UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII.10 SMP NEGERI 8 PEKANBARU DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Biologi dengan menerapkan metode pembelajaran Cooperatif Tipe Numbered Head Together. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di SMP Negri 8 Pekanbaru pada tahun ajaran 200/2010 dengan sampel siswa kelas VIII.10 dengan jumlah suara 36 orang melalui tingkat kemampuan yang heterogrn. Kajian ini dititik beratkan pada aktivitas dan hasil belajar siswa. Data aktivitas belajar dan hasil belajar diambil pada saatpembelajaran berlansung melalui lembar observasi dan tes hasil belajar yang terdiri dari dua siklus.
Hasil observasi dan tes hasil belajar dijadikan sebagai bahan kajian untuk reflesi yang bertujuan untuk melihat dan mengupayakan perbaikan pembelajaran. Dari data pengamatan dan tes hasil pembelajaran pada siklus I & II dapat dilihat adanay peningkatan keaktivitasan dan hasil belajar siswa dengan model kooperatif Learning Tipe NHT tersebut. Berdasarkan data observasi diketahui presentasi aktivitas belajar siswa adalah 59,75% apad siklus I menjadi 81,13% pada siklus ke II, sedangkan hasil belajar pada siklus I dan II ketentuan siswa di atas 85% (85% siswa mendapat nilai di atas KKM) meningkat dari skor dasar yang hanya 62%.
Kata Kunci: NHT,Hasil Belajar, Upaya meningkatkan
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran IPA marupakan salah satu disiplin ilmu yang penting peranannya dalam memacu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini dan mata pelajaran IPA juga merupakan mata pelajaran pokok pada SMP yang diajarkan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Sebagai seorang guru berupaya untuk meningkatkan kualitas pengetahuan siswa sehingga dapat menguasai dan memahami suatu pembelajaran menjadi lebih bermakna yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa agar menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh kurikulum tingkat satuan pendidikan. Tujuan utama seorang guru adalah berupaya untuk meningkatkan kualitas pengetahuan siswa sehingga dapat menguasai dan memahami suatu pembelajaran menjadi lebih bermakna yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa agar menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan inovasi akan menimbulkan kebosanan pada diri siswa, siswa kurang berminat, vakum dan siswa menjadi lebih pasif. Jika hal ini terus berlanjut dapat mengakibatkan rendahnya prestasi belajar. Rendahnya hasil belajar siswa ditandai dengan rendahnya nilai rata-rata siswa terutama siswa kelas VII.10 SMPN 8 Pekanbaru tahun ajaran 2009/2010.
Rendahnya hasil belajar biologi ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain yaitu ; kurangnya antusias siswa untuk belajar biologi, siswa enggan untuk mengemukakan pertanyaan maupun pendapat, selain itu didalam kelompok siswa kurang bekerja sama dan kurang menghargai pendapat orang lain.
Untuk mengatasi masalah ini, peneliti perlu mengadakan tindakan perbaikan, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) yang dikembangkan oleh Kagan 1993 (dalam Ibrahim 2000). Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini memberikan penekanan pada struktur tertentu yang dirancang sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Struktur yang dikembangkan oleh Kagan ini menghendaki siswa belajar saling membantu dalam kelompok kecil yang heterogen dan lebih melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Dengan demikian pendekatan Numbered Head Together (NHT) ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa di Kelas VII.10 SMPN 8 Pekanbaru Semester Genap Tahun Ajaran 2009/2010 pada materi ekosistem.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VII.10 SMPN 8 Pekanbaru, melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan aktivitas siswa, hasil belajar siswa dan pemehan siswa dalam proses belajar mengajar khususnya pelajaran Biologi.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang akan menghambat dalam peningkatan hasil belajar siswa.
3. Sebagai bahan untuk dapat meningkatkan mutu pengajaran di sekolah.
II. LANDASAN TEORITIS
A. Hasil Belajar Biologi
Belajar adalah suatu proses yang berpengaruh pada perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman-pengalaman sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan (Slameto, 2001). Dengan demikian belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tingkah laku yang terjadi harus disertai dengan usaha supaya belajar dapat menjadikan siswa tersebut dari tidak tahu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Adapun makna belajar lebih luasnya mengatakan bahwa suatu kegiatan yang merupakan sebagai usaha kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya, dalam arti dengan belajar akan menambah pengetahuan terhadap belajarnya (Slameto, 2001). Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) mengatakan bahwa belajar artinya apabila hasil yang didapat siswa memenuhi Indikator dan Tujuan Pembelajaran dari bahan yang diajarkan guru. Hasil belajar juga merupakan hasil usaha secara bersama antara guru dan murid. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kesulitan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok Kegiatan pembelajaran di sekolah biasanya hanya menekankan pada transformasi faktual dan pengembangan penalaran yaitu pemikiran logis menuju pencapaian satu jawaban benar atau salah. Menurut Gagne dalam Slameto (2001) belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Dengan demikian dalam kegiatan pembelajaran memerlukan banyak pengetahuan dalam mengarahkan dan menyampaikan informasi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Berdasarkan dari uraian di atas yang dimaksud dengan belajar biologi dalam penelitian ini adalah belajar merupakan suatu proses yang berpengaruh pada perubahan tingkah laku yang disertai dengan usaha supaya belajar dapat menjadikan siswa tersebut dari tidak tahu menjadi tahu dalam proses belajar mengajar.
Dimyati dan mudjiono (2006) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar adalah output yang dicapai karena adanya proses pembelajaran. Dimana proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan kompleks yang melibatkan beberapa komponen, dimana proses ini akan berpengaruh pada hasil belajar. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal siswa adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yaitu aspek fisiologis dan psikologis. Aspek fisiologis adalah aspek yang menyangkut kondisi fisik siswa, sedangkan aspek psikologi meliputi intelegensi, minat, bakat, sikap dan motivasi dari siswa. Faktor eksternal siswa adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang terdiri dari faktor sosial dan faktor non sosial. Dimana faktor sosial meliputi lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat. Sedangkan faktor non sosial meliputi gedung sekolah, tempat tinggal siswa, alat-alat praktikum, perpustakaan dan lain-lain (Syaiful, 2010). Dengan demikian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya dalam bentuk angka-angka atau skor dari hasil tes setelah pembelajaran.
B. Model Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan bersama jika siswa lain bekerja sama untuk mencapai tujuan. Ibrahim, dkk (2000) mengemukakan tiap-tiap individu ikut andil menyumbangkan pencapaian tujuan tersebut, sehingga yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lain juga mencapai tujuan tersebut. Tujuan kelompok akan tercapai apabila semua anggota kelompok mencapai tujuan bersama-sama. Menurut Ibrahim (2000) unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah :
1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.
2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu yang didalam kelompoknya seperti menganggap milik mereka sendiri.
3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya
memiliki tujuan yang sama.
4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberi hadiah dan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar.
7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individu materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Ibrahim (2000) juga mengatakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif
adalah :
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi pembelajaran.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3. Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda (Heterogen).
4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok ketimbang individu.
Menurut Ibrahim (2000) ada tiga tujuan pembelajaran kooperatif yaitu prestasi akademik, penerimaan pendapat yang beragam dari siswa dan pengembangan keterampilan sosial siswa. Adapun tiga tujuan pembelajaran kooperatif dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Hasil Belajar Akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja belajar siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik siswa di sekolah. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam memahami konsep yang sulit dalam materi pembelajaran. Pembelajaran kooperatif juga bermanfaat bagi siswa yang berprestasi rendah, sedang dan tinggi dimana mereka dalam proses belajar mengajar dapat memecahkan masalah dengan cara tutor sebaya.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Penerimaan terhadap perbedaan individu yaitu penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, dan kemampuan. Kontak fisik yang terjadi diantara orang-orang yang berbeda ras, kelompok etnis tidak cukup untuk mengurangi kecurigaan dan perbedaan ide. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bekerja sama, saling ketergantungan atas tugas bersama dan belajar untuk menghargai satu sama lainnya.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Pengembangan keterampilan sosial yaitu mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan berkolaborasi, dimana keterampilan ini sangat penting untuk dikembangkan dimasyarakat di mana banyak kerja orang dewasa dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain, sehingga siswa dituntut untuk saling bekerja sama dan mempunyai tanggungjawab terhadap beban pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Menurut Ibrahim (2000) terdapat enam tahap pembelajaran kooperatif memiliki langkah-langkah yang dituangkan dalam Tabel 1 yaitu :
Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase Tingkah laku guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase 3
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan dalam Ibrahim (2000) adalah pembelajaran kooperatif tipe NHT. Struktur yang dikembangkan oleh Kagan ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, dimana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru. Struktur yang dikembangkan oleh Kagan ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kelompok, dari pada penghargaan individual.
Numbered Heads Together adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) dalam Ibrahim (2000) yang melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran. Untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut, guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, dengan menggunakan struktur empat langkah seperti berikut ini :
Langkah 1 : Penomoran. Guru membagi siswa kedalam kelompok beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5
Langkah 2 : Mengajukan pertanyaan. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya misalnya " sebutkan pengertian dari ekosistem ? sebutkan apa saja yang termasuk kedalam kelompok abiotik dan biotik ?
Langkah 3 : Berpikir bersama. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya mengetahui jawaban itu.
Langkah 4 : Menjawab. Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam proses pembelajaran dilaksanakan melalui tahap persiapan, penyajian kelas, kegiatan kelompok, melaksanakan evaluasi, penghargaan kelompok dan menghitung ulang skor dasar setiap kelompok.
1. Tahap persiapan
a. Memilih suatu materi pokok
b. Membuat RPP, Lembar Pengamatan dan LKS
c. Menentukan skor dasar individu
d. Membentuk kelompok-kelompok kooperatif
Pembentukan kelompok kooperatif didasarkan dari Anita Lie (2007) yang mengatakan bahwa pembentukan kelompok belajar harus berdasarkan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran cooperative learning. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran cooperative learning, biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademik kurang
2. Tahap penyajian kelas
a. Kegiatan awal
Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT dimulai dengan pendahuluan dan penjelasan tentang garis besar materi. Pada kegiatan awal guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa apa yang akan dipelajari dan kenapa hal itu sangat penting dipelajari. Hal ini bertujuan untuk merangsang rasa ingin tahu siswa terhadap konsep yang akan dipelajari. Selanjutnya guru meninjau ulang informasi atau pengetahuan prasyarat. Kemudian guru menginformasikan materi pembelajaran dengan memberikan penekanan pada materi yang akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok.
b. Kegiatan inti
Pada kegiatan inti siswa di bimbing dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Guru memberikan penomoran pada setiap siswa selanjutnya siswa duduk dalam kelompok membahas dan mendiskusikan materi pembelajaran.
2) Kegiatan selanjutnya siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS) dibawah bimbingan guru.
3) Masing-masing kelompok menyatukan pendapat terhadap jawaban yang ada pada lembar kerja siswa, sehingga masing-masing siswa mengetahui kesimpulan jawaban yang benar berdasarkan hasil diskusi kelompok.
4) Guru mengecek pemahaman siswa dengan cara mengajukan pertanyaan kepada salah satu nomor dan nomor yang dipanggillah yang berhak menjawab pertanyaan tersebut.
c. Kegiatan akhir
Pada kegiatan ini setelah siswa mempertanggung jawabkan hasil kerja kelompoknya, maka guru bersama dengan siswa melakukan serangkaian kegiatan yaitu menarik kesimpulan yang di dapatkan dari hasil kegiatan pada hari itu. Kemudian guru memberikan PR dalam bentuk tugas di rumah.
3. Evaluasi
Evaluasi dikerjakan secara individu dalam waktu yang telah ditentukan guru, pada saat evaluasi siswa harus bisa menunjukkan penguasaan tentang materi yang telah dibahas dalam kelompok. Skor yang diperoleh siswa dalam evaluasi selanjutnya diproses untuk menentukan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok.
4. Penghargaan Kelompok
Untuk menentukan bentuk penghargaan kelompok langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Menghitung skor Individu dan skor kelompok
Perhitungan skor individu ditunjukkan untuk menentukan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok. Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan perolehan selisih skor dasar dengan tes hasil belajar biologi (setelah dilakukan tindakan). Menurut Slavin (1995) siswa memperoleh point untuk kelompoknya berdasarkan tingkatan dimana skor kuisnya melampaui skor dasar mereka. Kriteria sumbangan individu terhadap kelompok dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Nilai Perkembangan
Skor Kuis Nilai Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 5
10 poin sampai 1 poin dibawah skor dasar 10
Skor dasar sampai 10 point di atas skor dasar 20
Lebih dari 10 poin diatas skor dasar 30
Hasil sempurna 30
b. Memberikan penghargaan kelompok
Skor kelompok dihitung berdasarkan nilai perkembangan yang disumbangkan anggota kelompok. Skor kelompok adalah nilai perkembangan individu yang disumbangkan kepada kelompok dan dihitung nilai rata-rata dari nilai perkembangan setiap anggota kelompok. Menurut Slavin (2009) penghargaan kelompok diberikan berdasarkan skor kelompok yang disesuaikan dengan kriteria penghargaan kelompok yaitu :
1) Kelompok dengan rata-rata skor 15, kelompok baik.
2) Kelompok dengan rata-rata skor 20, kelompok hebat.
3) Kelompok dengan rata-rata skor 25, kelompok super.
Slavin (2009) mengemukakan bahwa guru dapat mengubah kriteria penghargaan kelompok dengan cara pemberian nilai yang didapatkan dari nilai perkembangan (Tabel 2), jika X menyatakan skor rata-rata kelompok dengan cara sebagai berikut :
1) Kelompok yang mempunyai interval 5 ≤ X ≤10 sebagai kelompok baik.
2) Kelompok yang mempunyai interval 10 < X ≤ 20 sebagai kelompok hebat.
3) Kelompok yang mempunyai interval 20 < X ≤ 30 sebagai kelompok super.
Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) memberikan penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran tersebut. Pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan kinerja siswa sehingga siswa lebih aktif dalam belajar sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan hasil belajar siswa, pada pembelajaran kooperatif menghendaki siswa bekerja sama dalam kelompoknya sehingga penghargaan kooperatif lebih diutamakan dari pada penghargaan secara individu.
Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dilaksanakan guna untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berfikir siswa, membantu siswa menjadi lebih aktif dalam proses belajar mengajar.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan maka hipotesis tindakan penelitian adalah jika diterapkan model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) maka dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VII.10 SMPN 8 Pekanbaru Tahun ajaran 2009/2010 pada materi ekosistem.
III. PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan dan memperbaiki kualitas pembelajaran pembelajaran dengan melakukan perubahan-perubahan secara terencana dengan berkolaborasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian partisipan dimana peneliti terlibat langsunng secara penuh dalam proses penelitian dari awal sampai akhir.
B. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII.10 SMP Negeri 8 Pekanbaru pada semester genap tahun Ajaran 2009/2010 dari bulan Februari sampai Maret 2010.
C. Subjek Penelitian
Sebagai subjek penelitian ini adalah siswa dikelas VII SMP Negeri 8 Pekanbaru Kota Tahun Ajaran 2009/2010. Adapun subjek penelitian ini berjumlah 36 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 21 orang siswa perempuan dengan kemampuan akademik heterogen.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini tediri dari :
1. Perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kerja siswa.
a. Silabus
Tujuan dari pembuatan silabus adalah agar peneliti mempunyai acuan yang jelas dalam melakukan tindakan selama jangka waktu tertentu.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Tujuan dari pembuatan RPP adalah sebagai acuan dalam proses pembelajaran agar berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan silabus yang telah disusun.
c. Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS disusun secara sistematis yang berguna sebagai perangkat dalam kerja kelompok pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Lembar kerja siswa memuat kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, tugas dan prosedur yang harus dikerjakan siswa dalam kegiatan kelompok.
2. Instrumen pengumpul data
Data tentang aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dikumpulkan menggunakan lembaran pengamatan. Data tentang hasil belajar biologi siswa setelah proses pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan ulangan harian. Ulangan harian dilaksanakan setelah dua kali pertemuan tatap muka (siklus 1) dan ulangan harian ke dua dilaksanakan setelah satu kali kali pertemuan tatap muka (siklus 2).
E. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi dan tes hasil belajar Biologi. Pengamatan dilakukan dengan menandai aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran untuk setiap pertemuan tatap muka di depan kelas yang dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar pengamatan yang telah disediakan. Data tentang hasil belajar biologi siswa di kumpulkan dengan ulangan harian. Ulangan harian dilaksanakan setelah dua kali pertemuan tatap muka (siklus 1) dan ulangan harian ke dua dilaksanakan setelah dua kali pertemuan tatap muka (siklus 2). Tes hasil belajar biologi dilakukan pada siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT).
F. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara analisis deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan data tentang aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dan data tentang ketuntasan belajar biologi siswa pada materi ekosistem .
1. Analisis Data Aktivitas Guru dan Siswa
Analisis tentang aktivitas guru dan siswa dilakukan berdasarkan hasil lembar pengamatan yang telah dilakukan oleh observer selama pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2. Analisis Ketercapaian KKM
Data tentang hasil belajar biologi siswa pada materi ekosistem dianalisis untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individual setelah mengikuti penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pada penelitian ini siswa dikatakan telah mencapai ketuntasan belajar apabila mencapai hasil belajar 70.
3. Analisis Keberhasilan Tindakan
Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dengan membandingkan hasil belajar siswa yang diperoleh dari skor dasar dengan ulangan harian 1 dan ulangan harian 2. Skor dasar diperoleh dari nilai ulangan harian pada materi sebelumnya. Nilai ulangan harian 1 diperoleh dari ulangan harian yang dilaksanakan pada akhir siklus I setelah dua kali pertemuan. Sedangkan nilai ulangan harian 2 diperoleh pada akhir siklus II setelah dua kali pertemuan. Nilai ulangan harian 1 dan ulangan harian 2 dianalisis untuk mengetahui ketercapaian KKM yang telah ditetapkan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada hasil penelitian dan pembahasan diuraikan tentang; (A) Hasil Penelitian Siklus Pertama, (B) Hasil Penelitian siklus kedua, dan (C) Pembahasan.
A. Hasil Penelitian Siklus I
1. Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa dalam pembelajaran tipe NHT diperoleh melalui observasi yang dilakukan oleh observer. Data dari hasil pengamatan dianalisis dengan mencari nilai persentasi aktivitas belajar siswa. Hasil dari analisis disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3 : Persentase observasi aktivitas siswa pada siklus I
No Aktivitas Siswa Aktivitas Siswa Rata-rata keseluruhan %
PI PII
1 Siswa berada dalam kelompok 74 88 81
2 Siswa mengajukan pertanyaan 100 100 100
3 Siswa menjawab pertanyaan 76 82 79
4 Siswa mengerjakan LKS 47 53 50
5 Siswa berdiskusi dalam kelompok 29 35 32
6 Siswa mempersentasikan hasil kerja kelompok 32 38 35
7 Menulis hal-hal yang relevan dengan Pembelajaran 66 80 73
8 Prilaku yang tidak relevan dengan pembalajaran 5,55 2,78 28
RATA-RATA SIKLUS I 59,75
Berdasarkan dari tabel 3 di atas, rata-rata aktivitas siswa yang paling dominan adalah berada dalam tugas, mempresentasikan hasil kerja kelompok, menulis hal-hal yang relevan dengan pembelajaran, diikuti dengan mengerjakan LKS, berdiskusi, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan prilaku yang tidak relevan dengan pembelajaran.
Dari tabel 3 memperlihatkan adanya peningkatan pada setiap pertemuan, hampir semua aktivitas siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat adanya peningkatan yang terjadi pada pertemuan II dan pertemuan III. Siswa melangami peningkatan pada beberapa indikator seperti pada menulis hal-hal yang relevan dengan pembelajaran (mencatat, menarik kesimpulan dari diskusi kelas, mencari kata-kata yang penting), terjadi juga peningkatan pada siswa mengerjakan LKS dan siswa berdiskusi dalam kelompok, serta siswa mengajukan pertanyaan. Terjadinya peningkatan pada siklus I dalam setiap pertemuan merupakan hal yang baik dan membuktikan bahwa siswa sudah bisa melakukan interaktif dalam suatu diskusi dalam kelas. Peningkatan aktivitas siswa pada siklus ini ditandai dengan terjadiya penurunan pada indikator ke delapan yaitu melakukan prilaku yang tidak relevan dengan pembelajaran seperti bermain dengan teman sebangku, tidak mengerjakan LKS, dan masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan siswa sehingga menggangu aktivitas dalam proses belajar mengajar.
2. Hasil Belajar
Berdasarkan dari hasil ulangan pada siklus I siswa masih menunjukkan banyak yang belum tuntas.
Hasil belajar siswa pada siklus I seperti terlihat pada Tabel 4 terlihat adanya peningkatan dari nilai skor dasar. Ini membuktikan bahwa siswa merasa senang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini. Peningkatan yang terjadi dapat dilihat 5 orang siswa yang belum tuntas. Nilai rata-rata dari ulangah harian I sudah mencapai klasikal yaitu 85,44 Dari siklus I siswa sudah tuntas secara klasikal dan perlu dilakukan lagi pemantapan pada siklus II.
3. Refleksi Siklus I
Dari data yang diperoleh selama pelaksanaan siklus I, dapat diketahui bahwa aktivitas siswa dan hasil belajar siswa belum mencapai optimal. Untuk itu peneliti bersama dengan observer mengambil kesimpulan bahwa penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan perbaikan atau tambahan yang dilakukan antara lain :
1. Untuk meningkatkan aktvitas siswa, siswa harus berani mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan. Tindakan perbaikan oleh guru adalah menyampaikan informasi atau materi kepada siswa dilakukan dengan metode tanya jawab, siswa diajak menghayalkan tentang ekosistem .
2. Siswa diberi tugas dirumah agar lebih paham lagi tentang materi biologi. Selain itu juga siswa ditugaskan untuk membaca materi yang akan dibahas pada minggu depan dengan memberikan materi yang akan diajarkan pada minggu depan.
3. Agar aktivitas siswa lebih semangat lagi sebaiknya siswa diberi penghargaan berupa benda yang bermanfaat bagi siswa seperti pena.
B. Hasil Pengamatan Siklus II
Hasil pengamatan tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT selama siklus II dapat dilihat dari Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Persentase hasil observasi aktivitas siswa pada siklus ke II
No Aktivitas Siswa Aktivitas Siswa Rata-rata keseluruhan %
PIII PIV
1 Siswa berada dalam kelompok 100 100 100
2 Siswa mengajukan pertanyaan 100 100 100
3 Siswa menjawab pertanyaan 94 94 94
4 Siswa mengerjakan LKS 85 94 90
5 Siswa berdiskusi dalam kelompok 76 88 82
6 Siswa mempersentasikan hasil kerja kelompok 79 94 87
7 Menulis hal-hal yang relevan dengan Pembelajaran 91 100 96
8 Prilaku yang tidak relevan dengan pembalajaran 00,00 00,00 00
RATA-RATA SIKLUS II 81,13
Tabel diatas memperlihatkan pada siklus II rata-rata aktivitas siswa yang paling dominan adalah berada dalam kelompok, mengerjakan LKS, siswa berdiskusi dalam kelompok, siswa mempersentasikan hasil kerja kelompok, menulis hal-hal yang relevan (menulis, menarik kesimpulan), menjawab pertanyaan dan mengajukan pertanyaan. Sedangkan pada indikator prilaku yang tidak relevan dengan pembelajaran tidak terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah serius dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Peningkatan persentase aktivitas siswa pada siklus II, di duga karena dalam proses belajar mengajar siswa mampu melakukan perubahan-perubahan yang baik pada dirinya sehingga menimbulkan motivasi yang baik pula pada dirinya. Hal ini menunjukkan hasil yang positif dari penggunaan model pembelajaran tipe NHT.
Meningkatnya hasil pelajaran disebabkan siswa sudah mulai mengerti dengan pelajaran seni musik dan di dalam diri siswa sudah timbul motivasi baik sehingga siswa semakin tertarik pada pelajaran biologi. Kondisi ini menunjukkan bahwa siswa sudah mengerti tentang ekosistem tersebut sehingga sewaktu diberikan ulangan harian, siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
2. Hasil Belajar
Tes hasil belajar siswa yang dilakukan diakhir siklus II, diperoleh data jumlah siswa yang tuntas 34 orang sedang yang tidak tuntas sebanyak 2 orang .
3. Refleksi Siklus II.
Dari data yang diperoleh selama pelaksanaan siklus II, dapat diketahui bahwa aktivitas siswa dan hasil belajar siswa sudah mencapai optimal. Selain itu juga dari Tabel 10 dapat dilihat terjadi penurunan untuk indikator 2 yaitu siswa mengajukan pertanyaan dan terjadi peningkatan pada indikator 3 yaitu siswa menjawab pertanyaan dibandingkan dari siklus I, hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mengerti tentang pembelajaran tipe NHT, sehingga pada siklus II ini peran guru hanya sebagai fasilitator. Untuk itu peneliti bersama dengan observer mengambil kesimpulan bahwa penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya karena siswa telah mengalami peningkatan pada belajar hal ini ditandai dengan terjadi peningkatan pada kuis siklus II dan ulangan harian pada siklus II.
C. Pembahasan
Pada pertemuan pertama dan kedua di siklus I aktifitas siswa kurang berjalan lancar. Hal ini berdasarkan dari hasil pengamatan bahwa masih banyaknya siswa yang belum mengerjakan LKS secara berkelompok.Menurut Trianto (2007) mengatakan bahwa belajar kelompok menyediakan kesempatan kepada anggota kelompok untuk mempelajari dengan cara berpartisipasi secara efektif, belajar menjadi anggota yang baik, belajar dengan cara berdiskusi, menghimpun pemikiran, menerima pemikiran dan bekerja sama. Sedangkan menurut Suarna, dkk dalam Hasbulah 2005, mengatakan seseorang akan memiliki kecakapan akademik, apabila melakukan sesuatu proses mengkontruksikan konsep-konsep keilmuan dalam kerangka konsep yang ada di dalam otaknya. Proses penemuan dilakukan secara berkelompok, bekerja secara aktif dan sharing dengan masing-masing anggota dalam kelompok dengan bantuan guru.
Pembelajaran dengan menggunakan kooperatif tipe NHT dapat menggunakan penemuan kelompok sehingga siswa bekerja terlebih dahulu untuk menemukan informasi dengan usaha sendiri dan siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan dari temannya secara berkelompok ataupun secara individual. Setelah pembelajaran berhasil dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT maka berilah siswa pujian dan penghargaan dalam kelompok tersebut. Pujian dan penghargaan merupakan salah satu bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik bagi siswa. Dengan adanya motivasi kepada siswa maka siswa akan menjadi semangat dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat menambahkan gairah belajar sekaligus membangkitkan harga diri siswa.
Siswa yang mempunyai motivasi tinggi akan memperoleh hasil belajar dengan yang lebih baik. Menurut Sardiman (2004), beberapa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi belajar di sekolah, diantaranya dorongan untuk bersaing dan hasrat belajar, persaingan dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong kegiatan belajar siswa, persaingan baik individu maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan dapat digunakan untuk memotivasi kegiatan belajar siswa. Selain itu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga dapat meningkatkan minat belajar siswa, hal ini di sebabkan siswa memperoleh kesempatan dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sebab dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa yang memiliki minat belajar tinggi merasa di hargai dan diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dalam membantu teman yang mendapat kesulitan dalam menyelesaikan LKS yang ditugaskan oleh guru. Sebagaimana dinyatakan oleh anita lie (2007), mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan kepada interaksi yang sinergi, saling ketergantungan yang positif, tanggung jawab individual dan kerja sama secara aktif antara siswa dengan teman dalam kelompoknya untuk mempelajari suatu materi pelajaran. Jika siswa mempunyai minat rendah, maka dalam penerapan model pembelajaran kooperatif siswa akan mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep seni musik, dimana siswa dalam mempelajari dapat mengerjakan tugas secara berdiskusi dengan teman sekolompoknya yang dibantu oleh guru.
Berdasarkan dari pengamatan pertama dari siklus ke I dan siklus ke II dapat dilihat terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Berikut ini akan dijelaskan pembahasan dari masing-masing variabel yang akan diteliti yaitu :
1. Aktivitas belajar
Berdasarkan dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada siklus pertama dan siklus ke dua, semua kelompok sudah aktif dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini disebabkan oleh adanya pemberian kesempatan belajar yang seluas-luasnya kepada siswa untuk menyelesaikan materi yang terdapat pada setiap pertemuan, baik itu pada siklus I dan siklus II. Menurut Hamalik (2003), bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar seluas-luasnya kepada siswa, sehingga dapat menimbulkan motivasi dan rasa ingin tahu mereka menjadi lebih tinggi, serta membuat siswa lebih efektif dan kreatif. Aktivitas siswa memahami konsep melalui percobaan, diskusi dengan siswa lain dalam kelompok dan bertanya kepada guru. Pertanyaan siswa menjadi lebih kreatif dan berani, karena tumbuh rasa ingin tahu akibat tidak paham terhadap konsepsi yang mereka miliki.
Dari hasil pengamatan di dapatkan bahwa peranan dari guru mulai berkurang dalam pembelajaran. Dimana guru dalam proses pembelajaran hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memberikan motivasi kepada siswa untuk menyelesaikan tugas dalam setiap pertemuan. Untuk menumbuhkan motivasi dan minat belajar pada diri siswa, maka seorang guru harus menggali pemahaman siswa terhadap pelajaran sehingga menimbulkan rasa ingin tahu siswa dalam mempelajari pelajaran baik dari siklus I sampai kepada siklus ke II. Dalam arti kata siswa sudah mempunyai motivasi dan minat dalam mengikuti pelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pelajaran biologi.
Berdasarkan dari pengamatan yang ditemukan di lapangan dapat disimpulkan bahwa pembalajaran kooperatif yang menuntut siswa bekerjasama dalam menemukan konsep sangat bermanfaat bagi mereka, karena memberikan kesempatan bagi siswa dalam mengungkapkan ide-ide dan konsepsi, lebih mudah memahami pelajaran, terjadi interaksi dan pertukaran informasi dengan teman sekelompok, dan muncul rasa berani untuk berbicara.
Terjadinya peningkatan aktivitas pada siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat memberikan dampak positif terhadap aktivitas siswa dalam mata pelajaran biologi di kelas VII.10 pada SMPN 8 Pekanbaru. Jadi secara umum aktivitas kelas yang dicapai sesuai dengan apa yang diinginkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2. Hasil Belajar
Dari hasil pengamatan di dapatkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hal ini disebabkan siswa sudah menguasai konsep. Peningkatan penguasaan mata pelajaran biologi yang ditunjukkan oleh siswa dapat meningkatnya hasil belajar dan pemahaman siswa yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Menurut Slameto (2003), mengatakan bahwa yang termasuk kedalam faktor internal meliputi 3 faktor yaitu jasmani yang berhubungan dengan aspek yaitu kesehatan dan kondisi tubuh dalam diri kita maka akan mempengaruhi dari hasil belajar, faktor psikologis berupa kecerdasan (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan) dan faktor kelelahan yang dipengaruhi oleh kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah faktor masyarakat, merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dari hasil belajar siswa.
Selain itu juga Trianto (2007), mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik dan membantu siswa dalam memahami konsep yang sulit sehingga siswa dapat menunjukkan sikap yang aktif serta kritis dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. Djamarah (2002), juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah apabila hasil yang didapat siswa memenuhi Tujuan Pembelajaran dari bahan yang diajarkan guru. Hasil belajar juga merupakan hasil usaha secara bersama antara guru dan murid. Apabila kita ingin mengharapkan hasil belajar yang baik tidak terlepas dari kerjasama antara guru dengan siswa.
Dari pengamatan yang di dapat bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT mempunyai kelebihan yaitu siswa dapat mengerjakan dan berdiskusi dalam pelajaran biologi secara berkelompok. Diskusi kelompok merupakan kegiatan yang paling utama karena sangat berperan dalam aktualitas kelompok secara sinergis untuk mencapai hasil yang terbaik, dan dalam pembimbingan antar dalam kelompok merupakan suatu kesatuan yang utama dimana setiap siswa yang terdapat dalam kelompok harus dapat bekerja sama. Dimana siswa yang memiliki kecerdasan yang tinggi harus membantu siswa yang memiliki kecerdasan yang rendah. Dalam arti kata siswa harus mampu saling bahu membahu dalam kelompok.
Selain itu juga dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT yang paling menarik bagi siswa adalah pemberian penghargaan. Pemberian penghargaan pada siswa yang dilaksanakan setelah terjadinya proses pembelajaran dalam bentuk latihan siswa akan diuji dalam bentuk kuis, dimana hasil penilaian kuis yang dilaksanakan secara individu. Hasil penilaian (evaluasi) kuis tersebut akan digabungkan sesuai dengan kelompok dalam proses pembelajaran kooperatif tipe NHT. Kemudian diberi penghargaan, dimana penghargaannya berbentuk baik hebat, dan super.
Dengan adanya penghargaan yang diberikan kepada siswa pada setiap kelompok pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat menumbuhkan rasa percaya diri, keberanian dan semangat pada siswa. Dalam hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperitf tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam konsep seni musik pada mata pelajaran biologi di kelas VII.10 pada SMPN 8 Pekanbaru.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ekosistem di kelas VII SMP Negeri 8 Pekanbaru semester genap Tahun Pelajaran 2009/2010.
B. Saran
Melalui penelitian ini peneliti mengajukan beberapa saran yang berhubungan dangan pembelajaran kooperatif yaitu : Dalam pembelajaran kooperatif khususnya tipe NHT guru sering kekurang waktu dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Oleh karena itu disarankan bagi guru yang ingin menggunakan model kooperatif tipe NHT dalam proses pembelajaran diharapkan dapat menggunakan waktu seefektif mungkin dan mengorganisirnya sebaik-baiknya.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S. Suharjono.Supardi., 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Anita Lie, 2007. Cooperative Learning. Memperaktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Gramedia. Jakarta
Depdiknas., 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Matematika Sekolah dasar dan Madrasah Ibtidayah. Depdiknas. Jakarta
Dimyati dan Mudjiono., 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Ibrahim., 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya
Martinis, Y., 2004. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Gaung Persada Press. Jakarta.
Sharan S., 2009. Handbook of Cooperative Learning. Imperium. Yogyakarta
Slameto., 2001. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Slavin, R,E., 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Merdika. Ujung berung. Bandung
Sudjana., 1989. Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Syaiful ,S., 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
Trianto., 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar