Halaman

Selasa

MODEL PEMBELAJARAN TANDUR BERBASIS E-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA MEMAHAMI KONSEP HEREDITAS DIKELAS XII SMAN PLUS PROVINSI RIAU

Model Pembelajaran TANDUR Berbasis e-Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Memahami Konsep Hereditas di Kelas XII SMAN Plus Provinsi Riau

 

 

Abstrak

Guru selalu terjebak pada pembelajaran yang kadang membosankan siswa, guru juga tidak begitu menghiraukan/peduli apakah siswanya telah atau belum memperoleh pengalaman belajar yang bermakna. Pada umumnya guru masih berpendapat bahwa mengajar itu suatu kegiatan menjelaskan dan menyampaikan informasi tentang konsep-konsep, Tidak heran di kelas terlihat partisipasi siswa dalam pembelajaran begitu rendah, siswa tidak aktif dan sulit untuk diajak berdiskusi.

Sebagai alat untuk mengumpulkan data, digunakan lembar observasi siswa untuk mengukur aktifitas siswa berdasarkan indikator aktifitas yang akan diamati, tes, angket. Tindakan dilakukan dengan menerapkan langkah pembelajaran TANDUR berbasis e-Learning yaitu, Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasi, Ulangi, Rayakan dengan pemanfaatan internet. Hasil dari tindakan menunjukkan aktifitas siswa  pembelajaran sebelumnya, mengamati 62,5% meningkat 87,5%, membaca 46,88%, melihat gambar 81,25% meningkat menjadi 93,75%, bertanya 25% menjadi 46,88%, berdiskusi 84,38% menjadi 93,75%, mendengarkan 62,5% menjadi 96,87% dan menulis 31,25% menjadi 56,25%.

Pendekatan Pembelajaran TANDUR berbasis e-Learning menjadikan siswa lebih bersemangat dalam belajar, lebih berkonsentrasi pada materi, membuat daya pikir siswa lebih berkembang, suasana belajar lebih nyaman, siswa lebih dapat memahami materi pelajaran, siswa lebih berani mengemukakan pendapat dan membuat siswa lebih aktif. Pendekatan Pembelajaran TANDUR berbasis e-Learning hanya dapat dilaksanakan pada sekolah yang memiliki fasilitas internet dan jumlah komputer yang cukup.

Kata Kunci : Pembelajaran TANDUR, Aktifitas, e-Learning, Hereditas.

 

A.     Latar Belakang

Pendidikan IPA di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik  menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan  untuk mencari tahu  dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitar.

Dalam kurikulum tingkat satuan juga dijelaskan salah satu tujuan pelajaran biologi adalah, mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling keterkaitannya dengan IPA lainnya serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri.

Pada kenyataan guru selalu terjebak pada pembelajaran yang kadang membosankan siswa, guru tidak begitu menghiraukan/peduli apakah siswanya telah atau belum memperoleh pengalaman belajar yang bermakna. Sejauh mana siswa telah mengerti (understanding) dan tidak hanya sekedar tahu (knowing), tentang konsep IPA yang sudah disampaikan dalam proses pembelajaran? Pada umumnya guru masih berpendapat bahwa mengajar itu suatu kegiatan menjelaskan dan menyampaikan informasi tentang konsep-konsep. Jika penyampaian informasi telah dilakukan berarti kegiatan mengajar telah selesai. Tidak heran dikelas terlihat partisipasi siswa dalam pembelajaran begitu rendah, siswa tidak aktif dan sulit untuk diajak berdiskusi, sebagian siswa kadang mendapat nilai dibawah Kriteria Kompetensi Minimal,  apalagi jam pelajaran biologi pada akhir pelajaran.

Standar Kompetensi Hereditas materinya banyak mengunakan konsep kimia, media belajar agak terbatas, dan materi ini hanya dipelajari dikelas XII. Media untuk mengajar materi Hereditas (DNA, RNA) hanya menggunakan gambar, penggunaan media ini kurang melibatkan siswa untuk ikut terlibat lebih banyak dalam pembelajaran, siswa tidak dalam situasi untuk menemukan. Padahal, yang kita ketahui pembelajaran IPA sebaiknya lebih banyak melibat siswa, lebih banyak melibatkan siswa maka akan  membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan (mencari) yang berawal dari keingintahuan mereka.

Untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran, maka penulis mencari solusinya dengan menerapkan pendekatan pembelajaran TANDUR berbasis e-Learning  untuk meningkat kompetensi siswa. Pendekatan pembelajaran TANDUR merupakan salah satu model Quantum Learning yang dikenalkan Bobbi Deporter seorang guru AS yang menggambarkan suasana belajar yang menyenangkan, penuh dengan kegembiraan, kegairahan, antusiasme siswa. Sebagai media untuk aktualisasi materi genetik, penulis menerapkan e-learning, dengan harapan materi ini lebih kontekstual dan nyata.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis merumuskan masalah yang akan dilakukan penelitian tindakan kelas, apakah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran TANDUR yang berbasis e-learning dapat meningkatkan aktifitas siswa pada standar kompetensi Memahami konsep dasar dan prinsip-prinsip  hereditas dikelas XII SMA Negeri Plus Provinsi Riau.

C.     Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian tindakan kelas ini adalah :

  1. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
  2. Untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pengajaran di dalam kelas.
  3. Untuk meningkatkan kompetensi guru untuk menyelesaikan masalah pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.

 

D.    Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian ini antara lain :

  1. Dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran.
  2. Dapat mendorong siswa untuk memahami konsep dengan benar.
  3. Dapat menstimulasikan fenomena yang tidak dapat diamati secara langsung karena keterbatasan dalam mempelajari konsep Hereditas.
  4. Dapat menumbuhkan budaya meneliti agar lebih proaktif mencari solusi    terhadap permasalahan pembelajaran.

 

Kajian Teoritis

A.     Aktifitas Belajar Siswa

Pengertian prinsip aktifitas di atas menjelaskan kepada kita bahwa, belajar melibatkan aktivitas sistem saraf seperti melihat, mendengar, perasaan senang dan sistem fisik atau aktivitas motorik. Artinya aktifitas-aktifitas itu adalah bagian dari proses belajar.

Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi keaktifan (Dave Meier,2002)

Prinsip Learning by doing dari John Dewey (1858-1952), yaitu bahwa siswa perlu terlibat dan partisipasi secara spontan. Keinginan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatan siswa secara aktif dalam suatu proses pembelajaran. Guru berperan untuk menyediakan sarana bagi siswa untuk dapat belajar, dengan peran serta siswa dan guru dalam pembelajaran aktif akan meneciptakan suatu pengalaman yang bermakna, sehingga dapat membentuk “siswa sebagai manusia seutuhnya”. (Martinis Yamin,2007:82).

Menurut Gagne dan Briggs (1979) seperti yang dijelaskan Martinis Yamin,2007:84, ada 9 aspek untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran :

1.      Memberikan motivasi atau menarik minat siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2.      Menjelaskan tujuan pelajaran kepada siswa.

3.      Mengingatkan kompetensi prasyarat.

4.      Memberikan stimulus (masalah, topik dan konsep) yang akan dipelajari.

5.      Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya

6.      Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran

7.      Memberikan umpan balik.

8.      Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

9.      menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

Menurut Paul D.Dierich seperti  Martinis Yamin(2007:83), aktifitas siswa dapat dikelompokkan :

1.      Kegiatan Visual: membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demontrasi, pameran dan mengamati orang lain bekerja.

2.      Kegiatan Lisan (oral): mengemukakan fakta, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan instrupsi.

3.      Kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan, diskusi.

4.      Kegiatan menulis: menulis cerita, menulis, laporan, membuat rangkuman, mengerjakan tes.

5.      Kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta dan pola.

6.      Kegiatan metrik, melakukan percobaan, memilih alat-alat

7.      Kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor, melihat hubungan dan membuat keputusan.

8.      Kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis dan dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Martinis Yamin.2007:77)

 

 

 

B.     Konsep TANDUR Sebagai Model Pembelajaran

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu yang dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru-siswa, sumber belajar yang digunakan dalam mewujudkan kondisi atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada siswa (PPPG IPA, 1992).

Setiap model pembelajaran memiliki sintaks atau langkah-langkah yang akan diterapkan dalam pembelajaran. Sintaks. Langkah pelaksanan model pembelajaran TANDUR sebagai berikut,

T : Tumbuhkan, menumbuhkan minat belajar siswa yaitu menjalin interaksi dengan siswa dan menyakinkan mereka mengapa harus mempelajari materi ini. menumbuhkan minat belajar siswa yaitu dengan menjalin interaksi dengan siswa dan menyakinkan mereka mengapa harus mempelajari materi ini. menumbuhkan minat belajar siswa yaitu dengan menjalin interaksi dengan siswa dan menyakinkan mereka mengapa harus mempelajari materi ini. Menurut Uzer Usman (1995) untuk menumbuhkan minat dan perhatian siswa dapat dilakukan,

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Menyampaikan aplikasi dan kegunaan dari bahan yang akan dipelajari, siswa    memahami manfaat materi.

c. Mengaitkan materi yang akan diajarkaan dengan apa yang telah diketahui siswa.

d. Mengadakan kompetisi antar siswa, misal dengan membagi kelompok, tiap kelompok diberi tugas, kemudian mempresentasikannya.

e. Menggunakan media yang relevan

f. Menciptakan lingkungan fisik, emosional dan sosial yang kondusif, misalnya cara penyusunan kursi, menciptakan kondisi yang harmonis antara siswa.

 

 

A = Alami

         Konsep-konsep yang abstrak disajikan menjadi nyata, maka guru perlu membuat siswa mengalami langsung hal-hal yang dipelajari. Untuk melaksanakan langkah ini guru memanfaatkan internet.

N = Namai, ketika minat dan perhatian telah tumbuh dan berbagai pertanyaan muncul dalam pikiran siswa, maka pada saat itu guru memberi informasi atau konsep yang diinginkan, di sini disebut dengan langkah penamaan. Dengan langkah penamaan ini diharapkan akan menjawab tuntas keraguan dan berbagai pertanyaan ketika masih pada tahap mengalami.

D = Demontrasikan, saat siswa belajar sesuatu yang baru dan mereka diberi pengalaman dan ditunjukkan konsep yang benar (Penamaan) dan diberi kesempatan untuk berbuat (Demontrasi).

U = Ulangi, memperoleh pengetahuan hanya dengan jalan mengalami satu kali saja atau diingat setengah-setengah jelas akan mudah sekali terlupakan dan bahkan tidak akan menetap dalam ingatan siswa, sebaliknya pengetahuan dan pengalaman yang sering diulang-ulang akan menjadi pengetahuan yang tetap dan dapat digunakan kapan saja. (Tim Didaktik Metodik IKIP Surabaya, 1976).

R = Rayakan, ekspresi kelompok yang telah berhasil, misalnya dengan bertepuk tangan atau bernyanyi.

Langkah-langkah model pembelajaran

Langkah

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

T =Tumbuhkan

1.Menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Memberitahu manfaat materi untuk siswa

3. Mengaitkan dengan dunia nyata

4. Mengadakan kompetisi

5. Menggunakan media ICT

6. Mengajukan berbagai pertanyaan dan masalah

7. menciptakan lingkungan fisik dan emosional

 

1. Memperhatikan penjelasan guru

2. Mengerjakan tugas

3.Saling berkompetisi secara sehat.

A = Alami

1. mengajak siswa terlibat dalam pembelajaran

2. Menciptakan keterlibatan pikiran dan fisik dan mental siswa.

1.Mengerjakan tugas

2 Mengamati media ICT

3. Menjawab pertanyaan

4. Membuat kesimpulan

5. Berdiskusi kelompok

N = Namai

Menyajikan materi dengan menggunakan perangkat ICT

Memperhatikan, bertanya, menjawab pertanyaan guru dan mencatat

D = Demontrasikan

1. memperlihatkan model DNA dengan ICT

2. memperlihatkan struktur DNA dan RNA.

1. berlatih menyelesaikan pertanyaan, menyelesaikan tugas

2. Menampilkan hasil kerja kelompok

3. mengungkapkan berbagai saran dan pendapat.

U = Ulangi

1. mengulang kembali konsep dan umpat balik

1. mengungkapkan pendapat berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman belajar.

2. membuat kesimpulan dengan kata-kata sendiri

R = rayakan

1. Memberi dukungan dan pengakuan untuk setiap usaha siswa

2. Memberikan reward kepada kelompok

1. Memberikan ekspresi atas keberhasilan kelompok

C.     Pembelajaran Dengan e-Learning

Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan pembelajaran berbasis teknologi informasi yang sangat pesat, hendaknya sekolah menyikapinya dengan seksama agar apa yang dicita-citakan dalam perubahan paradigma pendidikan dapat segera terwujud.

Kecenderungan yang telah dikembangkan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran adalah program e-learning. Beragam istilah dan batasan telah dikemukakan oleh para ahli teknologi informasi dan pakar pendidikan. Secara sederhana e-learning dapat difahami sebagai suatu proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi berupa komputer yang dilengkapi dengan sarana telekomunikasi (internet, intranet, ekstranet) dan multimedia (grafis, audio, video) sebagai media utama dalam penyampaian materi bagi interaksi guru dan siswa.

 Kemudahan melaksanakan pembelajaran berbasis e-learning :

  1. Materi pelajaran akan lebih mudah disampaikan kepada siswa.
  2. Alat-alat / bahan pratikum yang tidak ada di Laboratorium dapat diatasi dengan pembelajaran TIK dengan memanfaatkan internet.  Keterbatasan virtual Laboratorium akan dapat diminimalisasikan.
  3. Dapat membuat media pelajaran jadi lebih menarik, sehingga materi yang sulit untuk dijelaskan dapat dibuat lebih konkrit. Contoh:  pelajaran fisika mempelajari momentum, biologi menjelaskan mekanisme gerak otot, dan banyak contoh lainnya.

 

E. HIPOTESIS TINDAKAN

Oleh karena itu, penulis berhipotesis dengan menerapkan pendekatan pembelajaran TANDUR yang berbasis e-Learning Standar Kompetensi, Memahami konsep dasar dan prinsip-prinsip  hereditas dapat meningkat aktifitas siswa di kelas XII SMA Negeri Plus Provinsi Riau.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus 1

            Pelaksanaan pembelajaran TANDUR berbasis e-Learning pada siklus pertama, pertemuan pertama tidak lancar, karena internet sulit untuk dikoneksi. Setelah dipelajari ternyata hal ini disebabkan karena kemampuan internet disekolah terbatas, jumlah komputer yang on-line tidak sesuai dengan kemampuan Internet di sekolah.

Guru pada awalnya membagi kelas atas 16 kelompok tiap kelompok terdiri dari 2 orang, artinya ada tersedia 16 komputer yang akan on-line, Disamping itu ternyata ada juga kelas lain yang juga menggunakan Internet, keadaan seperti ini menyebabkan masalah untuk koneksi Internet.

Untuk mengatasi hal tersebut guru melebur beberapa kelompok, sehingga jumlah kelompok menjadi lebih sedikit , menjadi 8 kelompok tiap kelompok terdiri dari 3 orang dan ada 4 orang.

Kegiatan awal dari pembelajaran TANDUR berbasis e-Learning dimulai dengan terlebih dahulu guru mengkondisikan kelas, melihat kelengkapan siswa (laptop), kesiapan Internet . Setelah semuanya tersedia, guru melaksanakan langkah pertama model pembelajaran TANDUR, yaitu Tumbuhkan dengan cara menyuruh siswa mengidentifikasi ciri yang mereka miliki yang mirip dengan orang tua mereka. Guru menyediakan waktu 5 menit, setelah itu guru memberikan kesempatan kepada beberapa orang siswa untuk menyebutkan hasil identifikasi mereka, setelah itu guru kembali menanyakan “Apa yang bertanggungjawab mewariskan sifat tersebut?

Langkah berikutnya Alami, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian dilanjutkan pembelajaran e-learning, dimana siswa terlibat untuk menyelesaikan kompetensi yang dituntut dalam tujuan pembelajaran. Langkah kedua ini memerlukan waktu lebih lama (25 menit – 40 menit). Langkah berikutnya Namai , guru bersama siswa mendiskusikan hasil temuan mereka.

Selama kegiatan ini berlangsung dilakukan pengamatan aktifitas siswa yang dapat diamati seperti, Visual (membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demontrasi, pameran dan mengamati orang lain bekerja), Lisan (oral): ( mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, diskusi), mendengarkan, menulis.

Pertemuan berikutnya tiap kelompok menyiapkan hasil temuan mereka dan menampilkannya dalam suatu laporan sesuai dengan TP (tujuan pembelajaran) yang telah ditetapkan. Langkah berikutnya Demontrasikan yaitu dengan cara siswa menjelaskan hasil temuan mereka secara klasikal, setelah itu untuk lebih mempertegas konsep guru dan siswa kembali menjelaskannya lalu bersama siswa pula mengambil kesimpulan dari pelajaran, langkah ini dinamakan Ulangi. Sebagai kegiatan penutup dari pelaksanaan model pembelajaran ini adalah Rayakan yaitu dengan cara memberi penghargaan kepada kelompok yang telah menyelesaikan tugas dan tampil dengan baik, Penghargaan tersebut dapat berupa tepuk tangan dan guru menyediakan makanan ringan (permen) sebagai bentuk penghargaan terhadap kelompok yang telah bekerja dengan baik.

Refleksi

                  Pelaksanaan siklus pertama perlu adanya perbaikan-perbaikan diantaranya:                1. Pengelompokkan siswa, yang semula satu kelompok terdiri dari 2 orang, diganti  menjadi 3-4 orang agar penggunaan internet jadi lebih efektif.                                     2. Penggunaan waktu pembelajaran yang dalam melaksanakan model pembelajaran TANDUR harus diperhatikan guru, sebab pembelajaran ini menggunakan internet, siswa perlu diawasi, mereka terlalu asyik menyelesaikan tugas dan cenderung untuk mencari/ menemukan gambar, konsep  lebih dari  yang telah ditetapkan.

3.Kegiatan pengamatan/observasi Dalam siklus pertama  ini tampak beberapa perubahan yang dialami siswa, mereka menunjukkan antusias yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran ini.

4. Pelajaran biologi pada jam terakhir tidak membuat siswa mengantuk, mereka dengan penuh semangat berusaha menemukan dan mencari materi yang sudah ditugaskan guru pada tiap kelompok.

Tabel 1 : Hasil Observasi Aktifitas Siswa

Aktifitas Siswa

Persentase

Ket

 

Visual

Mengamati /seaching

20 orang  (62,5%)

 

Membaca

15 orang (46,88%)

 

Melihat gambar

26 orang ( 81,25%)

 

Lisan (oral)

Bertanya

8 orang ( 25 %)

 

Berdiskusi

27 orang ( 84,38%)

 

Mendengarkan

 

20 orang ( 62,5%)

 

Menulis

 

10 orang ( 31,25%)

 

 

 Selama pembelajaran ini berlangsung hanya 2 orang siswa yang kelihatannya mengantuk, artinya ada 6, 25% siswa yang tidak menunjukkan aktifitas. Secara keseluruhan 30 orang siswa atau 93,8% dari seluruh siswa di kelas melakukan aktifitas. Motivasi belajar siswa menjadi lebih baik dari pada pertemuan sebelumnya, partisipasi siswa juga menunjukkan peningkatan.

Hasil temuan siswa diinternet menunjukkan tingkat variasi yang tinggi, mereka berusaha menemukan materi yang lebih baik. Tiap kelompok bukan saja menemukan gambar-gambar dan konsep yang berhubungan dengan Hereditas, malah mereka menemukan animation yang dapat menjelaskan konsep substansi hereditas menjadi lebih nyata.

Pada siklus 1 pertemuan ke 2, dimana tiap kelompok melakukan presentasi di depan kelas (Demontrasikan) sesuai dengan hasil temuan mereka. Ada beberapa kelemahan dalam menerapkan ini antara lain yaitu, tiap kelompok memang menemukan gambar dan konsep, tapi mereka kadang kurang menguasai beberapa konsep. Begitu juga pada penampilan kelompok, diantaranya beberapa siswa tidak memperhatikan, kemudian siswa terlalu asyik menggunakan Laptop sehingga aktivitas mendengarkankan menjadi kurang.

Kelemahan pelaksanaan siklus 1 akan diperbaiki pada siklus berikutnya yaitu pada langkah Demontrasi tidak lagi kelompok yang menjelaskan, tapi guru dan siswa yang melakukan langkah Demontrasi dengan memanfaatkan salah satu hasil kerja kelompok. 

Siklus II

         Kelemahan pada siklus I diperbaiki pada siklus ke 2 ini yaitu jumlah kelompok yang terlalu banyak, ternyata berpengaruh pada kecepatan mengkoneksikan internet. Untuk itu dalam melaksanakan pembelajaran ini perlu dipertimbangkan kemampuan internet di sekolah.

         Pelaksanaan tindakan pada siklus ke 2 ini tidak banyak mengalami perbaikan. Langkah-langkah pembelajaran TANDUR yang diterapkan sesuai dengan rencana yang ada di RPP (Rancana Pelaksanaan Pembelajaran).

         Langkah Demontrasikan yang pada siklus 1 dilakukan siswa, pada siklus 2 ini dilakukan guru, karena ada beberapa konsep yang perlu mendapat penjelasan guru.

 

 

Refleksi

Hasil tindakan siklus ke 2 menunjukkan perbaikan aktivitas yang cukup meningkat, secara keseluruhan aktifitas siswa sangat meningkat dari 32 orang siswa  tidak ada yang mengantuk atau tidak aktif,  artinya secara keseluruhan siswa menunjukkan partisipasi yang tinggi selama pembelajaran berlangsung.

Tabel 2 : Hasil Observasi Aktifitas Siswa

Aktifitas Siswa

Persentase

Ket

 

Visual

Mengamati /seaching

28 orang  (87,5%)

 

Membaca

15 orang (46,88%)

 

Melihat gambar

30 orang ( 93,75%)

 

Lisan (oral)

Bertanya

15 orang ( 46,88%)

 

Berdiskusi

30 orang ( 93,75%)

 

Mendengarkan

 

31 orang ( 96,87%)

 

Menulis

 

18 orang ( 56,25%)

 

      Pada akhir pertemuan siklus ke 2 dilakukan ujian blok untuk mengukur ketuntasan belajar siswa pada Kompetensi Dasar (KD) Hereditas. Hasil belajar yang didapat siswa dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3 : Hasil Ujian Blok

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Jumlah siswa  yang mendapat nilai > 70

Jumlah siswa  yang mendapat nilai <>

70

 

29 orang ( 90,63%)

 

3 orang ( 9, 37%)

           

            Berdasarkan hasil ujian blok di atas lebih dari 90 % siswa mendapat nilai di atas KKM (kriteria ketuntasan minimal) dan hanya 9 % siswa yang tidak mencapai KKM.

Setelah  melaksanakan pembelajaran TANDUR berbasis e-Learning, guru menyebarkan angket untuk mengetahui bagaimana sikap/ pendapat siswa tentang pembelajaran TANDUR berbasis e-Learning.

 Angket dimaksud sebagai bagian dari refleksi yaitu timbal balik siswa terhadap penerapan pembelajaran TANDUR berbasis e-Learning.

Tabel : 4 Sikap siswa Pembelajaran TANDUR berbasis e-Learning

NO

Sikap Siswa

Persentase

1.

Pembelajaran menarik

93,8%

2.

Dapat mengetahui lebih banyak

96,9%

3.

Dapat bertukar pendapat dengan teman

96,9%

4.

Motivasi dan minat meningkat

96,9%

5.

Mudah menemukan konsep

93,8%

6.

Belajar lebih bermakna

96,9%

 

 Hasil umpan balik siswa tentang penerapan pembelajaran TANDUR berbasis e-Learning  menunjukkan  93,8 % siswa menjawab pembelajaran tersebut menarik, 96,9% berpendapat pembelajaran tersebut memberi peluang siswa untuk mengetahui lebih banyak, 96,9% memberi kesempatan untuk bertukar pendapat dengan teman, 96.9% motivasi dan minat belajar mereka meningkat, 93.8% mengatakan belajar mereka lebih mudah dan mereka dapat menemukan konsep, 96.9% mengatakana pembelajaran TANDUR berbasis e-Learning menjadikan belajar lebih bermakna.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

       Penerapan Pendekatan Pembelajaran TANDUR berbasis e-Learning berhasil meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas XII IPA pada Kompetensi Dasar Substansi Hereditas. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan dalam 2 sikius, antara lain:

a.    Pendekatan Pembelajaran TANDUR berbasis e-Learning menjadikan siswa lebih bersemangat dalam belajar, lebih berkonsentrasi pada materi, membuat daya pikir siswa lebih berkembang, suasana belajar lebih nyaman, siswa lebih dapat memahami materi pelajaran, siswa lebih berani mengemukakan pendapat dan membuat siswa lebih aktif.

b.   Pendekatan Pembelajaran TANDUR berbasis e-Learning lebih efisien dan etektif jika diterapkan pada kelompok yang tidak terlalu banyak (3-4 orang).

c.    Pendekatan Pembelajaran TANDUR berbasis e-Learning dapat digunakan untuk menjelaskan materi yang sulit untuk dibuatkan medianya. Dengan menerapkan pendekatan ini konsep substansi hereditas dapat divisualisasikan, sehingga menjadi lebih nyata. Dengan demikian siswa menjadi lebih aktif dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran menjadi lebih meningkat.

 

SARAN

 

1.       Pendekatan Pembelajaran TANDUR berbasis e-Learning hanya dapat dilaksanakan pada sekolah yang memiliki fasilitas internet dan jumlah komputer yang cukup.

2.       Dalam menerapkan Pendekatan Pembelajaran TANDUR berbasis e-Learning, guru sebaiknya mempertimbangkan kemampuan internet dan computer, agar selama pelaksanaan pendekatan ini tidak banyak waktu yang terbuang.

 

Daftar Pustaka

Badan Standar Nasional Pendidikan.2006.Panduan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah.Jakarta

 

Martinis Yamin, 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta. Gaung Persada Press dan Center for Learning Innovation (CLI).

 

Tim Didaktik Metodik IKIP Surabaya (1976), Pengantar Dikdaktik Metodik Kurikulum PBM, Jakarta:CV Rajawali.

 

__________ PPPG IPA,(1995), Model-Model Pembelajaran IPA, Bandung; Depdikbud

 

Oemar Hamalik.Prof.Dr,2004.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Slamat Prawirohartono. dan  Sri Hidayati.2006. Sains Biologi SMA/MA Jilid 3a.Jakarta:Bumi Aksara.

Suwarsih Madya, Prof. Dr,  Penelitian Tindakan Kelas, materi KTI – On Line

Uzer Usman, Muh (1995), Menjadi Guru Profesional, Bandung; Remaja RRosdakarya

1 komentar:

  1. wah bermanfaat sekali, untuk bahan tambahan pengetahuan, salam dari barito timur kalimantan tengah

    BalasHapus