Halaman

Minggu

Pelatihan Membuat Susu Kedelai Sebagai Sumber Protein Nabati, Di Kelurahan Simpang tiga Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru


Abstract

Lack of nutrient and worst nutrient is caused by the lack of protein consumption. Soybean has protein substances in big amount. 30 - 37,9% of protein can be found in every 100 grams of soybeans.. Therefore, we can conclude that this soybean milk can replace instant milk in providing these children’s necessity of protein.
This invention of activity has done by the training and demonstration of making soybean milk by involving the cadres of Posyandu from 15 RW in Simpangtiga Sub-District.
The result of this activity proved that the training of making soybean milk could be understood well by the participants. It had been shown from the result in the real experiment, where the cadres could make the soybean milk in various tastes that the children love most.
Key words: soybean milk, protein, lack of nutrien, worst nutrient

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gizi merupakan sesuatu hal yang sangat penting dan harus ada didalam bahan pangan. Karena kekurangan zat gizi dapat menyebabkan seseorang menjadi rentan terhadap berbagai penyakit.
Di Negara kita masalah gizi termasuk masalah penting yang harus ditanggulangi, terutama yang menyangkut gizi anak balita dan ibu hamil. Berbicara tentang gizi anak balita dan ibu hamil semuanya tergantung kepada peranan seorang perempuan. Tidak bisa dipungkiri bahwa masalah gizi buruk saat ini merebak di seluruh Indonesia, termasuk Propinsi Riau.
Disatu sisi Riau merupakan Propinsi yang kaya namun disisi lain masalah gizi buruk masih ditemui dibeberapa Kabupaten, bahkan di Kota Pekanbaru juga masih ditemui kasus gizi buruk ini.
Berdasarkan data pantauan status gizi, di Kota Pekanbaru terdapat sejumlah balita dengan status gizi kurang dan status gizi buruk (Data Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2007). Masalah gizi kurang dan gizi buruk ini dilaporkan oleh Puskesmas Simpangtiga. Setelah ditelusuri lebih jauh lagi, maka kasus gizi kurang dan gizi buruk ini ternyata ditemukan juga di Kelurahan Simpangtiga, Kecamatan Bukit Raya ( Data Puskesmas Simpangtiga, 2007 ).
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kasus gizi buruk ini antara lain ketersediaan pangan keluarga, tingkat pengetahuan tentang gizi, tingkat pendapatan dan pola penggunaan pangan dalam rumah tangga. Namun bisa juga disebabkan karena ketidaktahuan tentang makanan bergizi.
Banyak penyakit yang disebabkan karena kurang gizi antara lain Kwasiokor yaitu penyakit akibat kekurangan protein yang cukup parah. Penyakit ini biasanya menyerang bayi umur 6 – 36 bulan, sebagai akibat perpindahan dari ASI ke PASI.
Marasmus yaitu penyakit akibat kekurangan protein dan energi sekaligus. Penderita marasmus biasanya sangat kurus dan berat badan berkurang 60 % dari berat badan standar anak sehat seusianya.
Apabila kekurangan protein ini tidak segera ditanggulangi maka dapat diprediksi bahwa suatu ketika bangsa kita akan kehilangan generasi yang berkualitas. Karena generasi yang kurang gizi akan menghasilkan manusia dengan sumberdaya yang lemah.
Protein dalam jumlah yang cukup biasanya didapatkan dari susu, baik itu susu murni maupun susu instan, namun dengan kondisi ekonomi masyarakat dewasa ini, tidak semuanya bisa membeli susu, karena harga susu cukup tinggi untuk kalangan ekonomi lemah, terutama mereka yang tinggal di pedesaan, selain keadaan ekonomi yang tidak mendukung, lokasi pemukiman mereka jauh dari pusat kota. Namun bila kita bisa memanfaatkan lingkungan dengan maksimal maka protein yang dibutuhkan itu dapat dipenuhi dari bahan lain sebagai alternatif pengganti susu instan.
Bahan alternatif yang dimaksud adalah kedelai, kedelai merupakan tanaman kacang – kacangan yang mengandung zat gizi antara lain air 7 %, Protein 34-45 %, lemak 18-32 %, Karbohidrat 12-30 %, Ca 227 mg, Fe 8 mg, Vitamin C 8 mg, β karotin 10 mg, Thiamin 1.07 mg, Riboflavin 0.3 mg, dan Niasin 2.0 mg ( Suhardjo dkk, 2000).
Indrawati ( 2007 ) melaporkan bahwa dalam kedelai terdapat aneka zat penting, salah satunya adalah fitoestrogen, yaitu zat aktif yang membantu meningkatkan hormon estrogen. Bila dikonsumsi maka sangat membantu perempuan yang memasuki masa menopause. Fitoestrogen juga berfungsi meringankan gejala pra menopause seperti pusing, mual, dan rasa pans dalam tubuh. Diantara kelompok kacang-kacangan protein kedelai adalah yang terunggul, kandungannya mencapai 35 – 40 % dengan mutu protein setara dengan daging merah, bahkan mutu protein dalam susu kedelai hampir sama dengan susu sapi. Mutu protein susu kedelai bila diukur dari protein efficiency ratio ( PER ) adalah 2.3 artinya setiap gram protein yang dimakan akan menghasilkan pertambahan berat badan 2.3 g. Kandungan vitamin B1 dan B2 setara dengan ASI ataupun susu sapi.
Zat gizi yang dibutuhkan tubuh manusia terdapat dalam kedelai, dan setiap zat gizi tersebut memiliki fungsi yang berbeda antara lain; Air berfungsi untuk membantu proses pencernaan makanan, pengangkutan, sekresi, lubrikasi persendian; protein berfungsi sebagai zat pembangun, zat pengatur, dan zat tenaga; lemak merupakan sumber energi terbesar; Karbohidrat merupakan zat gizi sumber energi utama; mineral seperti Ca banyak terdapat dalam jaringan tulang dan gigi, Fe berfungsi sebagai ini dari sel darah merah; Vitamin C bila kurang dalam tubuh maka akan menyebabkan peka terhadap infeksi dan menimbulkan rasa nyeri pada tungkai dan persendian; sementara itu Thiamin, riboflavin, Niacin, dan β karotin berfungsi untuk mengaktifkan enzim ( Auliana, 2001 ).
Seseorang yang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber protein hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat dipenuhi dengan makanan yang berasal dari 157.14 gram kedelai ( Anonim, 2007). Khusus untuk balita, susu kedelai diberikan setelah anak berumur di atas satu tahun, sebanyak 250-500 ml atau dua gelas per hari, karena dua gelas susu kedelai mampu mensuplai 30% kebutuhan protein per hari bagi balita (Syarif, 2007).
Keadaan/status gizi seseorang sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pangan. Jika nilai gizi yang masuk ke tubuh melalui konsumsi pangan sama atau hampir sama dengan yang dibutuhkan oleh tubuh maka akan dicapai keadaan/status gizi yang baik. Tetapi jika konsumsi pangan yang tidak seimbang dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan gangguan gizi. Gangguan gizi yang timbul dari pangan tidak seimbang disebu gizi salah, yang mana terbagi menjadi dua kelompok yaitu : gangguan gizi lebih, dan gangguan gizi kurang.
Gangguan gizi lebih misalnya obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan kardiovaskuler. Sedangkan gangguan gizi kurang di Indonesia antara lain Kekurangan Energi Protein ( KEP), Kekurangan Vitamin A ( KVA ), Gangguan akibat Kekurangan I2 ( GAKI ), dan Anemi Gizi Besi ( AGB ) ( Suhardjo dkk, 2000 ).
KEP terdapat dalam dua bentuk yaitu kwasiokor dan marasmus. Kwasiokor adalah penyakit akibat kekurangan protein yang cukup parah, meskipun kecukupan energi telah tercukupi. Penyakit ini biasanya menyerang bayi umur 6 – 36 bulan, sebagai akibat perpidahan dari ASI ke PASI. Gejala spesifik dari kwasiokor adalah adanya odema, atau penimbunan cairan diantara jaringan tubuh, hambatan pertumbuhan dan perubahan psikomotorik. Penderita kwasiokor cenderung apatis, cengeng dan kehilangan napsu makan sehingga berat badan secara berangsur-angsur menurun. Marasmus adalah keadaan dimana terjadi kekurangan potein dan energi sekaligus. Penderita marasmus biasanya sangat kurus dan berat badan berkurang 60 % dari berat badan standar anak sehat seusianya (Auliana, 2001 ).

Perumusan Masalah
Balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk dijumpai hampir diseluruh Posyandu yang ada di Kelurahan Simpangtiga. Faktor penyebabnya bermacam-macam, salah satunya adalah faktor ekonomi. Ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk menyediakan pangan yang bergizi merupakan salah satu penyebab yang perlu dicarikan solusinya.
Protein merupakan salah satu unsur gizi yang sangat penting untuk tumbuh kembangnya seeorang anak, selama ini sumber utama protein adalah dari susu instan, sedangkan harga susu instan sangat mahal sehingga tidak terjangkau oleh keluarga yang memiliki balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mencarikan alternatif lain sebagai pengganti protein susu instan. Dengan pengetahuan dan ktrampilan mengolah kedelai menjadi susu kedelai diharapkan balita yang hadir ke Posyandu di Kelurahan Simpangtiga memperoleh protein dengan harga yang terjangkau.

Tujuan Kegiatan
1. Menyampaikan informasi kepada kader Posyandu, pentingnya masalah gizi untuk pertumbuhan balita, sehingga pertemuan di Posyandu tidak hanya menimbang balita tetapi juga memberikan pengetahuan kepada ibu-ibu tentang akibat yang dapat ditimbulkan bila balita menderita gizi kurang dan gizi buruk.
2. Meningkatkan pengetahuan ibu – ibu Kader Posyandu dalam mengolah biji kedelai menjadi susu kedelai dengan cara yang sederhana dan mutu yang tetap terjaga.

Manfaat Kegiatan
Manfaat dari kegiatan ini adalah memperkecil atau mengatasi gangguan gizi buruk pada masyarakat, terutama anak balita yang ada di Kelurahan Simpangtiga sehingga hasil kegiatan ini dapat menjadi alternatif dalam menggantikan susu instan yang selama ini selalu digunakan, yang dijadikan alasan ketidakmampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan protein dan energi untuk anak balitanya.

MATERI DAN METODE
Kerangka Pemecahan Masalah
Materi yang disampaikan pada kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah informasi tentang gizi, dan bahan makanan apa saja yang mengandung gizi serta akibat yang ditimbulkan karena kekurangan gizi, teutama pada balita, dan batita. Penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan Infocus agar peserta lebih jelas karena melihat, dan materi juga diberika dalam bentuk hard copy agar peserta tidak lupa terhadap materi yang disampaikan.
Materi pembuatan susu kedelai disampaikan secara langsung yaitu mengajak peserta terlibat langsung dalam proses pembuatannya. Hal ini ternyata berhasil dengan baik dengan harapan setiap posyandu yang terlibat dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini mampu mengolah biji kacang kedelai menjadi susu kedelai.
Pada kesempatan ini Tim pengabdian masyarakat memberikan suatu tantangan kepada peserta agar susu kedelai yang dihasilkan tidak hanya dalam bentuk susu kedelai, namun susu kedelai bisa dijadikan bahan dasar untuk membentuk jenis makanan lain yang disukai oleh anak-anak, agar protein yang terkandung dalam susu kedelai ini benar-benar dapat diberikan kepada anak-anak.
Berdasarkan pengalaman bahwa anak-anak sebagian besar kurang menyukai aroma dari susu kedelai ini. Oleh karena itu perlu suatu modifikasi agar susu kedelai menjadi diminati anak-anak balita.


Realisasi Pemecahan Masalah
Realisasi pemecahan masalah yang dipaparkan diatas yaitu dengan melaksanakan kegiatan pelatihan di Balai Desa Kelurahan Simpangtiga sebagai berikut:
1. Kegiatan pelatihan ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 2009, dimulai pukul 13.30 dan berakhir pukul 16.30.
2. Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini dihadiri oleh 35 orang peserta utusan dari masing – masing Posyandu dari setiap RW.
3. Para kader Posyandu sangat antusias mengikuti kegiatan ini, dan menyatakan bersedia mengikuti kegiatan seperti ini lagi, karena sangat bermanfaat bagi Posyandu mereka dan pribadi mereka.
4. Kegiatan berjalan penuh kekeluargaan, karena kegiatan ini jarang dilakukan apalagi setiap Posyandu yang menghadiri acara ini mendapatkan bantuan langsung berupa bahan dan alat untuk pembuatan susu kedelai.
5. Tim Pengabdian Unilak merasa sangat gembira karena solusi yang ditawarkan mendapat respon yang sangat positif dari seluruh Kader Posyandu yang hadir.
6. Kegiatan pengabdian dilanjutkan dengan mengunjungi setiap posyandu yang hadir pada waktu diadakan pelatihan sekaligus pemantauan dan evaluasi sejauh mana kader posyandu dapat menyerap dan melaksanakan materi pelatihan yang diberikan.
7. Kunjungan ke posyandu disesuaikan dengan jadwal kegiatan penimbangan balita, batita dan manula di setiap RW.
8. Pemantauan dan evalusi meliputi; pelayanan posyandu, administrasi, kebersihan, dan kreatifitas para kader dalam mengolah susu kedelai menjadi bentuk panganan lain yang disukai oleh anak-anak.

Khalayak Sasaran
Peserta yang mengikuti pelatihan ini adalah para kader posyandu yang diharapkan dapat menyampaikan atau melaksanakan transfer pengetahuan kepada kader yang lain dan pengunjung posyandu di RW nya masing-masing. Para kader posyandu dianggap sebagai ujung tombak dalam pemantauan terhadap balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu para kader ini jugalah yang dapat diharapkan untuk menyampaikan informasi penting tentang pembuatan susu kedelai kepada para ibu dari balita yang mengunjungi posyandu.

Metode yang Digunakan
Metode yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan kegiatan ini adalah
1. Pertemuan : pada kegiatan ini akan dijelaskan akibat kekurangan gizi pada anak balita , dan menginformasikan akan pentingnya protein dengan harga yang terjangkau.
2. Demonstrasi : selain pertemuan dengan kegiatan di atas, maka pada kesempatan itu akan didemontrasikan cara pembuatan susu kedelai asli tanpa menggunakan bahan pengawet, sehingga hasilnya benar-benar dapat menggantikan susu instan.
3. Pelatihan : setelah demonstrasi, hasilnya dibagikan kepada audiens, dan kepada mereka diberi kesempatan untuk mempraktekkan hasil yang dilihatnya untuk dikerjakan sendiri. untuk dikerjakan sendiri.
4. Pembekalan : Peserta diberikan foto copy materi tentang cara pembuatan susu kedelai dengan cara sederhana, dan bahan baku untuk percobaan di RW masing-masing.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Kegiatan
Kegiatan pengabdian masyarakat yang sudah dilaksanakan memberikan gambaran yang sesungguhnya dari pengelolaan posyandu di tengah-tengah masyarakat. Tamu-tamu yang hadir di posyandu adalah generasi penerus bangsa yang penting mendapatkan perhatian khusus agar bangsa Indonesia tidak kehilangan generasi penerusnya di masa yang akan datang.
Hasil evaluasi di lapangan, tim pengabdian masyarakat Unilak masih menemukan adanya batita yang menderita gizi buruk, hal ini menggambarkan bahwa pengetahuan dari orang tua untuk menyediakan pangan yang bergizi dengan harga murah sangat rendah.



Tingkat partisipasi masyarakat yang hadir di posyandu beragam dari masing-masing posyandu. Dari hasil pantauan dapat dijelaskan bahwa kehadiran masyarakat dalam memanfaatkan posyandu sangat tergantung dari keseriusan kader dalam mengelola posyandu tersebut. Beberapa posyandu dikategorikan sangat berhasil membujuk ibu-ibu yang memiliki balita, batita untuk hadir ke posyandu dengan pendekatan secara kekeluargaan, sehingga jadwal penimbangan di posyandu layaknya seperti pasar balita, sangat ramai, namun ada pula posyandu yang sepi pengunjung, sehingga butuh kesabaran dari para kader untuk menunggu posyandu sampai batas waktu posyandu ditutup. Dari pantauan ini disimpulkan bahwa posyandu tidak bisa diserahkan sepenuhnya ke kader posyandu, harus ada bantuan dari pejabat RW dalam menggerakkan masyaraktnya untuk hadir ke posyandu menimbang balita dan batitanya. Karena dari hasil pantauan kami, bila pejabat RW turun tangan dalam kegiatan posyandu maka pengunjung posyandu tersebut ramai, sementara bila pejabat RW tidak turun tangan maka posyandu tersebut sepi pengunjung.



4.2. Pembahasan
Hasil pre test memperlihatkan bahwa sebagian besar kader posyandu sudah memahami tentang makanan bergizi. Hal ini dibuktikan dengan tidak berbeda nyata hasil pre test dan post test, fenomena ini dapat dijelaskan bahwa kader posyandu memahami arti gizi namun pada kenyataannya belum mensosialisasikan pengetahuan mereka kepada peserta posyandu atau masyarakat secara luas. Fenomena ini dapat kami amati pada waktu pemantauan dan evaluasi ke masing-masing posyandu, dimana yang hadir ke posyandu waktunya tidak bersamaan dengan kata lain silih berganti, sehingga untuk memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu balita, batita maupun manula tidak efektif. Ada juga posyandu yang dikunjungi dalam waktu yang bersamaan sehingga kader posyandu hanya melayani penimbangan balita, imunisasi, dan pembagian makanan tambahan seperti susu kedelai, tanpa sempat memberikan tambahan pengetahuan bagi ibu-ibu.



Susu Kedelai sebagai hasil dari kegiatan ini sebenarnya tidak dikhususkan untuk balita, tetapi untuk semua lapisan umur namun karena kasus gizi kurang dan gizi buruk banyak diderita oleh balita dan berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya seorang anak maka kegitan ini menyoroti tentang balita. Walaupun susu kedelai juga bermanfaat bagi orang dewasa terutama ibu – ibu.
Mujayanto dan Kusuma (2005) menjelaskan bahwa susu kedelai bermanfaat untuk:
1. Mengatasi Intolenransi laktosa
2. Minuman untuk penderita Autisme
3. Minuman untuk Vegetarian
4. mengurangi Kadar Kolesterol Darah
5. mencegah Arteriosklerosis, Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner
6. Mencegah Diabetes melitus
7. Menghambat Menopause, dan Osteoporosis
8. mencegah Migrain
9. Mencegah Kanker
10. mencegah Penuaan Dini
Pengetahuan ibu-ibu kader posyandu yang mengikuti kegiatan pelatihan di Balai Desa dipantau pada saat kunjungan tersebut. Apakah materi dan demontrasi pembuatan susu kedelai yang disampaikan pada waktu pelatihan dipraktekkan pada waktu kegiatan posyandu ?. Hasilnya adalah seluruh posyandu yang dikunjungi melaksanakan apa yang sudah diberikan pada waktu pelatihan, justru penampilan susu kedelai lebih beragam lagi sesuai dengan kreatifitas ibu-ibu kader posyandu dalam mengolah susu kedelai menjadi panganan dalam bentuk yang lain.

Tabel 1. Kreatifitas Kader Posyandu dalam Memodifikasi Susu Kedelai menjadi Bentuk Makanan atau Minuman Lain

No. RW Alamat Modifikasi Susu Kedelai
1. 01 Jl. Ikhlas I No. 46 Susu kedele Vanila, Cokelat, dan perkedel ampas kedele
2. 02 Jl. T. Bey Susu kedelai Pandan
3. 03 Jl. Aur Kuning RT 03/RW 03 Susu Kedelai Pandan
4. 04 Jl. Kelapa Sawit Susu Kedelai Cokelat dan Strowberry
5. 05 Jl. KH. Nasution Komp. Uir Agar-agar susu kedelai, dan Susu kedelai pandan
6. 06 Jl. Ampi RT 04/Rw 06 Susu kedelai Cokelat dan Strowberry
7. 07 Jl. KH. Nasution, g. Pendawa Es teler susu Kedelai, Puding susu kedelai rasa cokelat, dan vla susu kedelai
8. 08 Jl. KH. Nasution. G. Ikhlas Susu Kedelai pandan dan Strowberry
9. 09 Jl. Utama g. Kesuma Perum Perputra Indah Susu Kedelai Pandan, dan Cokelat, Agar-agar Rosella susu kedelai
10. 10 Jl. T Bey g. Anggur Susu Kedelai Pandan, Agar-agar susu kedelai rasa kedelai, rasa cokelat, rasa melon, dan perkedel ampas kedele
11. 13 Jl. T Bey Ujung Susu kedelai pandan
12. 14 Jl. T Bey No. 42 Susu Kedelai pandan dan Strowberry
13. 15 Jl. Sei. Mintan I Susu kedelai pandan
14. 16 Jl. Karya I Rt 04 Susu Kedelai pandan
15. 17 Jl. Utama g. Abidin Susu kedelai rasa es doger

Kreatifitas ini sangat dipengaruhi oleh keseriusan dari para kader dalam mengelola posyandu yang menjadi tanggungjawabnya. Susu Kedelai mengeluarkan suatu aroma yang banyak balita kurang menyukainya, hal ini diduga karena mereka belum terbiasa, sehingga untuk menarik minat balita terhadap susu kedelai, susu kedelai tersebut harus diubah penampilannya menjadi lebih menarik lagi. Dari pantauan di lapangan untuk menarik minat balita, susu kedelai ada yang dijadikan bahan dasar untuk pembuatan puding dengan fla susu kedelai juga. Beragam jenis makanan dari susu kedelai ditemui pada waktu kunjungan ke posyandu. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu-ibu kader tentang mengolah kedelai menjadi susu kedelai dan makanan lain yang menggunakan bahan dasar susu kedelai sudah cukup memuaskan.


Pada umumnya “langu” memang bau dan rasa khas kedelai dan kacang-kacangan mentah lainnya, dan tidak disukai konsumen. Rasa dan bau itu ditimbulkan oleh kerja enzim lipsigenase yang ada dalam biji kedelai. Enzim ini akan bereaksi dengan lemak pada waktu penggilingan kedelai, terutama jika digunakan air dingin. Bau dan rasa langu dapat dihilangkan dengan cara mematikan enzim lipsigenase dengan pemanasan, yaitu dengan menggunakan air panas (suhu 800 – 1000 C) pada penggilingan kedelai, atau merendam kedelai dalam air panas selama 10-15 menit sebelum digiling ( Koswara, 2006).



Manfaat susu kedelai bagi manula, mampu menghilangkan nyeri pada persendian, misalnya osteoporosis dan osteoarthiris. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Jhon Anderson dari Unversity of North Carolina, menemukan bahwa pada osteoporosis, kualitas masa tulang menurun atau keropos dan mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah, sedangkan nyeri sendi atau osteoarthiris, terjadi karena berkurangnya kekuatan tulang rawan pada engsel atau sendi yang mengakibatkan kemampuannya sebagai penyangga atau penopang ikut melemah. Kedua penyakit tersebut disebabkan oleh hormon esterogen yang berfungsi mempertahankan masa tulang, pada periode pasca menopouse mengalami disfungsi. Susu kedelai mengandung isoflavon dan mampu mempertahankan kadarnya untuk mencegah keropos tulang. Isoflavon kedelai dapat memperkuat masa tulang, sedangkan senyawa genisitin kedelai mempunyai efek mencegah keropos tulang yang lebih baik dari premarin (Anonim, 2009).
Susu kedelai juga mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Kandungan vitamin yang cukup besar pada susu kedelai dan berkhasiat menurunkan kolesterol adalah Thiamin (vitamin B1) dan Niasin. Susu kedelai juga mengandung lemak esensial diantaranya oleat, Linoleat, dan Linolenat. Lemak esensial berperan penting dalam menurunkan kandungan kolesterol. Selain itu susu kedelai mengandung lesitin yang bersifat mengemulsi (melarutkan) kolesterol dalam darah, sehingga tidak ada lagi penyumbatan atau penyempitan (Mujayanto dan Kusuma, 2005).
Admin (2009) menambahkan bahwa susu kedelai juga mengandung vitamin E dan K. Vitamin E dan K merupakan anti-oksidan, sehingga susu kedelai dapat digunakan untuk mengatasi penuaan dini, karena susu kedelai mengandung anti-aging.
Pengolahan kedelai dengan cara yang tidak baik, hasilnya tidak disukai anak-anak, juga dapat menyebabkan perut menjadi kembung. Oleh karena itu pengolahan kedelai harus mengikuti tata cara yang sudah diujicoba dengan hasil yang layak konsumsi. Koswara (2006) menjelaskan bahwa susu kedelai yang tidak diolah dengan baik, diduga masih mengandung senyawa-senyawa antigizi, yaitu antitripsin, hemaglutinin, asam fitat, dan oligosakarida yang dapat menyebabkan flatulensi (timbulnya gas dalam perut sehingga perut menjadi kembung), dan untuk menghilangkan antitripsin maka kedelai direndam dalam air atau NaHCO3 0.5 % selama semalam (8-12 jam) yang diikuti dengan perendaman dalam air mendidih selama 30 menit.
Perbandingan komposisi susu kedelai dengan susu sapi dan ASI oleh Anonim (2007) menggambarkan bahwa susu kedelai layak untuk diberikan kepada balita, dan manula bila diolah dengan baik, karena kandungan gizi di dalamnya merupakan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan, juga mencegah penyakit bagi manula.








Tabel 2. Perbandingan Komposisi Susu Kedelai dengan Susu sapi dan Asi
Komposisi Susu Kedelai (%) Susu Sapi (%) Asi (%)
Air 88.60 88.60 88.60
Kalori 52.99 58.00 62.00
Protein 4.40 2.90 1.40
Karbohidrat 3.80 4.50 7.20
Lemak 2.50 0.30 3.10
Vit. B1 0.04 0.04 0.02
Vit B 2 0.02 0.15 0.03
Vit A 0.02 0.20 0.20


KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Informasi yang disampaikan melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini ditindaklanjuti oleh kader posyandu dengan menyediakan susu kedelai pada waktu jadwal penimbangan balita, sehingga pengunjung posyandu mendapatkan tambahan protein nabati dengan harga yang murah, sebagi susu alternatif.
2. Pengetahuan ibu-ibu kader posyandu dalam mengolah kedelai menjadi susu kedelai sangat bagus, dengan kreatifitas yang sangat baik mengubah susu kedelai menjadi makanan lain yang disukai oleh balita dan batita.

Saran
1. Agar kegiatan Pengabdian Masyarakat seperti ini didukung oleh semua pihak, sehingga masalah yang ditemui dapat dicarikan solusinya.
2. Seluruh lapisan masyarakat hendaknya mendukung program posyandu, agar bangsa Indonesia tidak kehilangan generasi penerusnya.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Khasiat Susu Kedelai sebagai Anti rematik dan Osteoporosis. www.suaramedia.com. 14-01-2010.
Anonim, 2007. Susu Kedelai. www.gramenfoundation.org. 14-01-2010.
Auliana, R. 2001. Gizi dan Pengolahan Pangan. Adicita. Karya Nusa. Yogyakarta.
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2007. Data Kesehatan Kota Pekanbaru. Dinas Kesehatan. Pekanbaru.
Koswara, S., 2006. Susu Kedelai Tak Kalah dengan Susu Sapi. www.ebookpangan.com. 14-01-2010.
Mujayanto, E., F.R. Kusuma, 2005. Susu Nabati yang Menyehatkan. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Puskesmas Simpangtiga, 2007. Data Balita di Posyandu Kelurahan Simpangtiga dan Maharatu. Pekanbaru.
Indrawati, I. 2007. Protein Kedelai Setara dengan Daging Merah. http://www.gizi net. Tanggal 1 Nopember 2007.
Syarif, 2007. Kedelai Sumber Pangan bergizi Tinggi. www.halalsehat.com. 14-01-2001.
Suhardjo, Laura, J.H., Brady, J.D., Judy, A.D., 2000. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar