis diatas diturunkan indikator hipotesis tindakan sebagai berikut : (1) Siswa berada pada tingkat independen, jika jumlah siswa yang memeiliki kreatifitas di atas 60 % selanjutnya diberi kode BS. (2) Siswa berada pada tingkat instruksional, jika jumlah siswa yang memiliki kreatifitas berada pada rentangan 41 % - 60 %, selanjutnya diberi kode S. (3) Siswa berada pada tingkat frustasi, jika jumlah siswa yang memiliki kreatifitas kurang dari 40 %, selanjutnya diberi kode J.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka uji hipotesis sebagai berikut :
1. Pada siklus pertama kereatifitas siswa sebesar 16,42 % berarti kreatifitas siswa
berada tingkat frustasi , termasuk kategori J.
2. Pada siklus kedua kreatifitas siswa sebesar 22,21 %, berarti kreatifitas siswa berada pada tingkat frustasi, termasuk kategori J.
3. Pada siklus ketiga kreatifitas siswa sebesar 42,88 %, berarti keratifitas siswa berada pada tingkat instruksional, termasuk kategori S.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan di muka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : Pertama, model pembelajaran kooperatif Jigsaw III dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran geografi terutama dalam meningkatkan keterampilan bertanya, menggunakan pendapat, kerjasama dalam kelompok, aktifitas belajar dalam kelompok, cara menyampaikan meteri kepada teman, dan etika/disiplin kelompok. Kedua, model pembelajaran kooperatif Jigsaw III mampu meningkatkan rata-rata nilai hasil belajar siswa yaitu sebesar 48,43 pada siklus 1 menjadi 53,48 pada siklus 2 dan sebesar 69,57 pada siklus 3. Ketiga, model pembelajaran kooperatif Jigsaw mampu meningkatkan modus nilai hasil belajar siswa yaitu sebesar 51-60 pada siklus 1 menjadi 61-70 pada siklus 2 dan menjadi 71-80 pada siklus 3.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia ; edisi kedua. Depdikbud : Balai Pustaka
Aninim. 2000. Buletin Pelangi pendidikan
Anonim. 2002. Pembelajaran Kooperatif. Mater Dalam Pelaksanaan ToT Pembelajaran
Kontekstual (CTL, tanggal 25 Oktober s.d 3 Nopember 2002. Medan. Proyek Peningkatan Mutu SLTP. Jakarta.
Fakih, Mansour. 2000. Idiologi Pendidikan. Yokyakarta : Pustaka Pelajar
Ibrahim. M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UnesaUniversity Pres
Johnson, D.W & Johnson, R.T. 1994. Learning Together and Alone : Cooperative, Competition and Induvidualistic Learning, 4 th Edition. Maasachusets : Allyn & Bacon.
Killen, Roy. 1998. Effective Teaching Strategies Lessons From Research and Practice. Second Edition. Ausralia : Ligare Pty Ltd.
Kiswoyo, Sumidjo Broto. 1994/1995. Model Pembelajaran IPS. Jakarta. Depdikbud
Dirjen Pendidikan Tinggi: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning, Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang- Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo
Muslimin, Ibrahim; Rachmadiarti, F; Nur Muhammad, dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Pres.
Melvin, L.S. 1996. Active Learning. Maassachusetts. A. Simon & Schuster Company.
Ratumanan, T.G. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya : University Pres
Slavin, Robert E. 1983. Cooperative Learning. New York : Longman Inc.
Suciadi, Flora. 2000. Pengalaman Melaksanakan Membaca Pemahaman dengan Teknik Group Cloze Siswa Kelas III SLTP Negeri 3 Kupang “ Majalah Pelangi Pendidikan”. Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP Jakarta No.2 Volume 3.hal.32-37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar