Halaman

Kamis


MENILAI DIRI DAN TEMAN SEJAWAT KELOMPOK KECIL MELALUI STRATEGI PROBLEM SOLVING  SESSION (PSS) DI KELAS X SMAN PLUS PROVINSI RIAU




Abstract

This study is aimed at assessing himself and coleage for chemistry in SMAN Plus Riau Province year academic 2009/2010. It is a classroom action research and the subjects were the student of X 1. Our action research methodology has furthered our understanding of how and why small-group learning produces positive outcomes. By building community in the classroom, students were able to facilitate each other’s learning and promote each other’s achievement.Are  students had positive perceptions of group work both before and after participating in Problem solving session.They teach each other, share approaches to problem-solving, and ask questions. They try to understand different ways of explaining concepts and different approaches to solving problems
________________________________________

Kata Kunci: problem solving session, small group, action research, assessing himself
and coleage.


I.       PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
Pembelajaran kimia adalah bagian dari mata pelajaran pokok untuk jurusan IPA. Disadari bahwa bidang studi Kimia merupakan bidang studi yang sebagian besar baru diperkenalkan di bangku SMA, hal ini berbeda dengan bidang studi IPA lainnya yang telah lebih dahulu diperkenalkan di bangku SD dan SMP secara terstruktur dan sistematis, sehingga para siswa telah memiliki kemampuan minimal yang dimiliki dalam proses belajar lanjutan di SMA, untuk itu maka dalam proses pembelajaran bidang studi Kimia di SMA diperlukan kemampuan lebih dari seorang guru dengan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak didik serta sesuai dengan teori pendidikan.
Hasil yang diperoleh dari Proses Pembelajaran  Kimia yang telah dilaksanakan pada semester ganjil di SMAN Plus Provinsi Riau masih belum memuaskan berbagai pihak. Baik pihak orang tua siswa maupun dari sekolah. Berbagai usaha telah peneliti  lakukan untuk memperbaiki  ketuntasan belajar kimia pada semester ganjil lalu, seperti melaksanakan Remedial, Bimbingan Belajar Sore, Menugaskan  Pekerjaan Rumah,  namun hasil akhirnya tetap di bawah KKM. Masih ada beberapa siswa kelas X.1 yang mendapat nilai Kimia pada Rapor di bawah KKM. Implikasinya siswa tersebut akan  pindah sekolah,  karena sesuai aturan bahwa  nilai Kimia harus di atas  KKM  untuk jurusan Ilmu Alam.
Menurut analisa sementara penulis bahwa penyebab kegagalan pembelajaran siswa itu diantaranya adalah ketidakmampuan siswa menilai kemampuan diri atau kelompoknya. Kemampuan menilai  diri sendiri berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh siswa, menurut  Rustaman (2008), orang yang mampu melakukan penilaian (assessment literates) adalah mereka yang memahami prinsip dasar penilaian dan berupaya memenuhi standard yang ditetapkan, dan saling membantu jika penilaian yang dilakukan gagal memenuhi standard ini.  


Menurut Alit (2008), siswa dapat terlibat dalam penilaian yang sedang berlangsung  atas hasil kerjanya dan hasil kerja temannya   Perubahan paradigma dalam penyelenggaraan penilaian hasil belajar siswa sangat penting dilakukan untuk menuju kepada pengukuran kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa. Beberapa hal yang kontra produktif terhadap pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi dikurangai dan beberapa hal yang mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi ditingkatkan.
Negosiasi antara guru dan siswa tentang  pengukuran dan penilaian akan memudahkan guru untuk melaksanakan penilaian. Pengukuran dan penilaian sebenarnya dapat dilakukan oleh siswa asalkan siswa diberi petunjuk yang jelas dan benar tentang kriteria pengukuran dan penilaian tersebut. Menurut Rustaman (2008) bahwa Siswa dapat melakukan serangkaian tugas penilaian, yang selain dapat membantu guru dari sisi penghematan waktu, juga membawa manfaat dari sisi pendidikan, khususnya untuk mengembangkan keterampilan siswa untuk melakukan penilaian
Bertitik tolak dari keterangan dan pertanyaan di atas, peneliti mencoba menggabungkan pembelajaran berbasis PSS dengan tim kecil (small –group)nya  untuk menilai  secara individu terhadap diri sendiri  yang dibimbing oleh guru dengan menggunakan petunjuk dan kriteria peniliaan.

B.   Tujuan Penelitian
Tujuan dari studi ini ingin mengetahui hasil pembelajaran dengan strategi PSS yang menggunakan tim kecil (small-group) dan untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran kelompok dan memberikan hasil yang positif bagi siswa.  Agar penelitian ini  terarah maka peneliti memandunya dengan pertanyaan penelitian  (research questions guident) meliputi: (1) Apakah kelompok kecil dengan strategi PSS dapat meningkat aktivitas pembelajaran kelompok dan  memberikan hasil positif terhadap pembelajaran jika dilihat dari hasil pembelajaran?, (2) Apakah siswa mampu melaksanakan penilaian terhadap diri mereka dan teman sejawat yang direfleksikan pada nilai  harian?, (3) Bagaimana perspektif pembelajar terhadap strategi PSS dengan menggunakan tim kecil  (small-group)?

C.   Rumusan masalah
Dari uraian di atas maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu:” Apakah siswa mampu menilai temannya maupun dirinya sendiri sesuai dengan kaidah penilaian sebagaimana yang diharapkan?”

D.   Ruang Lingkup.
Penelitian ini membahas hasil Pembelajaran Kimia selama semester ganjil meliputi materi: (1) Pelajaran Daya Hantar Senyawa lonik dan Senyawa Kovalen, (2) Redoks dan tata nama senyawa sederhana (IUPAC), (3). Struktur dan sifat senyawa Hidrokarbon, (4) Pembentukan dan pemisahan minyak bumi.

II. KAJIAN TEORITIS
A.   PSS (Problem Solving  Session) dalam Kelompok Kecil  (Small-Group)
Problem solving atau Pemecahan masalah adalah salah satu strategi pembelajaran. Definisi dari  Problem solving  adalah berbeda antara akhli satu dengan yang lain. Menurut Hayes ( 1981) dalam Jaude (2003)  “ kapan saja ada suatu kesenjangan  antara  realita  dan keinginan,  dan kamu  tidak mengetahui bagaimana  menemukan cara untuk menyelesaikan  kesenjangan  itu, kamu sudah  berada dalam  masalah … Pemecahan suatu masalah untuk  menemukan suatu cara yang sesuai untuk menyelesaikan kesenjangan, itulah problem solving”. Suatu  Problem  untuk orang boleh jadi suatu latihan rutin untuk  yang lain,    itu  semua tergantung pada keahlian individu  dan pengetahuan individu itu  (Hayes , 1981) dalam Jaude (2003).
Menurut Darwis (2001) dalam Saiful (2009), problem solving merupakan strategi pemecahan  masalah yang dapat menolong siswa dalam meningkatkan analisanya. Dalam hal ini guru memberi kesempatan siswa dalam kelompok untuk mengadakan perbincangan ilmiah untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan dan menyusun berbagai alternative pemecahan atas suatu masalah.   Setidaknya ada empat langkah yang dapat ditempuh yaitu memahami masalah, menyusun rencana pemecahan, melaksanakan rencana pemecahan dan memeriksa kembali  hasil pemecahan.
Towns, dkk (2000) merekomendasikan  bahwa   masing-masing siswa mempunyai  keistimewaan dalam  belajar.  Sebagai  manusia proses pembelajaran  tidak  sama untuk semua siswa. Perbedaan   dalam diri  siswa harus diakui  adanya  dan kita harus bertindak sesuai dengan variasi  gaya belajar siswa. Maka Jaude etc (2003)  mengatakan penggunaan  aktivitas belajar kelompok kecil (small-group) adalah satu cara untuk mengakui adanya  perbedaan gaya belajar   antara satu dengan lainnya.
 Joude menggunakan istilah "small-group" sebagai payung untuk kelompok kecil.  Selanjutnya menggunakan "small-group" untuk mengakui bahwa  kelompok boleh bekerja dengan cara kerja sama atau secara kolaboratif tergantung  atas jenis tugas dan bagaimana guru membangunnya.
Kelompok - kelompok  kecil ini akan bekerja  dalam  memecahkan permasalahan,  melaksanakan praktikum laboratorium, melakukan  presentasi, atau  persiapan  menghadapi kuis atau ulangan , mendiskusikannya   di dalam  kelompok,  dan melakukannya  lebih aktif dalam  pelajaran mereka.
Selanjutnya Jaoude menyatakan, problem solving adalah suatu strategi efisien untuk memecahkan permasalahan kimia.  Hasil riset yang dilaksanakannya menyoroti pemahaman konseptual dan masalah penuh arti dan efisien dalam memecahkan    masalah dengan strategi problem solving.
Strategi PSS (problem solving session) adalah suatu strategi pembelajaran dengan problem solving dimana dalam satu pertemuan pembelajaran dibagi dalam dua sesi dimana satu sesi nya diisi dengan strategi problem solving.
Dalam pembelajaran berbasis PSS guru memberikan informasi pelajaran baru pada sekompok siswa untuk satu pertemuan. Kelas dibagi dalam empat atau 5 anggota dalam satu tim. Setiap anggota tim belajar materi yang di ajarkan guru atau ditugaskan guru seblumnya dan setiap anggota tim membantu satu sama lainnya. Pada sesi akhir dari pertemuan dilaksanakan PSS.
Ide dasar PSS adalah bagaimana memotivasi siswa dalam tim agar mereka saling mendorong satu sama lainnya dan membantu dalam timnya dalam menguasai materi yang disajikan serta menumbuhkan suatu kesadaran bahwa belajar itu penting.       
Problem solving session terdiri dari lima komponen utama, yaitu: (1) Penyajian kelas, maksudnya pengajaran yang dilakukan di dedapan kelas secara klasikal . Artinya pengajaran yang dilakukan tidak berbeda dengan pengajaran biasa. Dalam hal ini peneliti mengkombinasikannya dengan menggunakan media Power poin untuk materi tertentu, dan praktikum untuk materi yang lain, (2) Tim, dalam PSS peserta didik akan disusun dalam tim-tim yang beranggotakan empat siswa yang kemampuan dan jendernya yang beragam, (3) Kuis, pada tahap ini masing-masing anggota tim berusaha dan bertanggung jawab secara individu untuk melakukan yang terbaik sebagai hasil belajar tim. Anggota tim diingatkan bahwa keberhasilan mereka merupakan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan tim, (4) Skor penigkatan individu, ide dibalik komponen ini adalah untuk memeberikan kepada siswa suatu sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja keras dan memperlihatkan hasil yang lebih baik dari hasil sebelumnya, (5) Pengakuan tim, Keberhasilan tim dalam mendapatkan hasil maksimal di bandingkan dengan tim lainnya perlu mendapat penghargaan berupa reward dari seluruh  tim lainnya, baik berupa pujian, serifikat atau penghargaan bentuk lainnya.

B.   Menilai Diri dan Teman sejawat
National Science Education Standards menyatakan bahwa, penilaian merupakan mekanisme masukan dalam sistem pendidikan IPA; data penilaian memberikan masukan bagi siswa tentang pencapaian harapannya, guru dan orang tua, masukan bagi guru tentang cara belajar siswa, masukan bagi dinas dan pengambil keputusan (stakeholders) pendidikan tentang efektifitas pembelajaran. Masukan ini mengarahkan pengembangan kemampuan profesional guru, dalam mendorong siswa meningkatkan pemahamannya tentang IPA.
Penilaian antar teman dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk bekerjasama, bersikap kritis terhadap hasil kerja siswa lain, dan menerima kritik dan umpan balik dari siswa lain atas hasil kerjanya sendiri. Penilaian antar teman dapat memberikan gambaran kepada siswa mengenai kriteria apa saja yang digunakan untuk menilai. Penilaian antar teman juga dapat digunakan untuk menentukan nilai hasil kerja siswa untuk keperluan sumatif. Ada beberapa keuntungan menilai diri sendiri dan menilai teman, yaitu: (1) Siswa dapat memahami kriteria kerja yang baik. Siswa yang mengenal model kerja yang memenuhi standar dan memahami alasan mengapa model tersebut dapat memenuhi standar akan membuat perbandingan antara kinerja mereka dengan contoh yang diberikan. Karena tugas yang deberikan semakin rumit dan bersifat terbuka, lebih dari satu model perlu disediakan untuk memastikan bahwa siswa memahami penggunaan strategi yang berbeda untuk memenuhi standar, (2) Siswa memahami proses yang dijalani untuk mencapai standar. Rubrik harus dapat menunjukkan di mana posisi siswa sebelum pembelajaran, posisi mereka sekarang, dan posisi yang harus mereka capai pada akhir pembelajaran. Penjelasan mengenai tingkat kemajuan kinerja siswa merupakan panduan yang penting agar mereka mencapai tujuan pembelajaran, (3) Guru melibatkan siswa dalam proses pemantauan dan membagi sebagian tanggung jawab untuk mendokumentasikan dan menilai pembelajaran kepada siswa. Penelitian telah menunjukkan bahwa pebelajar yang baik melakukan: (a) pemantauan terhadap diri sendiri; (b) perbaikan terhadap diri sendiri; (c) menggunakan umpanbalik dari rekannya untuk memandu proses pembelajaran yang mereka lakukan. Rubrik siswa, dibuat untuk mengidentifikasi inti pembelajaran yang diharapkan, dapat dijadikan media yang baik untuk melakukan refleksi dan berkomunikasi antar siswa.
Salah satu cara untuk memulai proses mengenalkan siswa kepada penilaian pribadi adalah dengan membuat semacam kontrak antara siswa dan guru. Kontrak adalah kesepakatan tertulis antara siswa dan guru, yang biasanya memuat jumlah dan jenis tugas yang diperlukan untuk mendapatkan nilai tertentu. Contohnya, seorang siswa menyepakati bahwa ia harus berusaha mendapatkan nilai "B" dengan menyelesaikan sejumlah tugas dengan tingkat kualitas yang ditentukan oleh guru. Kontrak ini dapat digunakan sebagai cara yang baik untuk membantu siswa menetapkan tujuan bagi dirinya sendiri.

C.   Penilaian Tim
Kelebihan utama dari penilaian tim adalah bahwa beban penilaian menjadi jauh berkurang. Ada pula keuntungan dari sisi pendidikan, termasuk di dalamnya pengembangan sejumlah keterampilan penting seperti keterampilan memimpin dan bekerja dalam tim, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan berorganisasi. Selain itu, hasil yang dicapai dengan bekerja secara bertim akan lebih baik, bahkan masalah yang lebih rumit pun dapat diselesaikan.
Masalah utama yang dihadapi adalah memastikan bahwa strategi penilaian yang adil telah diterapkan: “satu masalah yang terpenting adalah sulitnya menetapkan tingkat kontribusi masing-masing anggota tim …” (Race, Brown, Smith, 2005:156) dalam Rustaman (2008)
Tidak ada cara yang paling ideal untuk menyelesaikan masalah ini, tapi ada berbagai strategi yang dapat dicoba. Salah satunya, setiap anggota tim diberi nilai yang sama. Strategi lainnya, setiap anggota tim diberi nilai yang berbeda-beda sesuai kinerja masing-masing. Hal ini dapat dilakukan melalui penilaian antar teman (peer assessment).

D.   Penilaian Pribadi dan Antar Teman
Penilaian pribadi dan antar teman merupakan bentuk penilaian inovatif yang mendukung pembelajaran siswa. Penilaian pribadi adalah proses di mana siswa dilibatkan dan bertanggung jawab untuk menilai hasil kerjanya sendiri. Hal ini mendorong siswa untuk mandiri dan meningkatkan motivasinya. Penilaian antar teman adalah proses di mana siswa dilibatkan dalam penilaian kerja siswa lain. Siswa harus memiliki pemahaman yang jelas mengenai apa yang harus mereka cari dalam hasil kerja temannya.
Penilaian pribadi dapat digunakan untuk membantu mengembangkan kemampuan siswa untuk memeriksa dan berpikir kritis mengenai proses pembelajaran yang mereka jalani,  Penilaian pribadi dapat membantu  siswa menentukan kriteria apa yang harus digunakan untuk menilai hasil kerja dan menerapkan hal ini secara objektif terhadap hasil kerja untuk memfasilitasi proses pembelajaran yang sedang berlangsung.  Penilaian pribadi dapat disertakan sebagai bagian penilaian mata pelajaran atau sebagai sebuah latihan yang dipersyaratkan dalam mata pelajaran tersebut.
Penilaian antar teman dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk bekerjasama, bersikap kritis terhadap hasil kerja siswa lain, dan menerima kritik dan umpan balik dari siswa lain atas hasil kerjanya sendiri. Penilaian antar teman dapat memberikan gambaran kepada siswa mengenai kriteria apa saja yang digunakan untuk menilai. Penilaian antar teman juga dapat digunakan untuk menentukan nilai hasil kerja siswa untuk keperluan ulangan harian.

E.    Keuntungan Penilaian pribadi dan Penilaian Antar Teman
Pertama, siswa dapat memahami kriteria kerja yang baik. Siswa yang mengenal model kerja yang memenuhi standar dan memahami alasan mengapa model tersebut dapat memenuhi standar akan membuat perbandingan antara kinerja mereka dengan contoh yang diberikan. Karena tugas yang deberikan semakin rumit dan bersifat terbuka, lebih dari satu model perlu disediakan untuk memastikan bahwa siswa memahami penggunaan strategi yang berbeda untuk memenuhi standar.
 Kedua, siswa memahami proses yang dijalani untuk mencapai standar. Rubrik harus dapat menunjukkan di mana posisi siswa sebelum pembelajaran, posisi mereka sekarang, dan posisi yang harus mereka capai pada akhir pembelajaran. Penjelasan mengenai tingkat kemajuan kinerja siswa merupakan panduan yang penting agar mereka mencapai tujuan pembelajaran.
 Ketiga, guru melibatkan siswa dalam proses pemantauan dan membagi sebagian tanggung jawab untuk mendokumentasikan dan menilai pembelajaran kepada siswa. Penelitian telah menunjukkan bahwa pebelajar yang baik melakukan: (i) pemantauan terhadap diri sendiri, (ii) perbaikan terhadap diri sendiri, (iii) menggunakan umpanbalik dari rekannya untuk memandu proses pembelajaran yang mereka lakukan. Rubrik siswa, dibuat untuk mengidentifikasi inti pembelajaran yang diharapkan, dapat dijadikan media yang baik untuk melakukan refleksi dan berkomunikasi antar siswa.  Penilaian pribadi dan antar teman sangat sesuai untuk keperluan sumatif, yaitu untuk memberikan umpan balik.  Ada banyak bukti yang menyatakan bahwa siswa belajar melalui pemberian umpan balik terhadap siswa lain, atau sebaliknya. Penilaian antar teman dapat pula digunakan secara sumatif sebagai bagian dari penilaian.  Guru dapat melakukan penilaian secara paralel dan menyertakan hasil penilaian antar teman (nilai dari sesama siswa ini dapat diberi bobot setidaknya 10%, tapi tidak lebih dari 25%, sesuai dengan peraturan QUB).  Prosesnya harus dimoderasikan secara hati-hati dan sebaiknya ada proses tawar menawar, di mana guru bertindak sebagai penentu akhir.   Jika  penilaian antar teman ini dilakukan secara anonim, reliabilitasnya mungkin dapat ditingkatkan.

III.  METODOLOGI PENELITIAN
A.   Bentuk Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dimana peneliti menggali informasi untuk menjawab pertanyaan penelitian (research questions guident). Penelitian tindakan dilakukan oleh guru dan peneliti bertujuan memperbaiki praktik pembelajaran di dalam kelas. Proses Penelitian Tindakan Kelas meliputi siklus perencanaan, implementasi, observasi dan refleksi.

B.   Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMAN Plus Prov.Riau sesuai dengan jenis  penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilakukan selama PBM berlangsung. Dilaksanakan dari tanggal 7 Januari sampai dengan Mei 2010.

C.   Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas X.1 SMAN Plus Provinsi Riau dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang dengan rincian 7 siswi perempuan dan 17 siswa laki-laki. Siswa di bagi dalam 6 tim. Tim heterogen dimana  pembagian tim berdasarkan campuran siswa berkemampuan rendah,sedang dan tinggi.

D.   Siklus Penelitian
Pada penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam empat siklus penelitian dimana setiap siklusnya terdiri atas kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

E.    Instrumen
Untuk mengoptimalkan hasil penelitian tindakan maka peneliti mengambil data sebanyak mungkin. Sedangkan untuk lebih memantapkan data yang di dapat maka disiapkan pula instrumen berupa soal test  Ulangan harian siswa.


IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil Penelitian
Siklus 1
Persiapan
Sebelum pelaksaan siklus 1, siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri dari 4-5 siswa per-tim dengan anggota yang heterogen menurut rangking dan jenis kelamin siswa. Kepada siswa dikomunikasikan tentang metode pembelajaran yang akan dilaksanakan. Siswa diminta persetujuannya. Dari hasil diskusi dengan siswa apa permasalahan yang dihadapi dan mengapa dilakukan pembelajaran yang berbeda dengan biasanya, siswa dapat memahami dan setuju dengan metoda pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Kegiatan Inti 1
Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan dan dimulai dengan strategi PSS. Pokok bahasan adalah  larutan elektrolit dan non elektrolit dengan tema   daya hantar listrik larutan .Siswa melaksanakan praktikum. Setiap tim bertanggung jawab membuat satu larutan yang akan diuji. Misalnya tim 1 bertanggung jawab membuat larutan NaCl 1 M. Tim dua bertanggung jawab membuat larutan urea 1 M, dan seterusnya.Hasil pengamatan daya hantar listrik dari beberapa larutan yang diuji dilaporkan dalam bentuk format laporan praktikum.
    Pada pertemuan selanjutnya satu tim terbaik dari hasil laporan praktikum tampil untuk mempresentasikan hasil yang mereka peroleh dan tim lainnya memberikan masukan. Pembelajaran diakhiri oleh rangkuman oleh guru tentang pokok pikiran utama (konsep utama) pada pembelajaran larutan elektrolit dan non elektrolit. Pertemuan terakhir  dilaksanakan  ulangan  harian 1.

Evaluasi dan Refleksi 1
Evaluasi berupa ulangan harian 1 dilaksanakan setelah selesai pokok bahasan senyawa Elektrolit dan non elektrolit.Kekurangan kekurangan yang dijumpai, seperti ada siswa bekerja sendiri-sendiri dalam satu tim, diskusi dan saling membantu dalam satu tim work belum kelihatan.
Siklus 2
Persiapan Siklus 2
Pada siklus ini tindakan yang  akan dilakukan adalah: (1) Siswa masih dalam tim  dengan strategi PSS, (2) Sebelum pembelajaran dilaksanakan, setiap tim diberi tahu bahwa nilai ulangan harian mereka yang akan datang adalah nilai kelompok. Setiap anggota tim sebagai penyumbang nilai kelompok mereka, (3) Siswa berkemampuan tinggi diberi tanggung jawab untuk memimpin diskusi, membantu dan membimbing teman-temannya dalam tim untuk menguasai materi pelajaran, baik dalam menguasai konsep maupun dalam penguasaan latihan latihan, (4) Hasil Ulangan siswa dikoreksi guru. Nilai yang diperoleh berupa nilai tim. Setiap anggota tim sebagai penyumbang nilai kelompok, (5) Kertas  jawaban siswa dikumpulkan dan dinilai oleh guru. dengan menggunakan analisa  komputer, sehingga setiap jawaban siswa teridentifikaasi dalam computer tanpa menandai pada lembar jawaban siswa (LJS) yang bersangkutan  dengan tulisan apapun.
Pada pertemuan berikutnya, diberikan kunci jawaban, dan disuruh siswa untuk mengoreksi jawaban sendiri. Kemudian dibandingkan hasil  penilaian siswa dengan  penilai guru.

Kegiatan Inti Siklus 2
Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan dengan strategi PSS. Guru memberikan topik baru yaitu Redoks  dan tata nama IUPAC. Pertemuan dimulai dengan Presentasi guru dengan menggunakan power point. Selanjutnya ber kelompok mengerjakan tugas pada LKS yang telah disiapkan. Setiap tim bertanggung jawab menguasai materi yang disajikan dengan cara saling berdiskusi dan membentu satu sama lain. Untuk pertemuan selanjutnya juga pada akhir pertemuan dilakukan ulangan harian 2.

Evaluasi dan Refleksi  Siklus 2
Siswa yang tidak jujur mengoreksi jawabannya,  dipanggil keruang khusus dan diberi pengertian bahwa kejujuran itu penting dalam hidup. Mereka di dinasehati  agar tidak mengulang perbuatan  mereka.

Siklus 3
 Persiapan  Siklus 3
Pada siklus ini Tindakan yang  akan dilakukan adalah: (1)  Lembar  jawaban siswa (LJS)  discan sebelum dikoreksi, lalu dibagikan pada siswa  untuk menilai temannya, (3) Dibandingkan hasil scan dengan  hasil jawaban siswa.

Kegiatan Inti Siklus 3
Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan juga dengan strategi PSS. Guru memberikan topik baru yaitu Struktur dan sifat senyawa hidrokarbon. Pertemuan dimulai dengan Praktikum dengan materi Penentuan unsur-unsur penyusun senyawa karbon. Setiap tim bertanggung jawab menyusun dan merangkai alat praktikum sesuai dengan petunjuk di LKS siswa.   Setiap tim bertanggung jawab melaksanakan praktikum dan mengamati hasil  dan melaporkan hasil dalam format laporan praktikum. Untuk pertemuan selanjutnya siswa menggunakan molimod juga  Pada akhir pertemuan dilakukan ulangan harian 3.

Evaluasi dan Refleksi 3
Siswa yang tidak jujur mengoreksi jawabannya,  dipanggil dan diperlihatkan hasil koreksinya dan hasil scan. Mereka di beri nasehat dan peringatan  dan sanksi berupa  nilai mereka dikurangi  sebanyak nilai yang menyimpang atas ketidak jujuran mereka

Siklus 4
Persiapan Siklus 4
Pada siklus ini tindakan yang akan dilakukan adalah: (1) Siswa dalam satu tim mempersiapkan bahan presentasi dengan power point, yang mana tiap tim diberikan judul yang mereka presentasikan, (2) Tim lain mendengarkan dan mengajukan pertampil, (3) Akhir sesi tim lain menilai tim yang tampil sebagai presenter.

Kegiatan Inti Siklus 4
Siswa dalam satu tim mempresentasikan hasil dengan power point, yang mana tiap tim diberikan judul yang mereka presentasikan. Tim lain mendengarkan dan memberikan saran, di akhir sesi memberikan nilai terhadap tim yang tampil.

IV.    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil Penelitian
1.   Analisa Data
Data yang telah terkumpul  dianalisa  dengan berpedoman pada  pada criteria ketuntasan , dimana nilai siswa dikategorikan dalam 4 kategori yaitu sangat tinggi ( 85-100), tinggi ( 75-84), sedang ( 65-74), kurang ( 55-66), sangat kurang ( < 54). Siswa dkatakan tuntas jika nilai siswa yang bersangkutan memperoleh nilai > atau  sama dengan KKM.

Analisa data dan pembahasan
Berdasarkan data tabel 1 pada siklus 1, dikategorikan nilai siswa sebagai berikut:
Tabel 4. Kategori nilai siswa siklus 1
No
Kategori
Nomor kode urut siswa
Jumlah
Prosentase
1
Kurang
4,8,15, 16, 17, 18, 19
7
29 %
2
Sedang
2,3,5, 9,20, 23
6
25%
3
Tinggi
1, 6,7, 11,12, 13, 14,  21, 24
9
37%
4
Sangat tinggi
10, 22
2
9 %

Dari data table 4  terlihat bahwa proses pembelajaran pada siklus ini belum memuaskan, ternyata masih banyak siswa yang mendapatkan nilai kurang ( 29%).
    Jika dibandingkan dengan KKM mata pelajaran Kimia di SMAN Plus Prov.Riau yakni 72, maka dapat diketahui tingkat ketuntasan belajar secara klasikal seperti tabel  5  di bawah ini :
Tabel 5. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal siklus 1
No
Ketuntasan
Nomor kode urut siswa
Jumlah
Prosentase
1
Tak tuntas ( nilai < KKM 72 )
3,4, 5, 8,15, 16, 17, 18, 19, 23
10
41%
2
Tuntas( Nilai di atas KKM 72)
1, 2,6,7, 9, 10, 11,12, 13, 14,20,  21, 22, 24
14
59%

Berdasarkan data table 5, dapat disimpulkan bahwa nilai siswa belum memuaskan baik dari kategori nilai  siswa maupun ketuntasan siswa secara klasikal.
    Tindakan yang dilakukan guru untuk memperbaiki kekurangan seperti tercantum dalam  evaluasi dan refleksi pada siklus 1. Setelah melewati proses refleksi dan perbaikan pembelajaran dan penerapan perbaikan pada siklus 2, maka di dapat nilai seperti data berikut :
Tabel 6. Kategori nilai siswa siklus 2
No
Kategori
Nomor kode urut siswa
Jumlah
Prosentase
1
Kurang
4, 17, 18,
3
12 %
2
Sedang
3, 5, 14, 16, 20,
5
22 %
3
Tinggi
1, 2, 7,  8, 11, 12, 13, 15, 24
9
37 %
4
Sangat tinggi
6, 9, 10, 19, 21, 22, 23,
7
29 %

Berdasarkan  tabel 6, ada perbaikan hasil pembelajaran pada siklus 2 ini, ini dapat diketahui dari menurunnya persentase nilai kurang dari 7 orang ( 29% ) pada siklus 1, menjadi 3 orang ( 12%) pada siklus 2. Indikator keberhasilan pada siklus 2 juga dapat dilihat dari naikknya   nilai siswa yang mendapat nilai sangat tinggi dari 2 orang ( 9%) menjadi  7 orang ( 29%).
Jika dibandingkan dengan KKM mata pelajaran Kimia di SMAN Plus Prov.Riau yakni 72, maka dapat diketahui tingkat ketuntasan belajar secara klasikal seperti tabel 7  di bawah ini
Tabel 7. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal siklus 2
No
Ketuntasan
Nomor kode urut siswa
Jumlah
Prosentase
1
Tak tuntas ( nilai < KKM 72 )
3, 4, 5, 14, 16, 17, 18, 20,
8
33%
2
Tuntas( Nilai di atas KKM 72)
1, 2, 6, 7,  8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 19, 21, 22, 23, 24,
16
67%

Berdasarkan tabel 7, masih ada 8 siswa ( 33% ) yang belum tuntas dan harus mengalami remedial. Berdasarkan perbandingan antara  hasil siklus 1 dan siklus 2, terjadi penurunan siswa yang harus remedial ( tak tuntas ) dari 10 siswa (41% ) turun menjadi 8 siswa (33%), namun siswa tetap harus mengikuti remedial. Artinya  hasil pembelajaran masih belum memuaskan. Maka peneliti melanjutkan ke siklus 3.
    Tindakan yang dilakukan guru untuk memperbaiki kekurangan seperti tercantum dalam  evaluasi dan refleksi pada siklus 3. Setelah melewati proses refleksi dan perbaikan pembelajaran dan penerapan perbaikan pada siklus 3, maka di dapat nilai seperti data tabel 8  berikut :

Tabel 8. Kategori nilai siswa siklus 3
No
Kategori
Nomor kode urut siswa
Jumlah
Prosentase
1
Kurang


0 %
2
Sedang
1, 2, 3, 4, 7, 9, 14, 15, 17, 18,
10
42 %
3
Tinggi
5, 6, 12, 13, 16, 19, 20, 22, 23,
9
37%
4
Sangat tinggi
8, 10, 11, 21, 24
5
21%

Dari data tabel 8  terlihat  terjadi pengkatan siswa yang tuntas.     
Tabel 9. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal siklus 3
No
Ketuntasan
Nomor kode urut siswa
Jumlah
Prosentase
1
Tak tuntas ( nilai < KKM (72 )



2
Tuntas( Nilai di atas KKM (72)
1, 2, 3, 4,5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
24
100%

    Berdasarkan  tabel 9, terlihat bahwa siswa tuntas 100%, artinya

Kemampuan siswa menilai diri dapat dilihat dari tabel 8 berikut :
Tabel 10 perbedaan penilaian diri sendiri  antara nilai guru dan siswa yang  bersangkutan
No
Nama diri
Penilaian
Selisih nilai guru dengan siswa
Guru( Siklus 2)
siswa
1
A  B RID
78
78

2
APR
73
77
4
3
A ST
73
82
9
4
A ZK
64
73
9
5
D  LW
73
82
9
6
D  AFL
89
89

7
D F  HDF
76
71

8
F  PND
76
78
5
9
I P AZI
89
91
2
10
M. F R
89
91
2
11
M. H TH
80
80

12
M  A R
82
82

13
MY  SYR
82
82

14
N  PTA
69
69
1
15
RN  AZ
73
73
1
16
R   SLV
69
70
1
17
R    MR
51
51

18
RID   IL
49
72
23
19
SPR
89
88

20
SR WTI
71
71

21
SY  HIT
93
93

22
T  A M
93
93

23
W   NHA
91
93

24
Y  YRI
80
82
2

Dari table 10 terlihat bahwa secara umum nilai yang dikoreksi siswa dan guru hampir  sama. Walaupun ada perbedaan, tidak signifikan. Disini terlihat ada perbedaan yang mencolok pada kode no urut siswa 18, setelah dipanggil keruang khusus siswa yang bersangkutan mengakui curang dalam menilai diri sendiri. Alasannya nya karena nilai yang didapatnya di bawah KKM. Maka tindakan yang diambil guru adalah meremedi dan mengadakan ulangan ulang.

Angket Siswa terhadap minat belajar
Untuk lebih melengkapi penelitian ini, peneliti melakukan angket tanggapan siswa.Berdasarkan hasil angket diperoleh tanggapan siswa terhadap strategi pembelajaran. Tanggapan siswa tersebut diperlihatkan dalam sikap Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju yang masing masing diberi skor  3 untuk Sangat Setuju, skor 2 untuk Setuju, skor   1 untuk Tidak Setuju dan skor 0 untuk Sangat Tidak Setuju pada pernyataan positif, dan skala sikap 0-1-2-3 untuk masing -masing  pernyataan negatif.
Sikap siswa terhadap minat belajar terhadap strategi PSS  diperlihatkan pada tabel 11  berikut ini.
Tabel 11.
 Angket  Siswa terhadap Minat Belajar



No


Pernyataan
Jumlah Jawaban Siswa
Rerata Skala

Keterangan
SS
S

TS
STS

1
Belajar dengan strategi PSS menyenangkan

6

9

 6


2,0

Setuju
2
Belajar dengan strategi PSS membantu memahami materi pelajaran

8

11

3


2,2

Setuju
3
Belajar dengan   strategi PSS , praktikum tak perlu di laksanakan karena banyak menghabiskan waktu

1

2

11

8

0,8

Tidak setuju

Angket Siswa terhadap Menilai Diri sendiri  
Angket siswa terhadap Strategi belajar PSS diperlihatkan pada tabel 12   berikut ini.
Tabel 12. 
Angket Siswa terhadap strategi PSS

No

Pernyataan

Jumlah Jawaban Siswa

Rerata Skala

Keterangan
SS

S

TS

STS
1
LKS membantu kegiatan belajar dengan strategi PSS

5

14

3


2,1

Setuju
2
Kegiatan mengamati dan diskusi dengan teman anggota kelompok tidak perlu dalam pembelajaran


1

15

6

0,7

Tidak setuju
3
Belajar konsep kimia cukup secara teoritis, menghapal dan banyak diskusi saja

1

4

9

8

0,9

Tidak setuju

Tabel 13.
 Angket  Siswa terhadap menilai diri sendiri 



No


Pernyataan
Jumlah Jawaban Siswa
Rerata Skala


Keterangan
SS
S

TS
STS

1
Nilai UH dalam strategi PSS tidak perlu dalam satu tim, cukup nilai sendiri-sendiri

3

9

8

2



1,6



setuju
2
Dalam menilai diri sendiri untuk UH, dapat merobah nilai tanpa sepengetahuan orang lain


2

13

7

0,8

Tidak setuju
3
Masih ada teman – teman yang menilai diri sendiri yang belum jujur

3

8

9

2

1,6

Setuju
4
Siswa mampu menilai UH diri sendiri dengan petunjuk guru melalui strategi PSS

1

15

4


3

1,7

Setuju

Berdasarkan hasil analisis angket dan juga ditindak lanjuti dengan wawancara yang merupakan tanggapan siswa terhadap model pembelajaraan yang dikembangkan, terdapat temuan-temuan tanggapan yang positif.  Aspek-aspek penting yang paling menonjol dapat dikemukakan sebagai berikut: Siswa merasa senang belajar dengan strategi  PSS.
Disamping itu siswa berminat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kimia, khususnya pembelajaran dengan strategi PSS yang dikembangkan. Dari angket tergambar bahwa siswa senang mempelajari konsep kimia dengan strategi PSS dengan alasan bahwa pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi mereka dan dapat menambah  pengetahuan mereka. Dengan menggunakan LKS yang dikembangkan dapat membantu siswa untuk bekerjasama dalam kelompok  baik berupa diskusi, menemukan konsep tanpa menghapal  maupun dalam mengambil keputusan.

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dengan telah selesainya kegiatan penelitian ini, berdasarkan data yang didapat baik data kualitatif dan data kuantitatif dan menolahnya, peneliti manarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Kelompok kecil dengan strategi PSS  dapat meningkat aktivitas pembelajaran kelompok dan  memberikan hasil positif terhadap pembelajaran jika dilihat dari hasil pembelajaran, (2) Siswa mampu melaksanakan penilaian terhadap diri mereka dan teman sejawat yang direfleksikan pada nilai  harian  mereka, (3) Pembelajaran  terhadap strategi PSS dengan menggunakan tim kecil (small-group) menghasilkan pemahaman positif.  Mengenali pentingnya bangunan masyarakat dan   komitmen timbal balik antar anggota kelompok yang bersesuaian dalam praktek untuk mengetahui arti dalam menyiapkan para siswa untuk bekerja dalam group PSS. Pengembangan suatu iklim di mana kerja sama dan kolaborasi diterima dan diharapkan akan mendorong kearah suatu lingkungan yang mendukung suatu jangkauan siswa yang lebih luas tentang gaya belajarnya.

B.   Saran
Di akhir penelitian ini peneliti menyarankan dalam pembentukan kelompok kecil (small-group) tidak boleh lebih dari empat atau lima orang. Bila tiap kelompok lebih besar dari lima orang, kerja kelompok tidak akan efektif. Sebagian siswa akan mengobrol dengan temannya pada sesi problem solving. Siswa yang pintar dalam kelompoknya tidak akan efektif membimbing teman-temannya dalam memecahkan masalah .

DAFTAR PUSTAKA

Jaoude, B & Barakat (2003); Students' Problem Solving Strategies in   Stoichiometry and their Relationships to Conceptual Understanding and Learning Approaches,  Electronic Journal of Science Education Vol. 7, No. 3, Mar. 2003
Calla, JMc (2003); Problem Solving with Pathways, Journal of Chemical Education Vol. 80 No. 1 January 2003
Made, A. M (2008): Alternatif Solusi Penilaian Kinerja Siswa dalam IPA yang Memacu Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi; Jurnal PPPPTK IPA Bandung, Volume 1
McCade (2000); Problem Solving: Much More Than Just Design, Department of Industry & Technology, Millersville University, Millersville, Pennsylvania.
Nuryani Y. R (2008); Trend Penilaian Pembelajaran IPA Masa Depan; Jurnal PPPPTK IPA Bandung Volume 1
Bahri, S (2009); Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita System Persamaan Linier Dua Variable (SPLDV) Melalui Strategi Problem Solving, Jurnal Pendidikan Inovatif , Jilid 4, nomor 2, Maret 2009, hlm 78-83
Towns, M. H, Kreke K, Fields.A (2000): An Action Research Project: Student Perspectives on Small-Group Learning in Chemistry, Journal of Chemical Education Vol. 77 No. 1 January 2000


Tidak ada komentar:

Posting Komentar