STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DIAWALI DENGAN PEMBERIAN SOAL CERITA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN KOTA PEKANBARU
Abstract
The studying result of students mathematics can be shawn from the ability of students for solving the mathematics question consists of the count (not story based question) and the story based question). Giving of the questions in story form goal for pretising to use the mathematic in daily problem solving. The facts in field a lot founded that ability of students to solve the story based question and low studying result of students in learning mathematics many factor that influence, such as learning factor. One of learning strategies expected can interest the student desire in study is put student in groups. One of the groups learning is expected fulfil it is cooperative learning STAD (Student Team Achievement Division) type. The problem formulation in this research is “ What is Strategies of cooperative learning STAD type which is early story based on question for increasing the result of study mathematics for VII10 SMPN 8 Pekanbaru and VIIG SMPN 13 Pekanbaru on the topic Aritmatic Social?. The goals of this research is for increasing the result study of VII10 class students mathematics SMPN 8 Pekanbaru and VIIG class students mathematics SMPN 13 Pekanbaruthrough cooperative learning STAD type which is early story based question. The kinds of this research are collaborative classroom action research. The research subject in this research is VII10 Class students of SMPN 8 Pekanbaru and VIIG Class students of SMPN 13 Pekanbaru. The research design of class action in this research is cyclus model. The results gotten in this research is cooperative learning of STAD type which is early story based question can increase the study results of mathematics VII10 SMPN 8 Pekanbaru and VIIG SMPN 13 Pekanbaru.
Kata Kunci: Story based Question, Cooperative learning STAD, Class action research
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika adalah suatu ilmu yang mampu memberi peluang bagi terbentuknya kemampuan berpikir, berkomunikasi, bernalar secara sistematis serta dapat membentuk sikap positif. Dalam kurikulum 2006, terdapat lima tujuan pembelajaran matematika di SMP yang tercantum dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Tiga diantaranya adalah (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (3) memiliki sikap manghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Menyadari pentingnya tujuan pembelajaran matematika, maka peningkatan hasil belajar matematika disetiap jenjang pendidikan perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Hasil belajar matematika siswa dapat dilihat dari kemampuannya menyelesaikan soal matematika yang terdiri dari soal hitungan (soal bukan cerita) dan soal cerita sebagaimana tertera dalam buku pedoman umum matematika sekolah (1994) bahwa ilmu hitung yang dipelajari siswa harus berguna bagi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu kepada siswa hendaknya diajarkan soal-soal yang aplikatif dengan kehidupan sehari-hari. Soal yang demikian disebut soal cerita. soal cerita dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Keterampilan pemecahan masalah harus dimiliki siswa. Soedjadi (1985) menyatakan bahwa melalui kegiatan pemecahan masalah diharapkan pemahaman materi matematika akan lebih mantap dan kreativitas siswa dapat ditimbulkan.
Dari hasil pengamatan peneliti dan hasil diskusi dengan beberapa guru matematika SMP ditemui bahwa banyak siswa SMP yang tidak bisa menyelesaikan soal cerita dalam pelajaran matematika. Bila soal matematika tersebut diberikan bukan berbentuk cerita maka siswa dapat menyelesaikannya. Disamping itu juga diperoleh pengakuan dari guru-guru bahwa kemampuan guru yang masih kurang dalam menyelesaikan soal cerita. Menurut Sukardjono (1988) kesulitan yang dihadapi guru dan siswa dalam menyelesaikan soal cerita disebabkan oleh beberapa hal (1) guru kurang membiasakan siswa untuk memahami kalimat cerita sejak dini, (2) contoh-contoh latihan soal yang diberikan guru biasanya sebagian besar hanya soal-soal tentang konsep dan operasi bilangan tanpa melibatkan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, (3) Siswa kurang mendapat pengalaman belajar dalam menyelesaikan soal cerita melalui proses pemahaman kalimat (mana yang diketahui, mana yang ditanyakan dan mengubahnya kedalam kalimat matematika), serta proses penyelesaian operasinya, (5) pekerjaan rumah yang diberikan guru terdapat kecendrungan kurang melibatkan soal dalam bentuk soal cerita.
Kurang berhasilnya siswa dalam menyelesaikan soal cerita dan rendahnya hasil belajar matematika siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor pembelajaran. Soedjadi (1992) menyatakan bahwa bagaimanapun baiknya kurikulum, bagaimana baiknya materi matematika yang ditetapkan akan tidak mungkin tercapai tujuan pendidikan sekiranya tidak melakukan proses belajar yang cocok. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi hal tersebut, adalah dengan memilih strategi pembelajaran yang dapat menarik minat siswa. Di antara strategi pembelajaran yang dapat menarik minat siswa adalah menempatkan siswa secara berkelompok . yang di kenal dengan pembelajaran kooperatif. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah tipe STAD (Student Team Achievement Division). Menurut Slavin (1995) STAD memiliki keunggulan, yaitu (1) pengetahuan diperoleh siswa dengan membangun sendiri pengetahuan itu melalui interaksi dengan orang lain, (2) sistem evaluasi dalam pembelajaran dapat membangkitkan motivasi siswa berusaha lebih baik untuk diri sendiri dan temannya, sehingga sifat bekerjasama diantara siswa terjalin dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas terlihat betapa pentingnya soal cerita dalam pengajaran matematika tetapi masih banyak terdapat kelemahan. Untuk itu peneliti tertarik meneliti permasalahan ini.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diawali dengan soal cerita dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII10 SMPN 8 Pekanbaru dan kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru pada materi Aritmatika Sosial?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa VII10 SMPN 8 Pekanbaru dan siswa kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diawali dengan pemberian soal cerita.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat: (a) bagi siswa: dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika yang berimbas dengan peningkatan prestasi hasil belajar matematika, khususnya hasil belajar matematika siswa VII10 SMPN 8 Pekanbaru dan kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru, dan dengan menyelesaikan soal cerita dapat merasakan kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari, (b) bagi guru: (1) dapat memperbaiki proses pembelajaran matematika sehingga tercipta rasa senang belajar matematika pada diri siswa selama pembelajaran, (2) sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika khususnya guru matematika kelas VII10 SMPN 8 Pekanbaru dan guru matematika kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru dalam memilih suatu strategi pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas siswa, (3) dapat meningkatkan tindakan yang diperlukan guna meningkatkan hasil belajar, (c) bagi sekolah: dapat memotivasi guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas guna memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa, (d) bagi LPTK; dapat menjalin kerjasama/ kemitraan yang lebih baik guna peningkatan kualitas pembelajaran matematika di sekolah.
II. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Suyanto (1997) PTK sebagai bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional. Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru matematika kelas VII10 SMPN 8 Pekanbaru dan guru matematika kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru. Peranan peneliti sebagai pengamat selama proses pembelajaran, sedangkan guru matematika sebagai pelaksana tindakan.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas VII10 SMPN 8 Pekanbaru yang berjumlah 46 orang terdiri dari 27 orang siswa pria dan 19 wanita dan siswa kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru berjumlah 40 orang terdiri dari 19 pria dan 21 wanita. Kelas ini terpilih sebagai subjek penelitian karena didasari dari ketuntasan hasil belajar matematika yang dicapai sebelum tindakan ini dilaksanakan yaitu pada materi bilangan bulat sangat rendah. Ketuntasan hasil belajar matematika secara klasikal yang dicapai kelas VII10 SMPN 8 Pekanbaru 37% dan kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru adalah 57, 5%.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis & Mc. Taggart. Menurut Kemmis & Mc. Taggart yang dikutip Suyanto (1997) model siklus tersebut mempunyai 4 komponen, yaitu:
1) Rencana: Rencana tindakan kelas “Apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau perubahan prilaku dan sikap sebagai solusi.
2) Tindakan: “Apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan
peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
3) Observasi: Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau
dikenakan terhadap siswa
4) Refleksi: Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak
dari tindakan dari berbagai criteria.
Siklus yang dilakukan dalam penelitian ini ada 2 yaitu:
1. Siklus pertama, melakukan pembelajaran yang berawal dengan pemberian soal
cerita. Selama pembelajaran berlangsung siswa dikelompokkan dengan pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
2. Siklus kedua, melakukan pembelajaran dengan pemberian soal cerita, dengan
melakukan perubahan kelompok setelah dilaksanakan refleksi dari siklus pertama.
D. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian ini terdiri dari:
1. Perangkat pembelajaran: terdiri dari silabus dan sistem penilaian, 6 buah
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), 6 buah lembar tugas siswa (LTS).
Perangkat pembelajaran ini disusun oleh peneliti dengan didiskusikan bersama
guru yang melaksanakan tindakan penelitian ini.
2. Ulangan harian
Ulangan harian dilaksanakan sebanyak dua kali, Ulangan harian I dilaksanakan
setelah RPP ketiga dilaksanakan (pada pertemuan keempat). Ulangan harian II
dilaksanakan setelah RPP keenam dilaksanakan. Ulangan harian disusun oleh
peneliti.
3. Lembar observasi dan catatan lapangan
4. Lembar observasi disusun untuk menjaring data tentang aktivitas guru dan siswa
dalam pembelajaran. Catatan lapangan digunakan untuk melihat kegiatan yang
terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
E. Teknik Pengumpulan Data
Ada 2 data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu
1. Data hasil belajar siswa sebelum tindakan
2. Data ini diperoleh dari analisis hasil belajar pada materi bilangan bulat yang
dijadikan sebagai skor dasar untuk menentukan pembagian kelompok dan nilai
perkembangan individu dan kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Data siswa setelah tindakan dilaksanakan
a. Data hasil belajar siswa
b. Data ini diperoleh setelah siswa diberikan tindakan pembelajaran kooperatif tipe
STAD yang diawali dengan pemberian soal cerita. Data hasil belajar siswa
diperoleh dengan memberikan ulangan harian sebanyak 2 kali (ulangan harian I dan
ulanga harian II).
c. Data hasil observasi dan catatan lapangan
Data ini diperoleh dengan mengamati setiap kegiatan pembelajaran. Pengamatan
dilaksanakan oleh peneliti dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan
untuk setiap kali pertemuan pada proses pembelajaran.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif. Analisis
statistik deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan data-data tentang aktivitas
guru dan siswa yang diamati selama proses pembelajaran berlangsung.
a. Analisis data aktivitas guru dan siswa
Analisis data tentang aktivitas guru dan siswa adalah hasil pengamatan selama
proses pembelajaran dengan melihat kesesuaian antara perencanaan dengan
tindakan.
b. Analisi data tentang ketuntasan hasil belajar
Analisis data ini dilakukan dengan melihat ketuntasan hasil belajar siswa secara
individual dan secara klasikal. Siswa dikatakan mencapai criteria ketuntasan
individu jika telah memperoleh hasil belajar ≥ 65. Hal ini didasari dengan
criteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Persentase
ketuntasan hasil belajar siswa secara individu dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Pi = x 100%
Keterangan :
Pi = Persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara individual,
Ss = Skor yang diperoleh siswa,
Sm = skor maksimum
Persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Pk = x 100%
Keterangan :
Pk = persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal
Jt = Jumlah siswa yang tuntas,
Js = Jumlah seluruh siswa
Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal dinyatakan tercapai apabila sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dalam kelas tersebut telah memenuhi criteria ketuntasan secara individu.
Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari nilai skor dasar, ulangan harian I dan ulangan harian II. Menurut Suyanto (1997) apabila skor hasil belajar siswa setelah tindakan lebih baik daripada sebelum tindakan, maka dapat dikatakan bahwa tindakan berhasil, akan tetapi jika tak ada bedanya dan bahkan lebih buruk maka tindakan belum berhasil. Pendapat Suyanto ini dijadikan dasar dalam analisis data hasil belajar siswa untuk dikatakan meningkat atau tidak.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Tindakan
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus dan sistem penilaian tentang
materi Aritmatika social, enam buah RPP, enam buah LTS, Kisi-kisi soal ulangan
harian I dan II, lembar pengamatan, Soal ulangan harian I dan II, alternatif
jawaban LTS dan kunci jawaban ulangan harian I dan II. Pada tahap ini, peneliti
bersama guru matematika kelas VIIG SMPN 13 pekanbaru membagi siswa dalam 10
kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Untuk kelas VII10 SMPN 8
Pekanbaru terdapat 11 kelompok (9 kelompok terdiri dari 4 siswa dan 2 kelompok
terdiri dari 5 orang siswa). Penetapan kelompok berdasarkan nilai ulangan harian
materi poko bilangan bulat. Nilai ulangan harian ini dirangking dari skor
tertinggi sampai yang terendah. Setelah dirangking, diambil 27% kelompok atas,
27% kelompok bawah dan 46% kelompok tengah. Dengan menggunakan teknik random
sampling setiap kelompok dipilih siswa berasal dari kelompok atas, bawah dan
tengah sehingga masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa.
2. Tahap Pelaksanan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diawali dengan pemberian soal cerita pada materi pokok Aritmatika Sosial dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Satu siklus dilaksanakan untuk 3 kali RPP (RPP-1, RPPke 2, RPP ke 3) dan 3 buah LTS (LTS 1, LTS 2, LTS 3). Setelah 3 kali RPP selesai maka diadakan ulangan Harian I. Setelah ulangan harian 1 selesai dilaksanakan, maka peneliti melakukan penskoran dari hasil jawaban yang diberikan siswa. Hasil ulangan harian I ini, peneliti gunakan sebagai refleksi untuk melakukan tindakan pada siklus kedua. Dari hasil ulangan harian I tersebut, dihitung nilai ketuntasan yang dicapai siswa, nilai perkembangan individu dan nilai perkembangan kelompok pada siklus pertama. Dari hasil ulangan harian I tersebut dilakukan perangkingan kembali untuk membentuk kelompok STAD baru pada siklus kedua. Sistem pemilihan siswa untuk setiap kelompok digunakan dengan cara yang sama seperti pembentukan kelompok pada siklus pertama, yaitu 27% kelompok atas, 27% kelompok bawah dan 46% kelompok tengah. Pada siklus kedua juga dilaksanakan dengan menggunakan 3 buah RPP (RPP ke 4, RPP ke 5, dan RPP ke 6) dan 3 buah LTS (LTS 4, LTS 5, LTS 6). Setelah dilaksanakan ke 3 RPP danke 3 LTS tersebut, maka dilaksanakan ulangan harian II. Dari hasil ulangan harian II ini dihitung nilai ketuntasan yang dicapai siswa, nilai perkembangan individu dan nilai perkembangan kelompok.
3. Analisis Hasil Tindakan
Hasil tindakan yang dianalisis yaitu aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran dengan ketuntasan hasil belajar matematika dan nilai perkembangan
individu dan kelompok.
a. Aktivitas Guru dan Siswa
Pada pengamatan pertama, aktivitas guru sudah sesuai dengan RPP 1. Guru sudah menyebutkan tujuamn pembelajaran dan memotivasi siswa dengan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Guru sudah menjelaskan kelima langkah penyelesaian soal cerita. Aktivitas siswa pada pertemuan pertama terlihat siswa menuliskan semua kalimat yang ada pada soal sebagai apa yang diketahui dan apa yang ditanya tanpa merinci dari kalimat yang ada pada soal. Banyak siswa mengalami kesulitan dalam membuat model matematika. Kerjasama siswa dalam kelompok belum terjalin dengan baik. Siswa kelompok bawah mengharapkan setiap penyelesaian kerja kelompok dapat diselesaikan oleh siswa yang berasal dari kelompok atas. Siswa yang berasal dari kelompok atas, menyelesaikan soal LTS-1 secara individu. Suasana kelas pada saat mengerjakan LTS -1 ribut. Siswa banyak berjalan-jalan melihat hasil kerja kelompok lain.
Pada pengamatan kedua, aktivitas guru sudah sesuai dengan RPP-2. Guru memberikan bimbingan pada setiap kelompok pada saat mengerjakan LTS-2. Siswa sudah tidak menuliskan semua kalimat yang ada pada soal cerita kedalam bentuk apa yang diketahui dan apa yang ditanya. Siswa sudah merinci dan meringkas kalimat untuk menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanya dalam soal. Pada pembuatan model matematika siswa masih mengalami kesulitan. Masih terdapat beberapa siswa berjalan-jalan melihat pekerjaan kelompok lain. Komunikasi dan kerjasama antar siswa dalam kelompok sudah mulai terjalin. Meskipun masih ada siswa yang diam dan tidak mencatat hasil kerja kelompok. Suasana kelas masih agak rebut pada saat mengerjakan LTS-2.
Pengamatan ketiga aktivitas guru sudah sesuai dengan RPP-3. Suasana kelas sudah mulai tenang pada saat mengerjakan LTS-3. Guru lebih mengontol semua siswa dalam kegiatan kelompok. Guru menekankan jika ada siswa yang tidak bekerja harap dilaporkan dan ditulis pada hasil kerja kelompok. Aktivitas siswa pada pengamatan ketiga, sudah mulai terarah dan lebih baik. Siswa sudah merinci kalimat yang ada pada soal kedalam bentuk apa yang diketahui dan apa yang ditanya. Siswa sudah mulai mengerti memindahkan kalimat verbal kedalam bentuk model matematika. Siswa sudah saling berkomunikasi. Siswa yang berasal dari kelompok atas sudah dapat mengayomi teman-temannya yang belum mengerti.
Pada pengamatan keempat, kelima dan keenam terlihat siswa kurang bersemangat. Siswa terlihat banyak ngantuk dan kurang menunjukkan antusias pada saat mempresentasikan hasil kerja kelompok ke papan tulis. Disamping itu banyak siswa yang tidak hadir, tanpa memberi khabar. Hal ini disebabkan kondisi belajar pada jam siang hari dan suasana dalam bulan puasa (suci Ramadhan). Keadaan ini juga disebabkan karena di awal pelajaran selama bulan Ramadhan waktu pelajaran dipakai untuk pengajian (wirid dan membaca ayat suci Alquran selama ± 1 jam). Kondisi pengajian dilaksanakan di lapangan sekolah pada jam tengah hari, membuat siswa terlihat letih setelah melakukan pengajian. Akibatnya siswa tidak optimal lagi untuk menjalankan proses pembelajaran. Keadaan ini juga berpengaruh terhadap pelaksanaan ulangan harian II. Ulangan harian II seharusnya dilaksanakan pada kelas VII10 SMPN 8 pekanbaru pada hari kamis 4 oktober 2007 tidak dapat terlaksana. Hal ini disebabkan karena sekolah mengadakan pertandingan final selama bulan suci Ramadhan. Akibatnya ulangan harian II dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 5 Oktober 2007. Seharusnya hari jumat tersebut, siswa SMPN 8 tidak belajar lagi (sudah libur), hanya melaksanakan acara buka bersama. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kesiapan siswa menghadapi ulangan harian II.
b. Ketuntasan Hasil Belajar Matematika
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VII10 SMPN 8 Pekanbaru dan siswa kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru pada materi Aritmatika social dapat dilihat dari tabel distribusi frekuensi data kelompok di bawah ini.
Tabel 1. Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa kelas VII10 SMPN 8 Pekanbaru Sebelum tindakan (Skor Dasar) dan Sesudah Tindakan (Ulangan Harian I dan Ulangan Harian II)
Interval Skor Dasar Ulangan Harian I Ulangan Harian II
0 – 12,9 6 1 -
13 – 25,9 6 3 -
26 – 38,9 7 6 6
39 – 51,9 6 15 5
52 – 64,9 4 1 5
65 – 77,9 9 8 22
78 – 90,9 7 12 2
91 – 103,9 1 - -
Dari tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa pada sebelum tindakan dilakukan (pada skor dasar) terdapat 17 orang siswa yang mencapai nilai KKM ≥65, dan 23 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan. Ketuntasan hasil belajar secara klasikal yang dicapai pada skor dasar adalah 36,96%. Hasil belajar matematika siswa kelas VII10 sesudah tindakan dilakukan, pada ulangan harian I terdapat 20 orang yang mencapai nilai KKM, dan 26 orang yang belum mencapai nilai KKM. Ketuntasan hasil belajar secara klasikal yang dicapai pada ulangan harian I adalah 43,48%. Pada ulangan harian II terdapat 24 orang siswa yang mencapai nilai KKM ≥65, dan 16 orang yang belum mencapai nilai KKM. Pada ulangan harian II terdapat 6 orang siswa yang tidak mengikuti ulangan harian II. Ketuntasan hasil belajar matematika secara klasikal yang dicapai pada ulangan harian II adalah 60%. Bila dilihat dari ketuntasan hasil belajar secara klasikal, hasil belajar matematika siswa kelas VII10 SMPN 8 pekanbaru belum mencapai ketuntasan secara klasikal. Namun bila dilihat dari jumlah siswa yang mencapai nilai KKM dan persentase ketuntasan yang dicapai mengalami peningkatan.
Selanjutnya diperlihatkan distribusi frekuensi hasil belajar matematika siswa kelas VIIG SMPN 13Pekanbaru pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru Sebelum tindakan (Skor Dasar) dan Sesudah Tindakan (Ulangan Harian I dan Ulangan Harian II)
Tindakan (Ulangan Harian I dan Ulangan Harian II)
Interval Skor Dasar Ulangan Harian I Ulangan Harian II
0 – 12,9 - - -
13 – 25,9 1 - -
26 – 38,9 3 1 -
39 – 51,9 3 3 -
52 – 64,9 10 5 -
65 – 77,9 21 18 1
78 – 90,9 2 11 9
91 – 103,9 - 2 24
Dari tabel 2, pada skor dasar terdapat 23 orang siswa yang mencapai nilai KKM ≥65, dan 17 orang yang belum mencapai KKM. Ketuntasan hasil belajar secara klasikal yang dicapai pada skor dasar adalah 57,5%. Pada ulangan harian I, terdapat 31 orang yang mencapai nilai KKM ≥65, dan 9 orang yang belum mencapai nilai KKM. Ketuntasan hasil belajar secara klasikal yang dicapai pada ulangan harian I adalah 77,5%. Pada ulangan harian II terdapat 34 orang siswa yang mencapai nilai KKM ≥65, dan 6 orang yang tidak mengikuti ulangan harian II. Ketuntasan hasil belajar matematika siswa kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru secara klasikal yang dicapai pada ulangan harian II adalah 100%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dari jumlah siswa yang mencapai nilai KKM dan persentase ketuntasan yang dicapai mengalami peningkatan.
c. Nilai Perkembangan Siswa
Pada siklus pertama nilai perkembangan siswa dihitung berdasarkan selisih perolehan skor dasar sebelum tindakan (nilai ulangan harian materi Bilangan bulat) dengan nilai sesudah tindakan (ulangan harian I pada materi Aritmatika social). Nilai perkembangan siswa pada siklus kedua diperoleh berdasarkan selisih perolehan nilai ulangan harian I dengan nilai ulangan harian II. Nilai perkembangan siswa secara individu digunakan untuk menentukan nilai rata-rat perkembangan kelompok. Setelah diperoleh nilai rata-rata perkembangan kelompok maka diberi predikat penghargaan bagi setiap kelompok yaitu super, hebat atau baik.
Penghargaan kelompok yang diperoleh siswa kelas VII10 SMPN 8 Pekanbaru pada siklus pertama dan siklus kedua dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Perkembangan Kelompok yang Diperoleh Siswa Kelas VII10 SMPN 8 Pekanbaru pada siklus I dan Siklus II
Siklus Predikat Kelompok
I Super
Hebat
Baik II, III, IV, IX, XI
I, V, VI, VII, VIII, X
II Super
Hebat
Baik I, V
II, III, IV, VI, VII, VIII, IX, X, XI
Bila diperhatikan tabel 3, terdapat 5 kelompok yang mendapat predikat super dan 6 kelompok mendapat predikat hebat, sedangan pada siklus kedua, terjadi penurunan perkembangan kelompok (2 kelmpok mendapat super, dan 9 kelompok mendapat predikat hebat). Hal ini disebabkan karena pada siklus kedua terjadi perubahan jam belajar selama bulan ramadhan untuk satu jam pelajaran hanya 30 menit (berkurang 10 menit dari jadwal belajar sebelum ramadhan). Disamping itu jadwal belajar banyak terganggu dengan kegiatan pengajian dan pertandingan selama bulan Ramadhan.
Penghargaan kelompok yang diperoleh siswa kelas VIIG SMPN 13 pekanbaru dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Perkembangan Kelompok yang Diperoleh Siswa Kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru pada siklus I dan Siklus II
Siklus Predikat Kelompok
I Super
Hebat
Baik II, III, IV, V, VI, VII, IX, X
I, VII
II Super
Hebat
Baik I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, X
IX
Dari tabel 4 diatas, dapat disimpulkan terjadi peningkatan nilai perkembangan kelompok dari sikulus I ke siklus kedua.
3. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada saat mengerjakan LTS, pengelolaan kelas kurang optimal. Suasana kleas sering rebut, dan banyak siswa yang berjalan-jalan melihat pekerjaan kelompok lain. Peneliti mengamati, bahwa dalam melaksanakan bimbingan untuk kelompok yang besar dalam satu kelas tidaklah cukup dilakukan oleh satu orang guru. Akibatnya selama penelitian, peneliti juga berperan ganda dalam penelitian, yaitu sebagai pengamat dan membimbing siswa selama siswa bekerja dalam kelompok.
Pada siklus kedua terdapat beberapa kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran. Diantaranya RPP yang telah direncanakan untuk satu kali pertemuan yaitu 3 x 40 menit, mengalami perubahan menjadi 3 x 30 menit. Akibatnya tidak semua soal yang ada pada LTS pada setiap pertemuan dapat diselesaikan. Pada siklus kedua, terdapat banyak kegiatan pengajian dan pertandingan sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan ini menggangu kesiapan siswa untuk menerima pelajaran. Karena mereka sudah letih mengikuti kegiatan tersebut.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah Strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diawali dengan soal cerita dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII10 SMPN 8 Pekanbaru dan kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru pada Materi Aritmatika sosial.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut
1. Diharapkan guru matematika SMPN 8 Pekanbaru dan SMPN 13 Pekanbaru untuk mencoba mengembangkan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diawali dengan pemberian soal cerita.
2. Bagi siswa kelas VII10 SMPN 8 dan kelas VIIG SMPN 13 Pekanbaru agar tidak merasa kesulitan dalam menyelesaikan bentuk soal cerita, disarankan dapat menerapkan kelima langkah penyelesaian soal cerita yaitu menentukan apa yang diketahui pada soal, menentukan apa yang ditanya dalam soal, membentuk model matematika, melakukan perhitungan dan menentukan jawab akhir dari soal dalam menyelesaikan soal cerita.
3. Karena masih terdapat kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal cerita, maka diharapkan guru dapat menerapkan salah satu pembelajaran kooperatif khususnya STAD. Karena STAD menuntun siswa menjaln kerjasama dan rasa tanggung jawab bersama untuk menyelesaikan segala permasalahan dalam kelompok.
Daftar Pustaka
Arends, Richard, I, 1997. Classroom Instruction and management, Newyork: Mc Graw-Hill Companies, Inc.
Depdikbud, 1994, Pedoman Umum Matematika Sekolah, Jakarta
Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta
Eggen, D.Paul, Kauchak and P.Donald, 1993, Strategies For Teachers, Teaching Contens and Thinking Skill. Allyn and Bacon Publishers, Boston
Slavin, Robert, E, 1995. Cooperative Learning: Theory, Resarch and Practice, Second Edition, Allyn and Bacon Publishers, Boston
Soedjadi, R, 1992, Matematika Untuk Pendidikan Dasar 9 tahun, (Suatu Analisis Global menyongsong Era Tinggal Landas), PPS IKIP Surabaya, Surabaya.
Sukardjono, 1998, Matematika Sekolah Dasar Dalam Kehidupan Sehari-hari Permasalahan dan Pembelajarannya, Depdikbud Ditjen Dikdasmen PPPG Yogyakarta.
Suyanto, 1997, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Dikti, Depdikbud, Yogyakarta
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar